Musik Tak Berkasta (Pesan Karater Musik dari NTT)

0
262
Oleh Marianus Seong Ndewi, S.Pd., M.M., Guru Seni Budaya SMAN 4 Kupang, Ketua Yayasan Pustaka Pensi Indonesia (YASPENSI)

Jelang Hari Musik nasional (HARMUSNAS) tanggal 9 Maret mendatang, para pelaku seni mulai disibukkan dengan gagasan yang mesti lahir dan berdampak bagi lingkungan sekitar ataupun pembangunan Sumber Daya manusia (SDM) pada umumnya. Sebab, musik yang dibunyikan selain dengan tujuan estetika semata, dewasa ini sudah mulai berkembang untuk urusan ‘pewartaan’ lainnya.

Tak ketinggalan para pengurus kesenian dan seniman serta Pemerintah Nusa Tenggara Timur. Dalam situasi yang pelik dan rumit, sebuah pesan karakter dari wujud musik yang sebenarnya ‘tiba-tiba’ muncul membawa pesan dan kesan yang kuat; Musik Tak Berkasta, seperti menggugah tiap rasa dan asa, bahwa nilai Pancasila sebenarnya ada dalam musik, aktivitas bermusik, karya musik, alat-alat musik, para musisi, para penikmat musik (seni) dan juga khalayak pencipta musik.

Musik Tak Berkasta

Bak gayung bersambut, tema besar jelang HARMUSNAS konteks daerah, yang dicanangkan UPTD Taman Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur, sejalan dengan spirit merdeka belajar yang digalakkan mas Menteri Nadiem. Dalam penjelasan singkatnya, kepala UPTD Taman Budaya, Mohadi, S.Sn., menuturkan bahwa pada dasarnya kedudukan musik itu sama. Memiliki Hak yang sama. Musik tradisi ataupun moderen. Musik etnik ataupun musik barat. Semua sama. Punya kedudukan yang sama.

Semangat ini sejalan dengan pesan merdeka belajar, secara khusus pada aspek pendidikan musik, bahwa memang musik mesti merdeka, mempunyai hak dan kedudukan yang sama, yang tentu diurus bersama, dan membawa dampak untuk semua; musisi, penikmat musik, sampai pada pengetahuan musik itu sendiri yang dapat menunjang kreatifitas (kecerdasan) hidup manusia.

Dok. Penulis

‘Perhelatan’ Musik Tak Berkasta dengan judul Musik String Concert 300 Siswa Bermain Gitar Bersama 3 Maestro, diawali dengan perencanaan matang rapat Dinas Pendidikan dan Kebudayaa bersama seluruh guru seni budaya serta kepala sekolah SMA di Kota Kupang sebagai sasaran utama. Dilanjutkan dengan bertemu serta workshop bersama para maestro musik kelahiran NTT yang akan mendampingi para siswa/i dalam pementasan nanti; Aryz Bulo, maestro gitar, The Winner Kiesel Guitar Contest (juara dunia kontes gitar yang menyisihkan 4000-an kontestan di seluruh dunia). Hendrik Bunga, maestro Ketadu Mara (alat musi petik – melodis dari Sabu NTT) pada dokumen seni tradisi 2017 Kemendikbud RI. Juga maestro Sasando Natalino Mella yang berkarya di tingkat nasional dan internasional.

Pemilihan 3 alat musik string ini bukan tanpa alasan. Dalam makna yang tersurat, kedudukannya sangat jauh berbeda. Gitar, baik akustik maupun elektrik sudah mendunia. Bunyi dan alat musiknya sangat familiar di tangan dan telinga masyarakat dunia. Begitupun Sasando, alat musik yang sudah mulai menjelajahi samudra raya, tidak hanya tinggal menetap di NTT. Sedangkan Ketadu Mara, adalah alat musik tradisional yang sangat asing di masyarakat NTT pada umumnya. Paradigma masyarakat NTT yang mulai bergeser ke modernisme, mencintai musik IDM (remix music), semakin menjauhkan Ketadu Mara dari asal kampungnya di Sabu dan juga NTT.

Pendesainan ‘tak berkasta’ melahirkan pesan tersirat bahwa memang musik itu mesti sejajar dan punya hak yang sama. Semua memiliki keluhuran bunyi yang sama, yang dapat membawa pesan dan makna yang kuat untuk perubahan. Antara Gitar, Sasando, dan Ketadu mara berdiri sejajar, duduk sama rendah, berdiri sama tinggi untuk mengisi ruang (gap) sosial kemasyarakatan yang memandang musik tradisi tak mampu ‘hidup’ di tengah musik moderen ataupun kontemporer. Ternyata irama jazz traditional dalam gubahan lagu Flobamora pada sukat 5/8 aransemen Aryz Bulo mampu beri ruang pada Sasando dan Ketadu Mara untuk sama-sama punya hak dan kewajiban yang sama untuk hasilkan keharmonisan bunyi dengan dukungan penuh 300 siswa bermain chord pengiring lagu.

Sebuah komposisi yang luhur, dengan mempertimbangkan rytmic filler, melodic filler, descanto melodic, sampai pada urusan profesionalisme ‘perpanggungan’.

Pesan Karakter dari Musik Tak Berkasta

Istilah musik dapat didefinisikan sebagai suatu kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena musik dapat menjadikan orang merasa senang, gembira dan nyaman.  Musik bisa mengatasi kebosanan dan menangkal kebisingan eksternal yang mengganggu. Musik juga dapat membantu kita merasa bertenaga, percaya diri, mengurangi kesedihan, menghapus kemarahan, melepaskan stress serta mengurangi rasa takut dan cemas (Fauziah, 2011).

Plato mengemukakan pandangannya tentang musik; Musik is a moral law. It gives soul to the universe, wings to the mind, flight to the imagination, and charm and gaiety to life and to everything. Musik sebagai bentuk dari hukum moral yang memberikan jiwa pada alam dan lingkungan. Musik merupakan imajinasi dan gambaran luapan dari emosi dan perasaan manusia. Meskipun musik  tidak  terlihat, namun dapat memberikan ketenangan dan gairah  dan keceriaan hidup bagi penikmatnya.

Dok. Penulis

Pada proses workshop sebuah pesan mendalam disampaikan perwakilan para maestro, Aryz Bulo, yang dulu (hanya) sebagai alumni ‘STM’ (SMKN 2 Kupang) – bukan alumni sekolah seni – menekankan tentang pentingnya kerja keras untuk bisa bermusik hingga ke level internasional. ‘’kalau lu suka gitar, kejar terus, usaha terus, agar bisa suskes dengan gitar…’’ Pernyataan dan pengalamannya dibagi kepada 300an siswa dan guru pendamping. Sementara Maestro Ketadu Mara, Opa Hendrik Bunga, dalam bincang singkat bersama penulis, menyesalkan banyak musik tradisional belum diajarkan di sekolah-sekolah. Menurut beliau, musik tradisional mempunyai kekuatan yang sama dengan musik barat pada umumnya.

Dalam proses workshop, seminggu sebelum pertemuan bersama maestro, para peserta diberikan partitur chord gitar dan juga video tutorial. Hal ini untuk melatih kemandirian siswa untuk belajar di rumah, ditambahkan pendampingan lanjutan pra dan pasca bersama guru pendamping di sekolah. Dalam bermusik, kemandirian atau kerja keras tiap individu dibutuhkan, sebelum mereka bergabung ansambel bersama peerta lainnya. Ini bukti bahwa memang musik adalah ilmu pengetahuan yang mesti dipelajari dengan tekun dan mendalam untuk mencapai target dan dampak jangka panjang (outcome).

Selanjutnya diadakan latihan bersama, 300 siswa bersama maestro. Para siswa diberikan (mengalami) pengalaman estetika musik, pengalaman musik bersama, pengalaman sosial dalam bermusik, pengalaman kedisiplinan, pengalaman ketekunan, saling menghargai sesama tim, saling menghormati keutuhan bunyi tiap birama, saling mengapresiasi ketika ada peserta yang sangat mahir seperti maestro, bekerja keras untuk menutupi kelemahan, saling membantu bila ada sesama yang kurang, sampai pada mampu menerjemahkan musik yang mereka alami untuk sebuah keindahan kontemporer yang bermartabat. Kedudukan musik NTT tidak akan rendah bila tiap musisi, pemerhati musik, ataupun akademisi dan pengajar musik, senada menyadari ada outcome atau dampak berkelanjutan yang didapatjkan dari musik yakni pengembangan karakter para pemusik dan dunia musik itu sendiri.

Pengalaman Musik Bersama

Pada dasarnya manfaat musik dan unsur yang terkandung di dalamnya seperti melody, rytme, dan harmony, serta tempo dan dinamikanya, selain untuk kecerdasan otak, mengembangkan keterampilan dan koordinasi motorik, meningkatkan keterampilan Bahasa, juga dapat meredakan stress, memperbaiki mood dan menanggulangi kecemasan berlebihan serta membuat suasana batin menjadi gembira (Dirjen PAUD Diknas dan Dikmen KEMENDIKBUDRISTEK RI).

Sebelum penayangan video dokumenter ‘concert music string bersama maestro’ nanti, para siswa/i peserta diberikan kesempatan untuk mengalami bersama permainan musik anasambel ‘sejenis’ alat musik string dengan menyusuri beberapa spot wisata di Kota Kupang, seperti pelataran Gedung Sasando El Tari, pantai Kelapa Lima, dan juga ‘Bukit cinta’.

Penjelajahan ini semakin menambah nuansa dari musik tak berkasta, bahwa pesan selanjutnya adalah bermusik mesti dimulai, sedang, ataupun diselesaikan dalam perasaan yang riang gembira, menyenangkan, dan membawa sukacita bagi para musisi dan penikmat musik itu sendiri. Karena pengalaman bersama adalah pengalaman karakter yang berpotensi dan memberikan peluang persatuan dan kesatuan, saling melengkapi, saling mengisi, satu hati, satu pikir, satu sikap untuk tujuan bersama, setara dan tak membeda-bedakan.

Pada akhirnya, “Musik Tak Berkasta” mesti menemui kedudukannya yang utuh di masyarakat, yakni melalui inovasi tiap lembaga pendidikan untuk mulai menyadari bahwa memang musik dan kedudukannya adalah hal yang mutlak sebagai pembentuk outcome bagi pengembangan Sumber Daya Manusia berkelanjutan. Tidak berlebihan bila kita senada bernyanyi bahwa memang musik itu adalah kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Selamat Hari Musik Nasional 2023. Musik Tak Berkasta dari Nusa Tenggara Timur untuk Indonesia yang Tak Berkasta, Bhineka Tunggal Ika!

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini