Menabung dari Uang Jajan

0
359
Ilustrasi. (Pngtree)

Belajar menabung, belajar hidup hemat. Namun hal ini tidak bisa dilakukan oleh semua pelajar. Sebut saja Tio yang setiap harinya mendapatkan uang jajan dari orang tuanya sebesar Rp 20.000 dan bisa dihabiskannya dalam waktu singkat. Berbeda sekali dengan Ronald yang selalu mendapatkan uang jajan dari orang tuanya hanya Rp 10.000 per hari namun ia masih menyisihkan uangnya untuk ditabung.

Ronald selalu mengamati temannya itu, setiap hari pasti uang jajannya selalu habis saat masuk kantin. Padahal mau dibilang kehidupan Tio ini pas-pasan juga. Ayah Tio seorang buruh bangunan. Sebagai teman yang baik, Ronald tidak ingin Tio selalu memboroskan uang apalagi hanya untuk jajan, namun Tio merasa bahwa temannya mulai mengatur dia.

“Tio, aku lihat kamu ini sering menghabiskan uang jajan setiap hari di kantin dengan mentraktir teman-teman?” ungkap Ronald.

“Lalu, apa urusanmu? Memangnya kamu ini siapa, sok atur-atur hidup Aku? Ayahku saja tidak berani atur-atur malah kamu ini kok seenaknya sama aku sih,” jawab Tio.

“Tio, aku tak bermasuk untuk mengatur. Tapi alangkah baiknya kamu belajar untuk menyisihkan uang jajanmu itu dengan menabung seperti yang aku lakukan. Apa kamu tidak kasian sama ayahmu dengan kerjaannya hanya tukang bangunan yang tidak setiap harinya ada penghasilan”.

“Itu bukan urusanmu, aku tak peduli itu urusan ayahku, intinya saat aku minta uang jajan harus ada. Lantas, apa kelebihannya menabung toh ujung-ujung terpakai juga”.

“Ada kelebihan yang bisa kamu dapatkan dari menabung kok. Kamu belajar menekan pengeluaran yang tidak perlu, belajar menghemat dan dalam situasi sulit maka tabunganmu itu bisa membantumu”.

Tio sama sekali tidak peduli dengan kesulitan sang ayah. Ia akan memberontak jika keinginannya tidak dikabulkan. Sampai suatu hari, ayah Tio jatuh sakit dan hanya terbaring di tempat tidur tak berdaya, sementara ada beban tanggung jawab di pundak sang ayah demi memenuhi kehidupan keluarganya.

Keesokan harinya, Ronald dan wali kelasnya pergi menjenguk orang tua Tio dan sekaligus melihat kondisi Tio yang sudah 5 hari tidak masuk sekolah.

“Tio, kenapa kamu tidak mengabari kami jika kamu tidak masuk sekolah karena ayahmu sakit?”

“Maaf ya Bu Siska, aku mau ke sekolah untuk meminta izin tapi…. Ayahku tak bisa aku tinggal. Aku mau menelpon ibu namun tidak ada uang beli pulsa”.

“Baiklah, ibu terima alasanmu. Untung saja Ronald yang memberitahu ibu kalo tidak maka ibu juga tidak tahu dengan keadaanmu sekarang”.

Melihat keadaan Ayah Tio seperti ini rasa iba pun muncul dalam diri Ronald untuk membantu ayah Tio. Ayah Tio harus segera dibawa ke rumah sakit agar bisa mendapatkan perawatan secara baik.

“Tio, kamu tidak perlu khawatir soal biaya ayahmu. Aku akan membantumu”.

“Dari mana kamu mendapatkan uang sedangkan kamu juga hidupnya susah”.

“Kamu masih ingat kan perkataan aku tempo hari mengenai menabung? Dari tabungan aku semoga bisa meringankan beban keluargamu ya?”.

Tio mulai tersadar dan malu terhadap Ronald karena motivasi baiknya tidak direspon positif dan sekarang barulah ia mengerti betapa pentingnya menabung.

“Ronald, aku ucapin terima kasih dan sekaligus memohon maaf karena perkataanmu tempo hari tidak aku gubris. Ternyata, ada manfaatnya. Mulai sekarang aku mau belajar menabung”.

“Tio, tidak ada kata terlambat untuk menabung. Jika kamu sudah niat untuk menabung harus dilakukan dengan niat”.

Akhirnya, Ronald mampu mengubah cara hidup Tio yang dulunya hidup boros sekarang bisa belajar hidup hemat melalui menabung. (*)

———————

Penulis: Erliana M. M. Tjiputra, S.Pd., Guru Bahasa Indonesia di SMK Negeri 7 Kupang.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini