Masa muda hanya dialami satu kali untuk selamanya dalam hidup, yang dalam filosofi orang Timor Amarasi dikatakan: “Re sekau an mui ri an munif, re in es napein neonarekot,” bahwa, siapa yang mempunyai generasi muda, dialah yang memiliki masa depan.
Tugas dan tanggung jawab mengelola masa depan Gereja dan dunia ada di pundak orang muda. Merekalah pewarisnya. Mereka adalah bunga-bunga segar Gereja dan bangsa sedang berada dalam pertumbuhan fisik, mental, emosional, psikologis, moral, religius, dan intelektual menuju pribadi yang integral. Kebutuhan dasariah mereka ini terjawab dalam wadah organisasi Orang Muda Katolik (OMK).
Di dalam wadah OMK, putera-puteri terbaik Gereja dididik, dibina dan digembleng berlandaskan Iman Katolik dan Pancasila, dan karenanya mereka siap bermisi melalui organisasi OMK.
OMK mempunyai kekhasan dalam spiritualitas, kharisma, dan pedoman hidupnya. SpiritualitasOMK yakni mengikuti Yesus Kristus dengan berlaku kudus dalam pelayanan penyelamatan manusia. Dan Kharismanya ada dalam fraternity in Christy (persaudaraan dalam Kristus), profetisme (kenabian, kerasulan, pelayanan), dan contemplatif in action (pendoa dalam karya kerasulan).
Pedoman hidup orang muda katolik adalah Yesus, sedangkan Pedoman Hidup organisasi OMK adalah AD, ART, dan program kerja strategis OMK sebagai konkritisasi mengikuti Yesus. Mengenai pedoman pembinaan OMK adalah pelayanan pastoral Orang Muda Katolik di samping bidang-bidang pembinaannya.
Pelayanan pastoral OMK harus bertolak dari dan berpusat pada diri mereka, sebab mereka bukan hanya sasaran pastoral Gereja, tetapi juga merupakan pelaku dan rekan-rekan kerja di pelbagai karya kerasulan dan cinta kasih, dan pelayanan Gereja. Mengenai bidang pelayannya disesuaikan dengan situasi dan kenyataan hidup orang muda katolik, misalnya: kehidupan iman dan kegerejaan, kemandirian dan hidup bersama, kemanusiaan dan kemasyarakatan.
Pelayanan pastoral orang muda katolik hanya dapat berhasil apabila para agen pastoral menyadari betul akan peran dan fungsinya sebagai bonum pastor animam suam dat pro ovibus suis (gembala yang baik memberikan hidupnya bagi domba-dombanya). Konkretnya: dalam pemberian dukungan (ada bersama OMK sebagai pemberi harapan dan hiburan); pemberi bimbingan (teologis – moral – psikologis – intelektual); dan penyembuhan (fisik, mental, spiritual, dan sosial) dalam pelayanan.
Meskipun demikian, dalam kenyataannya ditemukan bahwa banyak orang muda katolik kurang bergiat dalam wadah OMK baik di tingkat kelompok umat basis, stasi maupun di parokinya. Mencermati persoalan ini, baiklah dilihat dalam dua aspeknya: internal dan eksternalnya. Pada aspek internalnya, kebanyakan mereka berada dalam usia pancaroba, terjadi krisis dalam diri, persepsi yang keliru tentang diri dan tentang OMK sebagai organisasi kategorial gereja, motivasinya belum jelas, lebih mendahulukan jaminan kehidupan dalam bidang profesi, sosial ekonomi ketimbang hal rohani.
Aspek eksternalnyajuga turut memberi kontribusinya dalam hal: kurang mendalamnya pendidikan iman mereka, lingkungan yang kurang mendukung, banyak tugas dari sekolah dan kampusnya/kantor, kelemahan dalam manejemen organisasi OMK, serta pendampingan yang kurang intens dalam kontinuitasnya.
Mengatasi permasalahan pembinaan orang-orang muda dalam organisasi OMK, ditawarkan panca solusi sebagai “way of life” dalam formasio organisasi OMK. Pertama, pendidikan yang integral; kedua, tertib administrasi dan tertib karya kerasulan/kegiatan OMK; ketiga, pendekatan dialogal dan kerjasama kolegial; keempat, pemberian kepercayaan dalam tugas dan tanggungjawab; dan kelima, pendampingan berkelanjutan dari agen pastoral Gereja.
Akhir dari proses formasio ini kita mendapatkan orang-orang muda katolik baik pribadi maupun secara komunitas dalam OMK yang mandiri dan misioner. Mandiri, karena dari mereka dapat dipetik buah-buah kritis, ilmiah, reflektif bijaksana, dan kooperatif. Dan misioner, karena mereka diutus pergi menebarkan semerbak aroma bunga Injil Kerajaan Allah di jantung dunia serta tinggal dan diam dan hidup di sana. (*)