Kota Kupang, SEKOLAHTIMUR.COM – Paskah merupakan peristiwa kebangkitan Yesus dari kematian menuju kehidupan baru yang abadi. Demikian diungkapkan Kepala SD Notre Dame Kupang, Sr. Eufrasia, SND., pekan lalu terkait makna perayaan paskah di lembaga pendidikan yang dipimpinnya itu.
“Bagi kami di sekolah Notre Dame, memaknai Paskah sebagai kehidupan baru. Kami selalu berusaha memperbaharui hidup seperti Yesus sebagai Altar Kristus,” jelas Sr. Eufrasia kepada media ini.
Paskah selalu diidentikkan dengan simbol telur dan kelinci. Menurut Sr. Eufrasia, keduanya memiliki arti sebuah kehidupan yang baru dan melambangkan kesuburan.
“Telur ayam melambangkan sebuah kehidupan baru yang berawal dari sebuah telur dan akan menjadi ayam, sedangkan kelinci adalah binatang yang memiliki tingkat reproduksi yang tinggi,” terangnya.

Lebih lanjut, Sr. Eufrasia menyampaikan, perayaan Paskah kali ini didesain dengan permainan-permainan yang lebih menarik agar meninggalkan kesan Paskah tahun ini di dalam hati anak-anak. “Ada permainan mencari telus Paskah, bagi-bagi hadiah dan kuis,” tandasnya.
Selain mencari telur Paskah yang sangat disukai anak-anak, ada juga permainan tanya-jawab atau kuis. Dalam permainan ini, anak-anak diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan Yesus. Dari situ, anak-anak bisa mengenal dan belajar dari Yesus.
“Dari kuis itu, kami tidak hanya memberikan hadiah secara cuma-cuma, tetapi kami mau mengajari anak-anak bahwa untuk mendapatkan segala sesuatu harus membutuhkan usaha seperti yang dilakukan oleh Yesus,” ujarnya.
“Dalam menyambut Paskah kami pada setiap jumat kami juga melakukan jalan salib hidup yang dilakukan oleh setiap anak. Kami mau menanamkan nilai-nilai kekatolikkan sejak dini kepada anak-anak, bahwa Yesus itu bangkit dengan mulia dan naik ke surga telah melalui proses perjuangan yang luar biasa melewati jalan salib,” terangnya.
Informasi yang dihimpun media ini, perayaan Paskah kali ini tidak hanya melibatkan anak-anak di Sekolah Notre Dame, melainkan juga anak-anak dari sejumlah Kelompok Umat Basis (KUB) yang ada di lingkungan paroki Santo Gregorius Agung Oeleta. (Yosi Bataona/rf-red-st)