Pengantar Redaksi:
Tulisan ini merupakan salah satu bagian dalam buku Kisah-Kisah Hidupku, Aksi Swadaya Menulis dari Rumah Seri ke-8, terbitan Kosa Kata Kita Jakarta (Maret 2022, hlm. 140 – 145). Kami hadirkan dalam rubrik feature SekolahTimur.com dengan perubahan/penambahan pada judul (dalam “Kisah-Kisah Hidupku”) sebagai bagian dari perayaan 1 tahun Yaspensi, 26 Juli 2022.
***
Suatu hari di teras rumah saya di RSS Baumata, Kupang. Kira-kira pertengahan tahun 2021. Saya ditemani dua sahabat saya. Rian Seong dan Elro Kapitan. Kami mendiskusikan tentang suatu kesempatan yang datang dari Pertamina Foundation. Kompetisi Program PFmuda Pertamina Foundation 2021. Kira-kira begitulah tajuk program itu.
Ada banyak tema yang disodorkan. Setelah berdikusi beberapa lama, konsep kami mengerucut pada satu tema yakni penguatan nasionalisme di perbatasan NKRI. Lebih spesifik lagi pada persoalan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sekaligus kekayaan dan identitas bangsa.
“Hananu” sebagai Metode Peningkatan Kemampuan Berbahasa Indonesia Anak-Anak Perbatasan NKRI Kabupaten Malaka Provinsi NTT. Itu judul final yang kami tawarkan ke Pertamina Foundation. Tentunya setelah melewati proses diskusi beberpa kali, usai diskusi awal hari itu.
Beberapa lama setelah proposal itu kami kirimkan, kami mendapat informasi bahwa dari 2.056 proposal yang masuk, proposal kami lolos ke dalam 250 besar. Setelah itu kami mengikuti seleksi wawancara secara daring. Hasilnya, kami lolos lagi ke dalam 100 besar. Selanjutnya kami lolos lagi ke dalam 50 besar proposal pilihan. Tentu setelah melewati seleksi wawancara lagi yang lebih ketat.
Kepastian hasil itu tertera dalam Surat Keputusan Nomor 034/PF-KPF/SK/X/2021, tanggal 28 Oktober 2021 perihal Pemenang Kompetisi Proyek Sosial Program PFmuda 2021. Berdasarkan SK itu, proposal kami terdanai oleh Pertamina Foundation, dengan sedikit perubahan nama program menjadi “Hananu di Batas Negeri”, sesuai arahan dari panitia (agar lebih singkat dan bisa menjadi “brand”). Dan kami pun membawa program “Hananu di Batas Negeri” ke Malaka.
* * *
Perjalanan “Hananu” dimulai dari survei dan komunikasi awal di Kabupaten Malaka, NTT, akhir Januari 2022. Kali ini saya ditemani sahabat saya lainnya, Yosi Bataona. Kami semua bergiat di Yayasan Pustaka Pensi Indonesia (Yaspensi). Mula-mula kami bertemu Dra. Vianelda Nahak. Saya akrab menyapanya “Mama Nel”. Sosok ini adalah pendidik dan pemerhati budaya Kabupaten Malaka.
“Saya sangat mengapresiasi dan memberi dukungan terhadap kegiatan positif yang diusung oleh Yaspensi tentang ‘Hananu di Batas Negeri’. Untuk mengetahui ciri budaya suatu daerah, kita harus mengenal lebih dekat budayanya, baik itu keseniannya, tariannya, cerita-ceritanya dan hal-hal yang berbau budaya lainnya. Semoga kegiatan yang diinisasi Pertamina dan Yaspensi ini bisa bermanfaat bagi anak-anak di batas negeri, di Malaka ini,” ungkap Mama Nel ketika kami temui di SMA Plus St. Albertus Agung Weleun, tanggal 29 Januari 2022.
Kami juga bertemu pihak pemerintah. Awalnya kami bertemu Kadis Pariwisata Kabupaten Malaka, Bapak Aloysius Werang, SH., MM.. “Kami sangat mendukung penuh dan bangga terhadap Yaspensi yang lahir sebagai pemenang kompetisi Pertamina Fondation tahun 2021, yang juga membantu kami dalam rangka mengangkat pariwisata Kabupaten Malaka sebagai salah satu daerah perbatasan NKRI. Mudah-mudahan dengan event ini, pariwisata di Malaka semakin terkenal dan bisa bersaing dalam level nasional maupun internasional,” ungkap Pak Alo, yang melihat “Hananu” dalam kaitannya dengan pomosi pariwisata Malaka.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Malaka, Bapak Yohanes Klau, S.IP., M.M., juga kami temui. Menurutnya, program “Hananu di Batas Negeri”yang diusung Yaspensi sejalan dengan program Dinas PK Kabupaten Malaka khususnya dalam peningkatan pendidikan karakter dan pelestarian budaya-budaya di Kabupaten Malaka.
“Saya secara pribadi dan lembaga mendukung penuh Yaspensi yang bekerja sama dengan Pertamina Foundation melalui kegiatan ini dan kegiatan-kegiatan lanjutan yang dapat meningkatkan dan menguatkan kemampuan berbahasa Indonesia untuk anak-anak di perbatasan NKRI, dalam hal ini di Kabupaten Malaka, yang rencananya akan dilakukan di SMKN Kobalima,” ungkapnya.
Puncak dari perjalanan awal “Hananu” adalah pertemuan kami dengan Bupati Malaka, Dr. Simon Nahak, SH., M.H., di Rumah Jabatan Bupati Malaka di Weleun, pada tanggal 1 Februari 2022. “Saya selaku kepala daerah tentu sangat men-support kegiatan-kegiatan positif, apalagi sifatnya mempromosikan Kabupaten Malaka. Saya sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan ‘Hananu di Batas Negeri’ ini, harapan saya semoga kegiatan ini berhasil,” pesan Pak Bupati dilanjutkan dengan beberapa pandangannya terkait potensi budaya yang dimiliki Malaka, sekaligus kesediaannya untuk hadir dan membuka kegiatan kami.
* * *
Ketika menuliskan ini, saya sementara berada di Malaka. Ada lima sahabat saya yang juga hadir di Malaka. Rian Seong, Elro Kapitan, Nong Yonson, Saver Suhardin, dan Yosi Bataona. Kami berenam bergiat di Yaspensi. Di Malaka juga ada tiga sahabat kami. Eshy, Mega, dan Aris. Mereka adalah pegiat literasi dan seni yang kami ajak untuk terlibat dalam program “Hananu” ini.
Setelah melewati serangkaian persiapan, hari ini (tanggal 24 Februari 2022) kegiatan “Hananu di Batas Negeri” resmi dimulai. Pagi tadi di aula SMK Negeri Kobalima, Malaka, Bapak Bupati Malaka berkenan hadir dan membuka kegiatan kami secara resmi. Hadir pula Ibu Bupati bersama rombongan TPPKK Malaka (termasuk Mama di rumah) dan sejumlah pejabat di Malaka. Ada Penjabat Sekda Malaka, Kadis Infokom, Kadis Pendidikan, dan Kadis Pariwisata.
Acara pembukaan rasanya menjadi lengkap dengan kehadiran Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTT, Bapak Syaiful Bahri Lubis, S.S., M.A. Seorang pejabat di lingkup kementerian yang juga sudah menjadi sahabat kami di Kupang. Dan tentunya 20 peserta didik dan 10 guru yang kami undang sebagai peserta. Juga para kepala sekolah yang sempat hadir, Kowas SMA/SMK Malaka, semua yang tidak sempat saya sebutkan.
Kegiatan kami akan berlangsung selama tiga hari, dimulai hari ini dan dua hari ke depan. Kami akan belajar bersama adik-adik perwakilan SD, SMP, dan SMA bersama para guru pendamping. Belajar meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia, serta membangun karakter dan nasionalisme, melalui sebuah pendekatan yang kami namakan “Hananu” (bernyanyi).
Barangkali ini sebuah serpihan kisah dalam perjalanan saya bersama teman-teman di Yaspensi. Tentu sangat belum lengkap (semoga bisa saya lengkapi pada kesempatan lain). Tetapi semoga ini menjadi sebuah kado indah yang boleh berarti bagi Malaka. Juga kado manis bagi Bapak Hendrikus Fahik (alm), yang kami peringati hari lahirnya hari ini; Kamis, 24 Februari 2022. Lilin telah kami nyalakan. Doa telah kami panjatkan. “Hananu di Batas Negeri”, semoga dapat kami lanjutkan. (Robertus Fahik)