Kota Kupang, SEKOLAHTIMUR.COM – Setelah melakukan berbagai upaya percepatan penanganan masalah stunting selama 5 tahun (2018 – 2022), Pemprov NTT berhasil memberi perubahan yang signifikan terhadap persoalan stunting yang menurun hingga angka 17,7%.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT, Ruth D. Laiskodat, S.Si., APT., M.M., keberhasilan tersebut tidak terlepas dari kerja sama semua pihak yang turut mendukung kebijakan Pemprov NTT melalui program Operasi Timbang. Namun, hal tersebut belum cukup memuaskan, karena itu perlu ditingkatkan lagi kinerja bersama untuk mencapai target yang ditetapkan Pemprov NTT, yakni 10 – 12 % atau jauh lebih baik lagi.
“Dengan kerja keras dan usaha bersama pimpinan daerah, juga stakeholder, kita dengan kesehatan, maka 5 tahun berturut-turut kita mengalami penurunan. Penurunan rata-tara 4,4%. 2018, stunting kita NTT sebesar 35,4% atau 81.434 balita. Menurun terus setiap tahun, dan tahun 2022, bulan timbang Agustus tercatat 77.338 balita stunting atau 17,7%,” ungkap Ruth Laiskodat dalam jumpa pers pada Senin (06/03/2023) di aula Fatumnasi Dinas Kesehatan Provinsi NTT.
“Kenapa harus dihindari stunting ini? Karena bisa membuat anak sakit, pertumbuhannya tidak sehat. Ketika berumur 17 tahun, anak-anak kita akan mengalami sakit tidak menular seperti diabetes yang dapat merusak organ-organ vital lainnya,” lanjutnya.
Ruth Laiskodat menjelaskan, semakin banyak anak yang mengikuti operasi timbang, maka penanganan masalah stunting akan tepat sasaran dan lebih cepat capainnya terhadap target Pemprov NTT.
“Jumlah total anak yang dapat ditimbang hingga Agustus 2022 sebesar 436.129 balita atau 98,5% dari 442.710 balita yang terdata. Semakin banyak atau semakin dekat jumlah riil anak yang ditimbang, itu semakin baik karena ada nama dan alamat dari anak, sehingga tenaga kesehatan bisa melakukan intervensi,” ujarnya.
“Ini pencapaian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dari target nasional sebesar 14%. Kita berharap NTT bisa mencapai 12% di tahun 2023. Jadi kita masih di angka 17,7% dan itu belum menggembirakan. Lebih bagus lagi kalau kita bisa di bawah dari target Pemprov NTT,” tandasnya.
Lebih lanjut, Ruth Laiskodat mengungkapkan bahwa keberhasilan Pemprov NTT tidak terlepas dari kerja keras seluruh tenaga kesehatan yang telah mengikuti prosedut teknis, peningkatan kompetensi melalui pelatihan dan pendampingan yang berkala.
“Stunting turun karena kita punya petunjuk teknis dari Perpres dan surat edaran Gubernur mengenai pelaksanaan operasi timbang. Kita punya tim operasi timbang yang terdiri dari 3 orang yakni; tenaga gizi, bidan dan perawat serta tenaga kesehatan lain,” ungkapnya.
“Peningkatan kapasitas dan keterampilan dalam menimbang, yang kita lakukan untuk 436 Puskesmas, pelatihan langsung dan melalui zoom meeting. Alat (Antropometri) yang digunakan juga sudah sesuai standar. Jadi tim ini harus benar-benar berkompetensi dan menggunakan peralatan yang memadai,” jelasnya.
Ruth mengaku kalau dirinya belum cukup puas dengan hasil tersebut dan mengajak seluruh komponen masyarakat untuk sama-sama berusaha lebih keras lagi.
“Sekarang kita ada di urutan 28 kan, dari 34 provinsi. Bagi saya itu masih rendah dan belum oke. Masih nggak oke lah, masih 77.338. Masih harus naik lagi dan mesti harus ada usaha untuk angka stuntingnya lebih turun lagi bahkan kalau boleh di bawah yang ditargetkan pemprov,” pintanya. (Yosi Bataona/rf-red-st)