Kota Kupang, SEKOLAHTIMUR.COM – Dalam rangka menyongsong Hari Sastra NTT yang jatuh pada tanggal 16 Juni 2024, UPTD Taman Budaya Gerson Poyk, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT menggelar Forum Diskusi Budaya. Kegiatan yang mengusung tema “Mengenang Hidup dan Karya Gerson Poyk untuk Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan di NTT” tersebut berlangsung pada Jumat (14/06/2024) di Taman Budaya Gerson Poyk Kupang.
Kepala UPTD Taman Budaya Gerson Poyk, Mohadi, S.Sn., menyampaikan, seorang pegiat seni dan sastra tidak hanya mampu menampilkan karyanya di atas panggung, tetapi juga mampu untuk mengungkapkan gagasannya dengan baik.

“Urusan kesenian itu tidak hanya melakukan aksi-aksi atau kegiatan-kegiatan di atas panggung, tetapi yang lebih penting itu juga bagaimana seorang seniman bisa menuangkan karyanya dalam pikiran-pikiran. Itu kenapa seniman harus cerdas dan kritis. Maka untuk itulah kita harus melakukan diskusi budaya,” jelas Mohadi.
Lebih lanjut, Mohadi mengharapkan agar pikiran-pikiran yang cemerlang lahir dari forum ini untuk membangun sastra di NTT menjadi lebih baik ke depannya.
“Saya minta kepada teman-teman, apa sih mau tentang sastra ini untuk pemerintah ke depannya. Bagaimana yang harus dilakukan oleh pemerintah? Agar karya-karya yang lahir benar-benar kritis dan bermakna,” ujarnya
“Terima kasih untuk Yaspensi yang telah menggagas kegiatan ini. Kiranya di awal diskusi budaya ini, teman-teman bisa memberikan masukkan mengenai sastra kita ke depannya. Termasuk diskusi kali ini tetang Gerson Poyk. Bagaimanapun Gerson adalah jalan untuk membuka keran-keran sastra di NTT,” pintanya.

Sementara itu, pemantik dalam kegitan tersebut, Dr. Marselus Robot, M.Si., mengungkapkan, dalam pandangannya melalui kaca mata ahli filsafat, Jacques Derida bahwa Gerson Poyk selalu membangun pikiran-pikirannya yang baru dengan logika yang unik atau tidak biasa seperti pikiran pada umumnya.
“Dari perjumpaan maupun dari karya-karya Gerson Poyk yang saya coba mengaitkannya dengan teori “Dekonstruksi” Jacques Derida, yakni teknik berpikir Gerson yang membangun cara pandang baru dan bukan sesuai dengan keyakinan yang benar pada umumnya. Sehingga perbedaan dalam sebuah diskusi, itulah prinsip dekonstruksi atau merombak sesuatu dan mendaur ulangnya menjadi pikiran baru,” terang Akademisi Undana tersebut.
Tidak hanya itu, Marsel Robot juga meminta agar forum diskusi berikutnya perlu untuk membahas karya-karya anak NTT yang tidak kalah hebatnya dengan karya-karya penyair nasional.
“Saya harap berikutnya kita bisa membahas sastrawan-sastrawan NTT. Kita mesti memperhatikannya. Untuk anak-anak SMA kita bisa perkenalkan penulis-penulis kita yang tidak kalah hebatnya. Inilah yang sementara saya perjuangkan melalui karya esai-esai saya,” tandasnya.

Kegiatan tersebut dihadiri sejumlah sastrawan, pegiat seni, akademisi, pelajar, mahasiswa, dan perwakilan guru bahasa dan seni budaya SMA/SMK di Kota Kupang. Hadir pula secara daring dari Jakarta, putri Gerson Poyk, yakni sastrawan Fanny J. Poyk.
Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan Malam Apresiasi Seni “Mengenang Karya Sastrawan Gerson Poyk”, yang diisi dengan pembacaan puisi, nukilan cerpen dan novel, serta dramatisasi karya-karya Gerson Poyk oleh sejumlah komunitas dan pegiat seni.
Berdasarkan informasi yang dihimpun media ini, kegiatan forum diskusi tersebut merupakan diskusi pertama dari 8 diskusi yang diagendakan Taman Budaya Gerson Poyk sepanjang tahun 2024. Sementara Malam Apresiasi Seni akan digelar lagi sebanyak dua kali dalam tahun ini. (Yosi Bataona/rf-red-st)