Namaku, Profesiku (Refleksi HUT SMKN 7 Kupang, 26 Maret 2023)

0
110
Oleh Patrisius Leu, S.Fil., Guru Penulis & Wakasek Kesiswaan SMKN 7 Kupang, Fasilitator YASPENSI.

Pengantar

Nama mungkin tidak penting, tetapi keharuman pribadi yang menggunakan nama itu termatlah penting. Baik buruknya tindakan akan dibicarakan, ditulis, dan dikenang orang sesuai kebenaran faktanya. Nama yang dikenakan pada diri entah dari agama, bahasa, dan budaya apa pun selalu menunjukkan jabatan, tugas, identitas, karya, harapan, harapan, situasi, peristiwa yang terjadi, rasa syukur, penghormatan, optimisme, dan ungkapan iman.

Nama menunjukkan kepribadian yang bersangkutan dalam hidup, demikian arti yang diberikan untuk kata Latin “Nomen Est Omen.” Arti sebuah nama, dapat terungkap secara kronologis dalam kehidupan, perilaku manusia, dan hasil karyanya untuk menjawab hakekat hidup sebagai seorang guru, teladan dan tokoh tanpa tanda jasa. Dari sebuah nama kita bisa mengenal pribadi pemilik nama tersebut dan apa pesan Allah, alam, leluhur dan jabatan profesinya yang terungkap lewat penyebutan namanya.

Namaku: Guru SMKN 7 Kupang

Katakan siapa namamu? Apa nama jurusanmu? Katakan siapa teman-temanmu? Dan aku akan katakan siapa dirimu dan seperti apa sekolahmu. Siapa itu guru SMKN 7 Kupang? Pertanyaan tentang identitas ini mengacu pada realitas eksisistensial akan hakekat dari formasi pendidikan formal. Hakikat fungsionalnya berdasar pada citranya di suatu lembaga pendidikan juga keberadaannya di masyarakat.

Citra dan nama jabatan guru tetap dinilai masyarakat sebagai pemberi inspirasi, penggerak, pelatih, pemimpin, dan penyebar nilai-nilai luhur, serta pemberi teladan bagi anak didik dan lingkungan sosialnya. Ekistensi-keberadaan pada gelar nama Guru adalah seorang pelayan dan pewarta yang dipanggil Allah dan Negara untuk menjalankan misi pelayanan di tengah dunia. Sebagai “kaum terpanggil,” ia bekerja sama dengan para pemimpin rohani dan kepala pemerintahan menerjemahkan visi misi pemerintah yang dikonkritkan di sekolah tempat pengabdiannya.

Menjadi guru bukan soal prestasi apalagi prestise, bukanlah soal kekayaan, apalagi popularitas. Panggilan termulia menjadi guru adalah pelayanan dan pewartaan yang menyuarakan kebenaran iman dan ilmu di jantung dunia. Kesatuan dengan Sang Guru Ilahi adalah kekuatannya sebagai pelayan Tuhan plus abdi negara-abdi masyarakat, abdi budaya-abdi keluarga.

Tanggung jawab profesi dan profetis adalah panggilan jiwa para guru, yang penting baginya adalah bagaimana menghasilkan manusia berkarakter sesuai format kementerian pendidikan dan kebudayaan riset dan teknologi demi keutuhan NKRI harga mati dalam moderasi beragama dan berbudaya. Proses formasio bukanlah semata-mata tugas guru kejuruan di sekolah, melainkan semua komponen yang ada dalam kehidupan peserta didik termasuk para pegawai dan penjaga sekolah.

Bangga sebagai Guru SMKN 7 Kupang

Mengapa saya dan guru lainnya bangga bila disapa sebagai Guru di SMK Negeri 7 Kupang? Kebanggaan Pertama: Identitas diri. Identitas diri kami tergambar dalam tiga hal berikut: pertama, Guru SMKN 7 adalah satu, orang yang hidup dalam prinsip kesatuan dengan Tuhan yang Esa dan dengan masyarakat. Mereka orang yang sungguh-sungguh hidup dalam atmosfer kudus, suci, dan ilahi karena bergaul dengan Allah Esa sesuai sila pertama Pancasila. Satu pikirannya, tidak kacau; otak, hati, dan seluruh diri dikuasai oleh Tuhan; atau saya, dia, kami, dan mereka memanfaatkan seluruh bakat dan talenta yang ada pada diri ini untuk kemuliaan Tuhan di satuan pendidikan.

Kedua, hidup dalam humanum/manusiawi sebagai orang yang dekat di hati sesama, yang sangat mengasihi sesama, dan bekerja siang – malam dalam keadaan sehat dan tidak sehat untuk sesamanya. Rumah hatinya, terbuka untuk “memberi makan dan minum” bagi sesama.

Ketiga, mereka guru kejuruan (Pelayaran dan TKJ) dan guru adaptif-normatif (guru muatan nasional dan kewilayahan) adalah orang-orang yang hidup berkomunitas, mencintai Tuhan dan mengasihi sesama sekaligus (ada atmosfer ilahi dan insani). Komunitas sesamanya di sekolah, adalah peserta didik dan rekan guru; komunitas di rumah, sesamanya keluarganya, orangtua dan anak-anak bersaudara; dan komunitas di masyarakat, sesamanya adalah umat (jamaah) Allah, umat beriman dan lapisan masyarakat multikultur-multi agama dalam moderasi beragama-kolaborasi antarbidang.

Kebaggaan Kedua sebagai korps guru SMKN 7 Kupang, tugas kami diringkas dalam kata 5H (head, heart, holly, hand, health). Head, mengisi otak anak-anak dengan pengetahuan yang benar; heart, mengisi hati anak-anak dengan hal-hal mulia, dengan kata-kata sopan santun; holly, para guru menguduskan dirinya dan menguduskan anak-anaknya; hand, mengajarkan hal kerja tangan dan praktik kepada anak-anaknya bukan untuk mencuri dan menipu tetapi untuk bekerja keras dan memberi bantuan; health, guru mengajarkan anak-anak hidup sehat dari dalam diri dan dari luar diri sebab ia sendiri menunjukkan teladannya. Di era teknologi 5.0 setelah diterpa pandemi Corona Virus, keteladanan hidup sehat dalam penerapan protokol kesehatan 8M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, membatasi mobilitas, mengurangi makan bersama orang tak serumah, menghindari foto bersama tanpa masker, meningkatkan doa dan amal ibadah) amat perlu.

Dua kebanggaan guru ini sebagai keteladanan misinya bergerak pada dunia pendidikan, pewartaan dan kemanusiaan. Di mana saya berada, di situlah rumah saya, di situlah saya bermisi. Misi kami menggunakan profesi keilmuanku diselaraskan dengan kompetensi sekolah melalui literasi pendidikan kepada peserta didik dan masyarakat yang dilayani.

Penutup

Nama yang kami sandang, mengajarkan bahwa ketaatan–kesetiaan pada panggilan profesi dan menjalani panggilan hidup dapat membawa pemaknaan baru dalam kedewasaan intelektual–moral–spiritual sebagai nilai-nilai yang menghantar pada Kebenaran dalam aksi kemanusiaan di tempat kami berlopo. Aku, kami, dan kita bangga dengan nama dan profesiku, Guru Hebat dari SMKN 7 Kupang yang terus belajar melalui mengajar meneladani para guru awal. Nomen Est Omen, itulah diri kita yang sekarang dan nanti menjadi, dari aku yang ideal menuju aku yang riil.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini