
Kab. Kupang, SEKOLAHTIMUR.COM – Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Maranatha Kupang resmi menerjunkan 112 mahasiswa Program Studi D-III Kebidanan Semester V untuk menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) Kebidanan Komunitas) di Desa Nunkurus, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang. Kegiatan ini merupakan salah satu wujud komitmen STIKes Maranatha Kupang dalam mencetak tenaga kesehatan yang profesional sekaligus responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
Seremoni pembukaan dan serah terima mahasiswa berlangsung pada Senin (24/11/2025) di Aula Kantor Desa Nunkurus. Hadir dalam acara tersebut Bupati Kupang Yosef Lede; Ketua STIKes Maranatha Kupang Awaliyah M. Suwetty, S.Kep., Ns., M.Kep.; Staf Khusus Bupati Jeremias Mone; Kabag Prokopim Setda Kupang Beni Selan; Dewan Pembina Yayasan Maranatha NTT Drs. Samuel Selan; Kepala Desa Nunkurus Ardyzed Nalle; Ketua Program Studi D-III Kebidanan Dr. Roslin E. M. Sormin, S.ST., M.Kes.; serta jajaran dosen pembimbing dan panitia pelaksana.
Sinergi Kampus dan Pemerintah Daerah
Ketua STIKes Maranatha Kupang, Awaliyah M. Suwetty, dalam sambutannya menyampaikan, PKL ini merupakan momen penting bagi mahasiswa untuk bertransformasi dari pembelajar di ruang kelas menjadi praktisi lapangan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat.
“PKL ini merupakan proses penting dalam pembentukan kompetensi mahasiswa, sekaligus kesempatan untuk berkontribusi pada peningkatan kesehatan ibu dan anak, pencegahan stunting, dan edukasi kesehatan masyarakat,” ujar Awaliyah, yang juga berpesan agar mahasiswa menjaga etika, rendah hati, dan membawa nama baik institusi di tengah masyarakat.
Bupati Kupang, Yosef Lede, menyambut baik kehadiran mahasiswa dan menilai PKL ini sebagai bentuk dukungan nyata bagi pembangunan kesehatan di daerahnya. Ia menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk memfasilitasi mahasiswa selama praktik berlangsung.

“Kami menyambut baik mahasiswa PKL dan memberikan dukungan penuh. Kehadiran mereka memperkuat program prioritas daerah, khususnya upaya menekan angka stunting, menangani anemia pada ibu hamil, serta meningkatkan edukasi kesehatan reproduksi remaja,” ungkap Yosef.
Mengasah Kompetensi, Menjadi Agen Perubahan
Ketua Program Studi D-III Kebidanan, Dr. Roslin E. M. Sormin, saat diwawancara di sela-sela kegiatan menuturkan, praktik komunitas ini dirancang untuk memberikan pengalaman lapangan yang tidak bisa diperoleh hanya melalui pembelajaran teoritis. Menurutnya, PKL tersebut memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berhadapan langsung dengan persoalan kesehatan aktual seperti anemia dan Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil, pola pengasuhan balita, hingga ritual budaya lokal yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.
“Mahasiswa akan melihat kondisi nyata, mulai dari pengkajian data di lapangan, analisis masalah, hingga evaluasi program bersama masyarakat. Ini melatih mereka menjadi bidan yang peka, analitis, dan berkarakter,” jelas Roslin.
Ia juga mengingatkan, masyarakat adalah mitra dalam praktik kebidanan komunitas, bukan objek. Karena itu, mahasiswa harus hadir dengan sikap hormat, sopan, dan penuh integritas.
Gambaran Kegiatan dan Fokus Praktik
Sekretaris Program Studi D-III Kebidanan, Bdn. Yosefa S. Atok, S.ST., M.Kes., turut menjelaskan, PKL tersebut akan berlangsung selama tiga pekan, mulai 24 November hingga 13 Desember 2025. Menurutnya, area praktinya mencakup empat dusun di Desa Nunkurus: Dusun Uel, Padang Beringin, Kakabai, dan Laus.
“Penempatan ini mempertimbangkan data kesehatan setempat, termasuk adanya kasus anemia dan KEK pada ibu hamil, serta balita dengan masalah gizi yang memerlukan intervensi lebih terarah,” imbuh Bdn. Yosefa.
Bdn. Yosefa menambahkan, proses pelaksanaan praktik dimulai dengan mahasiswa melakukan pengkajian kesehatan keluarga dari rumah ke rumah untuk memetakan kondisi ibu, balita, remaja, dan lansia. Data tersebut dianalisis secara kelompok untuk diangkat dalam Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) I, forum diskusi antara mahasiswa, perangkat desa, kader, dan warga dalam merumuskan masalah kesehatan prioritas.
Lebih lanjut Bdn. Yosefa menerangkan bahwa, hasil kesepakatan kemudian diwujudkan dalam implementasi program kesehatan. Mahasiswa memfasilitasi Kelas Ibu Hamil, Kelas Ibu Balita dengan demonstrasi pembuatan MP-ASI berbasis pangan lokal, pendampingan Posyandu Remaja, serta kegiatan Senam Lansia yang melibatkan kelompok usia lanjut di desa. Selain program komunitas, mahasiswa juga melakukan pembinaan keluarga secara intensif, memberikan edukasi kesehatan, pemantauan nutrisi, dan pendampingan sesuai kebutuhan setiap keluarga.
“Seluruh rangkaian kegiatan dievaluasi melalui MMD II, yang menjadi forum akhir untuk memaparkan capaian program dan merumuskan rencana tindak lanjut bersama pemerintah desa sebelum mahasiswa ditarik kembali ke kampus,” tutup Bdn. Yosefa. (Saverinus Suhardin/rf-red-st)

