Yustan, siswa kelas X SMK terbilang anak yang ramah, pandai, bergaul dengan siapa saja tanpa membedakan kaya ataupun miskin. Tidak hanya itu, ia juga tipe anak yang berbakti dan penurut kepada sang ibu, sebab ibunya bekerja keras demi memenuhi kehidupannya apalagi menyangkut pendidikan Yustan, akan terus ia perjuangkan. Bekerja sebagai cleaning service dijalani ibu Yustan dengan senyum dan penuh syukur.
Pagi itu, Yustan pamit kepada ibunya untuk berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah, ia pun bergegas masuk ke ruang kelas namun Arnol sengaja mengait kakinya sampai ia terjatuh dan jam tangan kesayangannya rusak.
“Arnol, kamu sengaja ya buat aku terjatuh? Kamu tidak tahu betapa berharganya jam tangan ini bagiku?” ungkap Yustan sedih.
“Iya, aku sengaja ingin kamu terjatuh. Cengeng kamu. Berapa sih harga jam tangan itu biar nanti aku ganti dengan harga yang lebih mahal,” jawab Arnol sombong.
“Aku tahu kamu ini anak orang kaya yang mampu membeli apa saja dalam waktu sejekap. Tapi, kamu tidak mengerti arti pemberian sesungguhnya. Jam tangan ini memang murah tapi ibuku dengan susah payah mengumpulkan uang hanya ingin membelikan aku jam tangan ini agar aku bisa belajar mengatur waktu dengan baik.”
Rasa-rasanya Yustan ingin sekali menampar Arnol, namun ia selalu mengingat nasihat ibunya agar ia bersekolah dengan baik dan tidak membuat hal-hal yang mengganggu belajarnya. Sementara itu Arnol merenungi hidupnya dengan segala kelimpahan, orang tua yang lengkap tapi sayangnya ia kurang mendapat kasih sayang dari mereka.
Saat Arnol hendak meminta maaf kepada Yustan, tiba-tiba Wali Kelasnya datang memberi kabar bahwa ibunya Yustan baru saja mengalami kecelakaan saat berangkat kerja dan nyawanya tidak terselamatkan lagi.
Betapa hancurnya Yustan harus mengalami kepedihan berat seperti itu. Ia mulai kehilangan arah bahkan sudah berniat tak ingin sekolah lagi sejak ditinggal ibunya. Akan tetapi, Ibu Enjel, Wali Kelasnya memberi penguatan kepadanya agar tetap punya semangat dalam bersekolah.
“Nak, apa pun yang terjadi kamu harus tetap semangat ya sekolahnya? Ibumu sudah persiapkan segala sesuatunya untuk pendidikanmu maka harapan ibu janganlah kecewakan beliau,” kata Ibu Enjel.
“Terima kasih Ibu. Aku berjanji akan buat ibuku bangga kepadaku.”
Atas kejadian yang dialami Yustan, Arnol tersadar bahwa betapa pentingnya cinta seorang ibu baginya, sementara ia sendiri saja tidak pernah mengalami itu karena ibunya selalu sibuk dengan urusannya sendiri.
Untuk menebus rasa bersalah Arnol kepada Yustan, dengan sangat berani Arnol menemui kepala sekolah agar bisa memberikan beasiswa kepada Yustan, sebagai siswa berprestasi. Ternyata permohonan Arnol disetujui oleh kepala sekolah sehingga dapat meringankan beban Yustan. Arnol juga memberitahu ayahnya setelah tamat nanti bisa merekrut Yustan bekerja di kantornya.
Berjalannya waktu, Yustan mengalami perubahan drastis. Ia membuktikan dirinya bukan lagi anak yatim piatu miskin tetapi mampu mengubah hidup jauh lebih baik. Dalam hatinya ia berterima kasih kepada sang ibu.
“Terima kasih ibu, karena doamulah aku bisa mewujudkan harapanmu. Cinta ibuku sepanjang masa”. (*)
———————
Penulis: Erliana M. M. Tjiputra, S.Pd., Guru Bahasa Indonesia di SMK Negeri 7 Kupang.