Mereka dalam Ceritaku

0
60
Yestu A. Nenotek, S.Th., Alumnus SMKN 7 Kupang, Angkatan ke-2, Jurusan Nautika Kapal Niaga

PENULIS lagu dan penyanyi legendaris Obbie Messakh sungguh meninggalkan banyak pesan bagi pendengar lagunya tentang kisah kasih di sekolah. Satu frasa yang menyentuh kehidupanku adalah “masa-masa paling indah, masa-masa di sekolah”. Masa ini menentukan dan menjadi tolok ukur pencapaian saya hari ini. Masa ini penting karena telah dilewati dengan kebersamaan, kepedulian dan kehangatan sahabat dan guruku.

Kenyataan di balik masa yang indah sungguh tak diharapkan siapapun bahkan saya sendiri, namun kenyataan menuntut untuk melewatinya. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 10 Januari tahun 2017. Saat itu, saya sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian sekolah setelah liburan natal dan liburan semester. Saat di mana siswa-siswi kelas XII SMA atau SMK siap mengikuti banyak les tambahan atau mungkin sedang giat belajar agar dapat mengikuti ujian Sekolah yang beberapa bulan lagi akan diadakan. Saya harus menghadapi kenyataan memilih melanjutkan sekolah dengan berjuang sendiri, hidup tanpa tempat tinggal, pakaian sekolah, dan bahkan uang untuk membayar sekolah, angkot dan makan. Tetapi dibalik kenyataan ini, telah dibalut dengan masa yang paling indah, masa dimana sahabat dan guru mengukir harapan dan meyakinkan bahwa perjuanganku sungguh akan tercapai. Masa yang indah ini terjadi di SMK Negeri 7 Kota Kupang.

SMKN 7 Kota Kupang berada di bagian barat kota Kupang tepatnya di Kelurahan Penkase Oeleta, Kecamatan Alak. Sekolah ini memiliki banyak masa yang indah dan dampak bagi saya. Saya menfokuskan pada kehangatan dan kebersamaan dan kepedulian bersama sahabat dan guru di masa sulit itulah yang cenderung mengubahkan orang dan itulah yang saya alami saat itu. Saya berpikir betapa keajaiban Tuhan dan penyertaan-Nya dalam hidup setiap kami waktu itu.

Tepatnya ketika pagi hari diawali dengan penuh ketakutan, khawatir kalau perjuangan untuk sekolah tidak tercapai karena keadaan ini, kondisi di mana hidup tanpa tempat tinggal, pakaian sekolah dan bahkan tanpa biaya untuk melanjutkan kebersamaan bersama sahabat dan menikmati suasana kelas yang penuh dengan segudang ilmu yang dibagikan oleh guru. Hari itu seakan hidupku telah berhenti sejenak, pikiranku seakan tak berfungsi dan hati tak tahu harus mengadu kepada siapa, hanya bisa berserah pada Tuhan. Tekanan yang terus berdatangan, bahkan kenyataan yang menyiratkan bahwa tak ada pembelaan dan tak ada lagi yang memperhatikanku. Kondisi ini harus dihadapi karena resiko tinggal sama keluarga yang tidak mengerti dan tidak saling memahami. Tekad hati untuk sekolah yang mendorong untuk berani terbuka dengan sahabat dan bahkan semua guru menghasilkan suatu peluang yang penuh pengharapan untuk menyelesaikan perjuanganku. Pengharapan segera datang karena mereka dalam hidupku.

Teringat ketika Pak Patrisius Leu, guru yang terus mengembangkan siswanya untuk berpikir lebih luas dan terus mengembangkan diri dengan membaca buku, ia menyarankan untuk untuk meminjam pakaian alumni. Adapun Ibu Glory, Pak Krowin, Ibu Prety yang terus mendorong untuk semangat bahkan menyediakan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seluruh guru mendukung dalam doa dan dengan kasih mentraktir makan di kantin sekolah, bahkan nasehat dan dorongan untuk bersikap positif dalam menghadapi kenyataan seakan mengingatkanku tentang kekuatan kasih yang mendorong untuk tidak putus asa dan lebih semangat berjuang. Adapun pimpinan sekolah, Ibu Yeftasina yang penuh kebijaksanaan menanggapi keadaanku dan dengan kerendahan hati melantungkan doa di ruang kantornya, saya melihat pandangan yang penuh kebijaksanaan dalam menanggapi keadaanku, bahkan saya melihat hati dan kepedulian selayaknya orang tua kandung dari seluruh guru yang penuh antusias menolongku.

Ada banyak kisah kasih yang tak dapat kuuraikan semuanya, namun kisahku dalam lembaran hidupku yang penuh pergumulan menyatakan tentang hati baik dan penuh kasih dari guruku, yang bukan saja mengajari dan melengkapiku dengan pengetahuan tetapi berkenan menjadi orangtuaku di saat sendiri berjuang dan menjadi orang tua yang terbuka mendengar keluhku. Engkau Guru yang katanya tanpa jasa tetapi meneruskan kasih dalam melahirkan pejuang sepertiku, dan dengan hati penuh kasih dan kerendahan ijinkanlah saya mengucapkan kata ini, yang mungkin dapat mewakili rasa trima kasihku “Aku melihat bahwa kasih Tuhan nyata dalam hidupmku dan Kasih Tuhan kiranya diam dalam hidup kita serta melindungi selamanya Amin”.

Masa yang tidak lain indah dan tidak kalah indah adalah hidup bersama sahabat. Bahkan seperti kalimat dalam Kitab Amsal 17:17, “Ada sahabat yang menaruh kasih setiap saat dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran”. Ada sahabat yang memberi tumpangan di pagi hari menuju sekolah, yang tak lupa dengan keadaanku saat pergi sekolah, ia dengan setia menolong dan membuka hatinya untuk menolongku, mereka adalah Putri, Nikson, dan Almarhun Wiwin. Teringat ketika pulang sekolah, pasti di antara mereka berusaha meberi tumpangan sekalipun mereka juga memiliki kesibukan masing-masing. Di samping itu, ada Ikbal yang menolong mencari tempat kerja paruh waktu untuk menyambung dan menunjang kebutuhan hidup dan kebutuhan sekolah. Bukan hanya itu, semua sahabat seangkatan, khususnya angkatan ke-2, yang juga antusias menjadi pendengar yang baik dan terus menyemangatiku untuk melewati proses itu.

Keadaanku tidak engkau tolak, tetapi dengan terbuka memberi tumpangan ke sekolah, memberi tempat untuk tidur dan bahkan membuka hatimu untuk mendengar curhatanku. Tawamu dan candamu seakan menghapus seluruh pergumulan hidupku, kebersamaan kita bukanlah perkumpulan biasa, persahabatan kita sangat berkualitas karena kalian semua telah menyelematkanku dari keputusasaan dan menyerah. Sahabat yang baik, trimakasih untuk semua kebaikanmu dan trimakasih karenamu aku dapat bangkit. Kehangatan dan kepedulian ini, menghantarkan mencapai garis finis yaitu mengikuti ujian sekolah bersamamu dan mendengar hasil akhir dari perjuangan kita selama tiga tahun.

Suatu kesadaran tentang kebaikan dan tangan Tuhan yang nyata dalam peran sahabat dan guru dalam kisah hidupku. Keberadaan mereka tidak terlepas juga dari hidup mereka yang berkualitas, yang ikut berpengaruh mendorong mereka yang lemah, membangkitkan semangat yang rapuh dan memberi harapan bagi mereka yang berjuang. Pesan bagi saudaraku yang sedang berjuang dalam studi, jika engkau memiliki tekat yang kuat untuk bangkit dalam keterpurukanmu dan itupun akan sangat signifikan berpengaruh dalam hidupmu bahkan jalan keluar dan lingkungan yang berkualitas akan ikut berdampingan dalam perjunganmu dan memilki kontribusi besar dalam suksesmu. Itulah mereka dalam ceritaku di SMKN 7 Kota Kupang; sekolahku, semangatku dan perjuanganku. (Editor: Patrisius Leu, S.Fil./rf-red-st)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini