Siang itu, suasana kelas cukup hening. Masing-masing orang secara pribadi maupun berkelompok menyaiapkan materinya untuk dipresentasikan di kelas. Materi kelas XI hari itu dari tema Ajaran Sosial Gereja pada pembahasan tentang Kerja dalam pandangan kitab Suci yang terambil dari kitab Kejadian 1:26-29. Guru Emanuel membuka pertemuan hari itu.
“Anak-anak, setelah membaca teks Kitab Kejadian 1:26-29, siapa saja tokoh yang ada dalam cerita tadi?”
“Allah, manusia laki-laki dan perempuan, serta makhluk ciptaan lain, ikan dan binatang,” sahut Agustinus, mewakili kelompoknya.
“Benar jawabmu, nak,” jawab pak guru, “Agustinus, Apa yang dikerjakan Allah?”
“Setahu saya ada tiga hal pak Guru, yang harus diteruskan manusia. Saya menjawab satu saja, dua yang lainnya dijawab oleh Siprianus dan Anselmus, Pak! Pertama, Allah menjadikan/menciptakan manusia laki-laki dan perempuan menurut citra-Nya,” jawab Agust.
“Dasar kau Agust, kerjanya hanya gara-gara,” Siprianus menyambung. “Hal kedua, Tuhan Allah memberkati jawaban pertama yang disampaikan Agustinus, pak Guru!”
“Dan mereka yang sudah diberkati Tuhan itu sesuai jawaban Siprianus, Tuhan memberi tugas kepada mereka untuk penuhi bumi dan kusai bumi, maka kita semua ada di sini pak Guru,” Anselmus menyambung Siprianus temannya.
“Kalian kreatif menjawabnya,” puji pak Guru Emanuel.
“Pak Guru, mengapa Allah menciptakan kita manusia?” Petrus tiba-tiba bersuara dari diamnya.
“Wah, baru kali ini saya tiba-tiba ditanyai oleh siswa. Hal pertama, Allah mau menyatakan kehendak, kuasa, kemahakuasaan dan keagungannya,” jawab Paulus Guru Agama Katolik. Kemudian meminta respons siswa lainnya.
“Agust, bisa bantu beri jawaban selanjutnya?”
“Siap Bapa Guru. Juga karena Allah adalah kasih, yang mencipta dan memelihara segala sesuatu dengan kasih-Nya.” Jawaban Agust tepat dan diapresiasi pak guru.
“Anak-anak, ada dua hal dalam teks kita yang berbicara tentang kerja. Kerja menurut teks kita adalah merencanakan dan berkuasa,” urai pak guru. Kemudian melanjutkan penjelasannya.
“Kerja berarti merencanakan dan menciptakan menurut gambar dan rupa-Nya sendiri, menurut citra-Nya sendiri. Ini berarti keberadaan Allah adalah contoh keberadaan manusia di bumi. Hanya manusialah yang mendapat tugas mencerminkan keberadaan Allah di dunia.”
“Artinya, apa Pak?” Agustinus menyela.
“Ssst… Agust, sabar,” Sipri menenangkannya.
“Pak Guru lanjut, ya. Artinya, manusia harus bersikap terhadap makhluk ciptaan lain seperti Allah berlaku terhadap ciptaan, yaitu memelihara, merawat, dan mengembangkan ciptaan.” Jelas pak Eman.
“Pak Guru! Anselmus memotong.
“Ya, Anselmus,” jawab pa Guru.
“Apakah itu berarti pekerjaan adalah bagian dari rencana Allah bagi manusia dan merupakan sarana penting bagi peertumbuhannya, memperlengkapinya, dan penyempurnaan pribadinya. Tiap pekerjaan mengandung nilai instrinsik sejauh dihubungkan dengan manusia citra Allah yang berkodrat rohani dan bebas”, penjelasan Anselmus dengan tata gerak tangan, kepala dan tubuhnya seakan sinkron dengan suaranya yang bernada.
“Tepat sekali penjelasanmu, nak. Dari mana engkau memiliki pengetahuan itu?” tanya pak guru Emanuel, penasaran.
“Yang pasti bukan dari tiga teman saya ini.” Anselmus menunjuk teman-temannya. Ia melanjutkan. “Saya baca buku pengayaan di perpustakaan sekolah. Dalam buku itu ada nama Bapak sebagai penulis buku tersebut. Iiih, Bapak kereeen.” Ansel berbangga punya guru penulis buku hebat.
“Baik, kita lanjut ya. Gasss atau remmm?” Tanya pak Eman. Rama-ramai menjawab:
“Gass full memang pak”.
“Siapa yang tau arti lain dari bekerja?” Kalau ada yang bisa menjawab, pa Guru kasih hadiah buku yang pak tulis. Adakah yang bersuara? Tanya Guru Eman. Semuanya diam. Saling memandang dan berbisik. Petrus mengutak atik file dalam HP nya mencari sesuatu. Makin serius dan… beberapa detik kemudian….
“Saya, Petrus Nakfatu akan menjawab! Beri saya lima menit berbicara!” Sahut Petrus berwibawa.
“Haaaaa…tidak salah dengar nih. Saya tidak mimpi kan di siang bolong?” Agust menaikan suhu diskusi. Tanpa basa-basi menunggu ijinan gurunya, Petrus bersuara langsung membaca catatan kecil yang telah disalinnya dari HP.
“Bekerja berarti menguasai alam. Kuasa manusia terhadap alam tidak mutlak atau absolut tetapi partisipatif atau fakultatif, dimana kuasa manusia itu dapat diambil oleh Allah kapan saja. Kuasa terhadap alam bukan sewenang-wenang tetapi agar ia manusia memakai kuasanya itu untuk melindungi, mengatur, mengolah, merawat, memelihara, dan mengembangkan ciptaan secara bertanggung jawab, dan menyelamatkan ciptaan. Manusia menjadi co-cerator rekan sekerja Allah, sebagai penerus karya Allah yang belum sepenuhnya diselesaikan. Manusia itu disebut citra sekerja Allah sejauh ia mirip dengan Allah pencipta-Nya, karenanya dalam bekerja ia gunakan akal budi, hati nurani, dan kehendak bebasnya secara bertanggung jawab menuju maksud penciptaan,” demikian pak Guru, tutup Petrus.
“Tepuk salut, luarbiasa Petrus, sempurna penjelasannya nak. Dari mana pengetahuan ini engkau peroleh? Pak, belum pernah mengajarkan ini ke kalian, tapi engkau sudah bisa mnejawabnya” Pak Guru menanya heran dan kagum.
“Aaahh, itu palingan copas dari internet pak!” Sambar Agust.
“Iya betul Pak, tadi saya lihat Petrus utak-atik HP nya,” Sipri mendukung.
“Palingan dia bayar orang untuk kerja, Pak” Ansel meruncing posisi kontra Petrus.
“Biarkan Petrus menjawab. Bagaimana Petrus?” Pak Guru mempersilahkan.
“Semua yang dikatakan memang baik, benar adanya. Tadi memang saya utak-atik HP, saya memang copy paste pikiran orang, tapi saya juga punya pikiran sendiri untuk mengolahnya. Yang tidak benar adalah bahwa saya membayar orang untuk memberi jawaban tadi itu!”
“Lalu…” Sahut Agus.
“Yang benar adalah, selama tiga hari ini saya mempersiapkan diri dengan belajar bersama om saya. Om saya pernah belajar di Seminari Tinggi, Yosep namanya. Dialah yang mengajari saya. Begitulah teman-temanku. Pa Guru, bukunya benaran jadi hadiah untuk saya kan?” Affirmasi Petrus sambil menagih janji gurunya.
“Oooo, pantasan…” ramai-ramai menjawab.
“Jawabannya, kayak para frater, na. Hanya yang belajar di Seminari yang bisa menjawab begitu.” Hadiahnya sebentar ambil di ruang Bapak ya.” Jelas pak Eman. Pak Guru meneruskan.
“Baik, anak-anak. Pa Guru akan memberikan satu pertanyaan untuk kalian semua jawab. Pertanyaannya adalah: Hal baik apa yang dapat kita pelajari dari Allah dari teks Kejadian 1:26-29 tadi dalam hal kerja? Kalian bisa minta jawabannya dari google, dari siapa saja saat jam pelajaran ini. Kalo anak-anak sudah mencatat soalnya, kita istirahat 10 menit dalam ruangan ini sambil mendengarkan Mars YASPENSI yang ada kaitannya dengan karakter kerja dan penemuan diri, juga sambil mendengarkan musik intrument,” Pak guru Emanuel menjelaskan.
“Iya, pak! Suara kor kompak kelas siswa kelas XI Jurusan Nautika Kapal Penangkap Ikan dari SMK Negeri 7 Kupang.
Pak guru pun memutar slide lagu Mars YASPENSI ciptaan pak Rian Seong, seorang pegiat seni dari kota Kupang. Kemudian ditayangkan video musikalisasi puisi dari Sastrawan muda NTT Robertus Fahik, dan musik instrumen klasik sebagai peneman mereka mengerjakan tugasnya. Lima belas menut kemudian…
“Baik, anak-anak, waktunya sudah selesai. Ayo masing-masing perwakilan tiap kelompok maju memplenokan di depan secara berurutan dari kelompok satu sampai kelompok lima. Bisa ya?” Tanya dan motivasi pak Emanuel.
“Siap, Bisa!”
Kelima orang perwakilan maju ke depan kelas membawa hasil diskusi kecil di kelompoknya masing-masing, dan berururan berbicara. Agus mewakili kelompok 1, Ansel dari kelompok 2, Sipri perwakilan kelompo 3, Yohanes kepercayaan kelompok 4, dan Petrus dari kelompok 5. Kelima anak ini sudah siap. Pak guru menganggukan kepala tanda mulai.
“Selamat siang!” Agus membuka sidang pleno, dan dijawab rekan-rekannya:
“Siang, siang, siang. Luarbiasa.” Wuuuu… Haaa…Taruna BISA OK!”
“Hasil rembuk bersama dari kelompok 1 menjawabi pertanyaan: Hal baik apa yang dapat kita pelajari tentang Kerja dari kitab Kejadian 1:26-29 adalah: bahwa kreativitas dan inovatif berbuat sesuatu untuk hasilkan sesuatu, di mana kita menciptakan atau mengadakan atau menghasilkan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Atau mendaur ulang barang bekas menjadi barang baru yang berguna dan bernilai lebih. Dengan demikian, membebaskan dirinya dari keterikatan dengan alam untuk menguasai alam.”
“Kami kelompok 2 bersepakat, manusia bekerja secara bertanggungjawab, bukan saja untuk produktivitas tetapi juga untuk menceerminkan kepribadiannya. Kualitas kerja adalah gambaran diri pekerja.”
“Kelompok 3, kelompok yang saya wakili bertemu dalam kalimat: kita manusia pekerja dapat memberi kepercayaan, wewenang, dan mandat kepada orang lain untuk bekerja sesuai dengan bakat dan talentanya, sesuai uraian tugasnya, sesuai profesi dan statusnya.”
Pleno diskusi terhenti beberapa saat karena listrik padam. Mengisi ruang spasi ini, majulah Guru Tamu dari Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Kupang, Dosen El Ro, memainkan gitar akustik sambil menunggu saudara listrik kembali normal. Kepiawaian dan kelentikan jemari Pak Dosen memukau taruna-taruni. Aplaus diberikan saat listrik hidup.’ Pleno dilanjutkan sang moderator yang adalah juga gitaris.
“Terima kasih listrik menyala, artinya ada peluang kerja bagi orang lain. Baik, kami kelompok 4 pada titik temu: Kerja itu memberkati orang, menghargai orang lain, memberi pujian dan pengakuan kepada mereka yang bekerja secara profesional, seperti tukang listrik dan pegawai PLN yang berjuang.”
“Akhirnya, Petrus Nakfatu merangkum kelompok 5 dalam jawaban: manusia adalah tuan atas kerja atau pekerjaan, dan bukan sebagai budak dari pekerjaannya. Manusia yang menguasai, mengatur, dan menjadwalkan waktunya dalam bekerja, dan karena itu waktunya yang lain dapat dipakai selain untuk melakukan kebaikan-kebaikan kecil tetapi juga untuk bersyukur kepada Tuhan dalam doa dan atau ekaristi. Kerja mengarahkan orang pada Tuhan, dan bukannya kerja menjauhkan orang dari Tuhan. Pekerjaannya itu menguduskan dan menyempurnakan hidupnya, karena manusia ikut dalam karya pencipta Allah, termasuk memberikan kontribusi sosio religiusnya demi kemajuan bersama. Kerja yang bijaksana maka membuat manusia bahagia di bumi dan di akhirat. Terima kasih, kami berlima selesai.” Tutup Petrus.
“Tepuk salaut…salut salut…salut”, ajakan moderator diikuti semua yang hadir.
“Kalian semua jawabannya sempurna, tadi ada Chat dari om Yosep, katanya kalian semua selama tiga hari ini belajar mendalami materi kita hari ini. Luarbiasa. Pa bangga dan bingung dan heran dan apresiasi bagi kalian semua,” guru Emanuel berkaca-kaca. Moderator pak Dosen El Ro menyimpulkan hasil pleno dan diskusi sebagai bagian katekese iman hari ini.
“Baik, sampailah kita pada kesimpulan bahwa, Kerja tampak dalam Sabda (kata, dan ajaran) dan tindakan (karya). Kesamaan dan persamaan setiap pribadi sebagai manusia yang berjiwa dan secitra Allah tampak dalam kerjanya di dunia untuk pengudusan diri, kebahagiaan bersama, keselamatan dirinya, dan pemuliaan Tuhan,” urai tutup moderator.
Ternyata usut punya usut, pak Dosen El Ro juga alumnus Seminari Tinggi yang sukses berkarya di lembaga perguruan tinggi.
“Terima kasih anak-anakku untuk katekese kita hari ini. Tolong rangkum baik-baik bahan sharing iman kita hari ini untuk pak edit dan publikasi di majalah online SekolahTimur.Com. Selanjutnya, artikel tadi akan dikumpulkan bersam artikel lainnya untuk pak kirim ke rekan guru pak Saverinus di SMAK Sint. Karolus, supaya membantu proses penerbitannya menjadi Buku ber-ISBN. Doakan hadirnya buku tersebut pada tanggal 17 Agustus 2022. Amin. Kita tutup kegiatan kita dengan doa Ratu Surga. Ratu Surga, bersukacitalah, Alleluya…” (*)