
Kota Kupang, SEKOLAHTIMUR.COM – Yayasan Pusta Pensi Indonesia (YASPENSI) bekerja sama dengan D’ART Cafe & Gallery Kupang menyelenggarakan bedah buku esai berjudul “Mengenal Gerson Mengenang Umbu” karya Robertus Fahik pada Senin, 1 Desember 2025 di D’ART Cafe & Gallery Kupang. Buku tersebut berisi esai-esai tentang dua tokoh sastra Indonesia kelahiran Nusa Tenggara Timur, Gerson Poyk (1931 – 2017) dan Umbu Landu Paranggi (1943 – 2021).
Hadir sebagai narasumber yakni Kepala Balai Bahasa Provinsi NTT, R. Hery Budhiono, S.Pd., M.A., penulis serta akademisi Universitas Nusa Cendana Kupang, Dr. Marselus Robot, M.Si., dan penulis buku “Mengenal Gerson Mengenang Umbu”, Robertus Fahik. Tampil sebagai moderator yakni Mezra E. Pellondou, S.Pd., M.Hum., penulis sekaligus guru SMAN 1 Kupang.

Dalam paparannya, Hery Budhiono menyampaikan, kegiatan bedah buku yang digelar YASPENSI dan D’ART Cafe & Gallery merupakan kegiatan yang sangat positif dalam upaya menumbuhkan budaya literasi di NTT khususnya di Kota Kupang. Ia menegaskan, pihaknya akan terus mendukung kegiatan serupa atau kegiatan-kegiatan terkait kebahasaan dan kesastraan sesuai tugas dan fungsi Balai Bahasa Provinsi NTT.
Ia pun menyambut baik terbitnya buku esai yang secara khusus mengulas dua tokoh sastra nasional kelahiran NTT tersebut. Ia menilai buku tersebut sebagai persembahan seorang murid kepada gurunya, sebuah ajakan terutama bagi generasi muda NTT untuk mengenal dan menghidupi semangat bersastra dua tokoh tersebut.
“Buku ini menurut saya adalah satu persembahan dari murid kepada gurunya, dari penggemar kepada orang yang digemarinya. Ada banyak sekali hal yang secara eksplisit dan implisit disampaikan penulis terhadap dua orang sastrawan ini. Tidak bisa kita nafikan bahwa memang barangkali inspirasi spiritual dengan Umbu kemudian pertemuan fisik dengan Gerson Poyk terejawantahkan dengan baik dalam buku ini. Ini adalah satu kesaksian, satu point of view dari seseorang yang memang sangat menghornati gurunya,” ungkap Hery Budhiono.

Tinjauan akademis disampaikan Dr. Marselus Robot. Menurutnya, pendekatan yang digunakan penulis yakni pendekatan ekspresif yang antara lain melihat hubungan antara penulis dan karyanya.
“Satu hal yang luar biasa ketika kita membaca tulisan-tulisan tentang Gerson atau tentang Umbu, sedikit dikaji secara ilmiah, ini pendekatannya adalah pendekatan ekspresif, dia mencoba melihat pantulan kepribadian dan latar belakang pengarang dalam karya-karyanya. Nah, ini yang kemudian menurut saya kadang karya itu yang menentukan pendekatan kita untuk menikmatinya, dan pendekatan ekspresif ini adalah pendekatan yang lazim kita gunakan ketimbang pendekatan struktural, tidak memandang siapa pengarangnya. Tapi kalau kita gunakan ekspresif, dia mencoba memparafrasekan hubungan istimewa antara karya dengan siapa penulisnya,” ujar Dr. Marselus.
Ia menyebut hal tersebut sebagai salah satu keunggulan buku esai yang ditulis Robertus Fahik. Meski demikian, menurutnya, ada pula pendekatan lain yang bisa dipakai terutama dalam menelaah karya-karya Gerson Poyk.
“Ini satu keunggulan dari penulisan buku yang ditulis oleh Robby Fahik, karena lapisan-lapisan pendekatan ekspresifnya sangat bagus di dalam setiap tulisannya baik terhadap Gerson maupun Umbu. Meskipun ada bagian tertentu yang kita lihat bahwa bisa ditelusuri dengan pendekatan sosiologi sastra terutama Gerson. Bagaimana masalah-masalah sosial atau siapakah Gerson itu kemudian masalah sosial itu dikembangkan dalam karyanya. Jadi sebetulnya ada pendekatan yang lebih destruktif khusus untuk karya Gerson dibandingkan dengan pendekatan yang sangat tipikal dengan Umbu,” jelasnya.

Acara bedah buku tersebut diikuti oleh lebih dari 50 peserta terdiri atas mahasiwa, guru, pegiat literasi, perwakilan komunitas, dan sejumlah jurnalis. Hadir pula Ketua YASPENSI, Marianus Seong Ndewi, sastrawan sekaligus koordinator komunitas Dusun Flobamora Mario F. Lawi dan Saddam HP, serta Direktur D’ART Cafe & Gallery Kupang, Dewa Putu Sahadewa, dokter dan sastrawan yang pernah belajar langsung pada Umbu semasa bersekolah di Bali.
Acara bedah buku diselingi dengan pembacaan puisi karya Gerson Poyk dan Umbu Landu Paranggi oleh beberapa peserta. Di akhir acara, Robertus Fahik menampilkan musikalisasi puisi “Ibunda Tercinta” karya Umbu Landu Paranggi yang dibuatnya pada tahun 2021, beberapa hari setelah kematian sang penyair. (*tim/rf-red-st)
—————
Link pemesanan (order) buku: https://jejakpustaka.com/product/mengenal-gerson-mengenang-umbu-esai-esai-tentang-gerson-poyk-dan-umbu-landu-paranggi/

