Pada Minggu, 22 Juni 2025, Kapela Santa Theresia Tenau Kupang dipenuhi oleh umat untuk merayakan Ekaristi Kudus. Berdasarkan Kalender Liturgi Gereja Katolik, Minggu itu disebut Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Umat berkumpul dan sceara bersama merayakan perayaan ekaristi. Ekaristi Minggu itu dipimpin oleh Pastor Rekan Adrianus Dimu. Pastor Ini sangat familiar dengan umatnya dalam pelayanan karya pastoral umat. Ia sering disapa dengan Pastor Ama.
Pada hari Raya Tubuh dan Kristus Minggu itu juga diterimakan Sakramen Maha Kudus kepada 13 orang anak. Mereka adalah anak-anak di wilayah Gereja Katolik Tenau yang sejak bulan April 2025 mengikuti pendidikan dan pembinaan bersama para pembina iman. Selama 3 bulan lamanya mereka memperoleh pembinaan terutama pengetahuan dasar Gereja Katolik, doa-doa Dasar gereja Katolik serta penguatan Karakter pembentukan sikap, budi pekerti luhur.
Ungkapan dan pesan pertama kali dari seorang peserta komuni pertama yakni Vinsensius Mario Rango (nama panggilan Bungsu) yang mengatakan bahwa meyambut Tubuh dan darah Kristus sangat menyenangkan dan menyejahterakan. Karena Momentum Penerimaan Komuni yang pertama bagi Bungsu menggambarkan suasana batin dan panggilan jiwa dalam memahami Ekaristi Kudus sebagai pusat hidup yang menyenangkan hidupnya. Kemudian peristiwa menerima Komuni kudus adalah sebuah kerinduan orang Katolik sejak lama ditunggu untuk menyambutnya setiap mengikuti ekaristi.
Bagaimana kata orang tua Bungsu terhadap peristiwa menyambut Komuni ini? Bahwa 13 anak ini sangat merindukan dan mendambakan untuk menyambut Tubuh dan darah Kristus. Karena selama Orang Katolik belum menerima Komuni Kudus ini tentu dirinya merasa kosong, sehingga menymabut Tubuh dan Darah Kristus menumbuhkan dan meningkatkan iman umat manusia kepada Tuhan.Tentu memberikan tanda kehadiran Allah yang mempersatukan dan mempertemukan dalan komunikasi iman. Literasi Iman sangat menentukan masa depan umatnya dalam bidang pewartaan Akan Kerajaan Allah.
Arti dan Makna Ekaristi dalam Gereja Katolik
Ekaristi merupakan Karya Agung Allah bagi manusia. Seperti dalam kehidupan sehari hari manusia memiliki pengalaman dalam makan bersama di Keluarga. Namun keadaan dan suasana makan bersama dalam Ekaristi tidak sekedar makan dan minum biasa.Makan bersama dalam ekaristi dimaknai sebagai ungkapan rasa cinta, rasa pengharapan dan persaudaraan dalam hidup bersama.Pada bagian ini mau menggambarkan bahwa Sakramen Ekaristi merupakan tanda yang mendatangkan rahmat persaudaraan yang menyenangkan dan menyejahterakan.Sakramen Ekaristi ini dalam Gereja Katolik menlambangkan dan mengungkapkan pengalaman yang dasariah manusia yang membahagiakan.
Hal di atas memberikan pemahaman akan Literasi Ekaristi yang menyelamatkan, mempersatukan serta menumbuhkembangkan iman manusia. Sakramen Ekaristi meningkatkan dan menjamin mutu hidup Kita sebagai orang Kristiani. Ekaristi Kudus menyempurnakan inisiasi Kristen. Oleh Ekaristi kita mengambil bagian dalam Kurban Tuhan bersama umat Allah secara komprehensif. Bahwa Ekaristi adalah pusat dan puncak seluruh sakramen Allah.Bahkan dalam Lumen Gentium artikel 11 mengatakan bahwa Sakramen Ekaristi merupakan sumber dan puncak hidup beriman Kristiani.Dalam Ekaristi itu Gereja merayakan perjamuan bersama dan dalam Kristus Pula. Yesus Kristus yang diterima manusia melambangkan dan menandakan Persatuan Gereja dengan Kristus sendiri.
Bagaimana Menghayati Ekaristi dalam Hidup
Orang Katolik memahamai Ekaristi sebagai peristiwa yang mempersatukan, mengenang Sengsara, dan Wafat Yesus yang menyelamatkan, mengangkat manusia dari keterpurukan dosa untuk mengalami rahmat kejayaan dan kemenangan serta berpengharapan hidup. Dalam refleksi Pastor Adrianus Dimu pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, Minggu, 22 Juni 2025 di Kapela Santa Theresia Tenau, dikatakan bahwa pada malam menjelang sengsara-Nya Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk duduk bersama dan makan bersama. Di sini Yesus memberikan perintah-Nya kepada para murid-Nya bahwa Kamu harus saling mengasihi. Ini Amanat dari Yesus Kristus supaya Saling mengasihi. Perintah agung ini memberi makna bahwa dalam hidup ini perlu mengasihi, mencintai dalam pelayanan hidupnya.
Pastor Adrianus memberikan 3 pokok dasar saling mengasihi berupa dasar iman seperti ungkapan iman minta tolong, mengucapkan terima kasih serta mengucapkan minta maaf/permohonan maaf. Dalam 3 bentuk ucapan ini mau menggambarkan bahwa pribadi Kristiani selalu menghayati dirinya sebagai anak-anak Allah yang bersaudara, beriman, berprestasi, berkarakter serta berbudaya.Tentunya Kita merasa menyenangkan dan menyejahterakan hidupnya. Akhirnya refleksi Pastor Adrianus mau mengajak kepada 13 anak dalam meyambut Tubuh dan darah Kristus membangun relasi komunikasi mulai dari Keluarga. Keluarga-Keluarga Kristiani merupakan Gereja rumah Tangga (Ecclesia Domestica).
Keluarga merupakan basis Gerejani, Keluarga sebagai pusat iman yang hidup dalam dinamika, suka duka keluarga Katolik, Keluarga juga merupakan Sekolah Kemanusiaan, sekolah menanamkan nilai-nilai dasar Kristiani yang membentuk diri kita menjadi pribadi yang saling mengaasihi, menghormati dan rela berkorban. Akhirnya, profisiat bagi 13 anak ini dalam menyambut Tubuh dan Darah Kristus. Berterima kasih kepada orangtua untuk memperhatikan dimensi spiritual kerohanian Katolik di era milenial yang memberikan tantangan dan persoalan hidup dengan tren yang menggoda kita. Marilah kita memperkuat hidup kita dengan selalu merayakan Ekaristi Kudus. (Editor: Patrisius Leu, S.Fil./YSB/rf-red-st)


