Kota Kupang, SEKOLAHTIMUR.COM – Pembelajaran dari rumah akibat pandemi Covid-19 ternyata meninggalkan tanggung jawab besar bagi sekolah, khususnya bagi para guru yang harus memberikan pendampingan ekstra. Dengan demikian peran sentral guru sangat sulit tergantikan. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala UPTD SD Inpres Liliba, Yohanes J. Tukan, S.Pd., ketika ditemui media ini di ruang kerjanya pekan lalu.
“Waktu pandemi saat anak-anak belajar dari rumah, belajar online, itu memang sangat tidak efektif. Ini membuktikan bahwa peran guru tidak bisa tergantikan oleh siapa pun. Jadi, anak-anak itu perlu sentuhan terutama saat kita mengajar, itu secara psikologis sangat diperlukan oleh anak,” ungkap Yohanes Tukan.
Ia menuturkan, kondisi tersebut terbukti melalui hasil tes yang didapat sekolah setelah melakukan pengujian terhadap kemampuan membaca dari para siswa. Dari hasil tersebut, sekolah menindaklanjutinya dengan menerapkan strategi reading camp.
“Setelah mereka masuk kembali, itu banyak yang blank. Waktu kita tes, anak kelas 1 dan 2 sama sekali tidak bisa baca, begitu juga dengan kelas tinggi, kadang-kadang juga banyak yang tidak bisa baca,” ujarnya.
“Saat pembelajaran kembali normal, kita giatkan aktif membaca dengan cara atau teknik reading camp. Anak-anak yang mulai membaca itu kita kategorikan; ada anak-anak yang hanya bisa membaca huruf, ada juga yang hanya sampai pada gabungan huruf, kata, kalimat dan ada yang sudah dalam bentuk bercerita. Jadi, kami buat itu waktu jam istirahat dengan pendampingan guru dan disediakan juga teksnya,” paparnya.

Lebih lanjut Yohanes Tukan menuturkan bahwa pendampingan dari guru dan orang tua terhadap sarana-prasarana yang dipergunakan oleh siswa untuk meningkatkan mutu pendidikannya, harus dengan pengawalan yang tepat dan diarahkan.
“Akhirnya setelah beberapa bulan melakukan pendampingan, anak-anak sudah banyak yang bisa membaca. Ini menjadi pembelajaran bagi kita bahwa apa pun itu anak-anak perlu pendampingan guru dan tidak bisa dilepaskan hanya orang tua begitu saja atau dilepaskan dengan teknologi apa saja. Jadi, guru, orang tua dan teknologi itu harus berkolaborasi,” jelasnya.
Hal lainnya, tambah Yohanes Tukan, latihan dan kesempatan sedapat mungkin harus diberikan kepada siswa untuk mengolah kemampuannya. “Waktu apel pagi itu ada anak-anak yang diberikan kesempatan untuk berbicara, bercerita dan baca puisi. Saat itulah mereka bisa melatih kemampuan literasinya,” pungkasnya. (Yosi Bataona/rf-red-st)