Pastoral Umat Hingga Pastoral Sekolah

0
186
Oleh Anselmus Abi, S.Ag., Guru SMAK Giovani Kupang, Katekis Stasi Santa Theresia Tenau.

Mengenal Sang Katekis

Hitam manggustam berkacamata minus, pria berusia 56 tahun itu diidentifikasi kelahiran Buk, Timor Tengah Utara (TTU), 12 Juli 1969. Anak ke-7 dari 9 bersaudara ini buah hati dari pasangan Benediktus Bene (Alm.) dan Theresia Sani (Alm.). Namanya adalah Anselmus Abi. Ia dibesarkan oleh ayah petani dan ibu penenun kain motif Timor. Sewaktu mengenyam pendidikan dari SD hingga Perguruan Tinggi, biaya pendidikan diperoleh dari transaksi hasil bumi seperti jagung, ubi-ubian, asam, bawang, kacang-kacangan serta sayuran dari hasil perkebunan. Selesai tamat dari Institut Pastoral Indonesia Filial Malang di Dili Timor Leste tahun 1996 kembali ke Timor TTU. Selama 2 tahun, antara 1998-1999, ia berkebun bersama bapak Bene di Kampung Buk Kecamatan Miomafo Timur waktu itu, sekarang bernama Kecamatan Bikomi Tengah Kabupaten TTU.

Sejak menamatkan pendidikan Institut Pastoral Indonesia (IPI) Malang di Dili, kurang lebih 2 tahun di Kampung Buk terjun ke lapangan pastoral mendampingi anak-anak muda dalam pembinaan-pembinaan kategorial seperti pembinaan penerimaan komuni suci, pembinaan calon krisma serta pembinaan pasutri.

Pastoral Umat Pinggiran Pelabuhan

Secara Geografis Kapela santa Theresia Kanak-Kanak Yesus Tenau ini berada di wilayah Kecamatan Alak Kota Kupang. beraa pada titik koordinat 41024’12,2” LU, dan 2010’26,5” BT. Di bagian utara berbatasan langsung dengan lautan menuju Pelabuhan Tenau dan di bagian barat berbatasan dengan batas wilayah Kupang Barat Kabupaten Kupang menuju Pelabuhan Bolok. Mayoritas penduduk berprofesi sebagai buruh tenaga kerja bangunan, buruh tenaga kerja pelabuhan dan juga buruh nelayan tradisional.

Wilayah pastoral Tenau memiliki potensi dan daya tarik keunggulannya dalam karya pastoral umat. Keunggulan yang ada antaralain: pelabuhan peti kemas Tenau, pelabuhan penyebarangan ASDP, pelabuhan Pertamina, dan PT. Semen Kupang. Tempat dan wilayah pelabuhan ini sangat strategis dari sudut pandang keluar masuk manusia, keluar masuk barang perdagangan dalam kota Kupang dan dalam wilayah Nusa Tenggara Timur. Karenanya, membutuhkan pendampingan pastoral keluarga, pastoral sekolah serta pastoral sosial ekonomi keluarga. Dalam kenyataan, hidup umat banyak mengalami persoalan sosial, persoalan kesejahteraan, persoalan keluarga terutama ekonomi, perkawinan dan pendidikan serta moralitas hidup. Berdasarkan penggambaran ini, maka membutuhkan pendampingan pastoral dalam pengembangan iman.

Pada medio April tahun 2000, saya mengajar sebagai guru Pendidikan Agama Katolik di SD Inpres Tenau Kota Kupang. Saya tenaga sukarela tanpa upah dari pemerintah. Sementara iyu juga, saya membantu pelayanan pastoral umat di Kapela Santa Theresia Tenau. Waktu itu sebagai koordinator seksi liturgi Gereja Paroki. Saya dalam kerekanan dewan pastoral stasi, bekerjasama, bergotong royong mengembangkan iman umat bersama Pastor Paroki Santu Gregorius Agung Oeleta, Romo Yustinus Phoa Pr. Tugas pokok Romo Yustinus sebagai kepala Gereja Katolik Oeleta Kupang adalah mempersatukan dan mempertemukan umat dalam komunikasi iman, nasehat, teladan dan kewibawaan suci. Ia juga menerjemahkannya dalam Reksa Pastoral Gereja pada bidang Pewartaan, Perayaan Iman, Pelayanan dan persekutuan umat Allah. Sebagai Katekis, dari kapela stasi pinggiran laut, saya berpastoral menjiwai spiritualitas orang kudus santa Thereia dari Kanak-Kanak Yesus dan memadukannya dengan spiritualitas cara hidup Gereja Perdana (Kisah Para Rasul 2 ,41-47).

Aneka bentuk pembinaan iman seturut teladan jemaat perdana ini membantu mengembangkan iman umat, menghidupkan nilai-nilai injili dalam keluarga-keluarga katolik, dalam komunitas pekerja buruh pelabuhan, buruh bangunan dengan menyeruhkan upah kerja layak dan pantas, para tenaga kerja diberi dana stimulus dengan modal cadangan dari perusahaan serta menyeruhkan kepada pemerintah untuk memberi perlindungan, jaminan hari tua, jaminan kesehatan dan jaminan kecelakaan kerja. Dalam reksa Pastoral Gereja memiliki program strategis dan penting seperti doa-doa lingkungan, pendalaman iman, mengunjungi umat di lingkungan membangun dialog kehidupan, dialog doa, dialog aksi serta dialog teologis untuk memberi pencerahan, pemahaman dan pengetahuan dasar pengetahuan dan penghayatan bagi umat Katolik di wilayah pelabuhan Tenau yang menekuni profesi buruh tenaga kerja yang bekerja penuh 24 jam kerja.

Pastoral Pendidikan bersama SMA Giovanni

Panggilan Tuhan ini memiliki dinamika yang berkarakeristik istimewa dan khusus. Bahwa prakarsa yang datang dari Allah bagi saya merupakan panggilan Allah kepada sang terpanggil, yang memiliki misi penyelamatan dunia. Jalan panggilan saya tidak terhenti di seputran lingkungan Gereja saja tetapi tetapi tugas perutusan berlanjut ke Lembaga pendidikan.

Sejak tahun 2014, saya ditugaskan oleh Kementerian Agama Kota Kupang dengan SK nomor Kd.20.14/1-a/KP.07.5/1.15/2014 untuk bertugas di SMAK Giovani Kupang. Di sekolah ini tugas pokok saya mengajar mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti; sementara tugas tambahan sebagai koordinator bidang Kerohanian Sekolah dan Kor Gereja (paduan suara). Di dalam tugas-tugas ini, saya membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan bakat dan minat dan hidup rohani melalui kegiatan misa awal tahun pelajaran, misa jumat pertama dalam bulan, katekese sekolah, rekoleksi, ret-ret kelas XII, merayakan hari-hari besar keagamaan (idul fitri, nyepi, paskah/natal, imlek), serta misa pelepasan/perutusan kelas XII.

Semua ini menggambarkan sosok Katekis di sekolah “nggak” banyak bicara tapi langkah langkahnya bergerak maju untuk menggerakkan pastoral sekolah. Saya membangun jembatan menyiapkan sumberdaya manusia tidak dengan semen dan batu bangunan melainkan dengan pola hidup teladan sederhana, disiplin, kesetiaan dan ketaatan kepada tugas yang dipercayakan dan ketaatan kepada pimpinan kepala sekolah.  Pola hidup ini seturut perintah dan amanat agung dari Yesus Kristus untuk pergi membritakan Injil Allah (bdk Matius 28,19- 20), “Karena itu Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu, Dan ketahuilah Aku menyertai kamu, senantiasa samapai kepada akhir zaman.“

Bagi katekis Anselmus, SMAK Giovanni Kupang adalah rumah kedua untuk menjalani perutusan. Rumah untuk berteduh, rumah belajar, membangun masa depan cerdas, berbudaya dan berkarakter, bersahabat dan beriman serta berintegritas. Rumah ini sebagai pusat iman yang hidup, tempat pertama dan utama dalam mewartakan dan memberi kesaksian iman akan Yesus Kristus. Di sinilah tempatnya, rumah kemanusiaan dan rumah doa, Ecclesia domestica. SMA Giovanni Kupang merupakan sel kehidupan masyarakat, basis kehidupan Gereja serta sel kehidupan Keluarga berlandaskan Pancasila dan spiritualitas Kristiani. rumah menabur benih-benih iman, harapan dan cinta kasih Kristiani bagi generasi muda bangsa dan Gereja. Bersama SMA Giovani membangun Kerajaan Allah di bumi Timor Indonesia.

Di lembaga ini hendaknya orangtua, para guru dan peserta didik menjadi teladan, menjadi pewarta iman pertama bagi generasi bangsa dan Gereja. Para guru tidak hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai orangtua, yang wajib memelihara panggilan peserta didik secara istimewa dalam panggilan rohani dan penguatan karakter peserta didik, (bdk. Katekismus Gereja Katolik 1656); sekolah kemanusiaan (bdk Gaudium et Spes art 52) yang pertama dan utama di tengah sukacita dan pencobaan yang dihadapi dunia.

Harapan Baru dalam Pastoral

Katekis Anselmus memiliki keyakinan dan harapan baru pada cara hidup baru, bahwa dalam karya pastoral sekolah dan pastoral umat mengembalikan tatanan hidup manusia saling mengasihi, menghormati sehingga membangun kekeluargaan, persaudaraan kepada hakikat fundamental pribadi manusia. Tantangan dan kesulitan hidup di zaman globalisasi millennial ini mulai dari krisis ekonomi, krisis iklim, kesenjangan sosial yang cukup tinggi dalam menghargai martabat manusia. Paus Fransiskus pada perayaan peringatan 100 tahun kelahiran Santo Yohanes Paulus II, mengingatkan kita bahwa, Allah mengasihi umat-Nya dan pada masa-masa sulit Ia “mengunjungi “mereka dengan mengutus orang suci atau seorang nabi. Paus Fransiskus memberi nasehatnya, bahwa dunia sekarang mengalami banyak tantangan, kesulitan hidup ekonomi, pemanasan global, dan kesenjangan sosial, maka membutuhkan gerakan sinodalitas/gerakan bersama untuk membangun dunia yang saling mengasihi, kesetiaan, kejujuran dalam bekerja.

Kegiatan pastoral umat atau pun pastoral sekolah menjadi pintu masuk untuk menegakkan dan meningkatkan kepedulian solidaritas antar umat manusia (bdk Kis 2,41-47) seturut pola hidup Gereja Perdana seperti tekun mendengarkan pengajaran para rasul, memberi diri dibaptis, hidup sehati dan sejiwa, menjual harta pribadi untuk kepentingan umum, saling mengunjungi, berdoa secara bergiliran dari satu rumah ke rumah yang lain dan puncaknya adalah merayakan ekaristi sebagai pusat dan puncak kehidupan gerejani. (Editor: Patrisius Leu, S.Fil./rf-red-st)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini