Sekolah Luar Biasa yang Tak Biasa

0
298
Dokumentasi penulis.

Oleh Maria Dolorosa Mada, S.Pd.

Lima belas kilometer arah barat daya dari ibukota Kabupaten Sumba Barat Daya, kota Tambolaka, terdapat salah satu desa yang masih tergolong desa berkembang. Namanya Desa Letekonda Selatan. Sebagai desa berkembang, Desa Letekonda Selatan tentu membutuhkan banyak hal untuk mendukung kemajuan, salah satu nya adalah sumber air. Sumber air yang sulit  mengakibatkan sulitnya mendapati tanaman yang dapat tumbuh dengan subur. Yang juga sulit adalah mendapatkan sumber makan dari tumbuhan yang dapat dikonsumsi oleh warga desa.

Di tengah kesulitan, di desa itu  pula berdiri satu Sekolah Luar Biasa (SLB). Sekolah itu diberi nama SLB Negeri Loura. Sekolah ini berdiri sejak  tahun 2019, merupakan sekolah berasrama yang menampung siswa-siswi yang bersekolah  sana. Semua keberlangsungan hidup siswa-siswi yang tinggal di sana, tergantung pada lingkungan sekitar asrama. Kesulitan air bersih mengakibatkan, minimnya sumber makanan sebagai lauk makan utama anak-anak.

Meski terbatas, kami mencoba dengan berbagai cara menyediakan bahan makanan yang sehat dan bergizi. Terutama yang bersumber pada pangan lokal yang tersedia. Kami memanfaatkan ketrampilan Tata Boga yang menjadi salah satu jurusan andalan di sekolah kami. Program ini ternyata memicu keinginan siswa-siswi untuk mengkonsumsi sayuran yang tersedia diramu menjadi makanan sehat dan bergizi yang tak kalah menariknya dengan makanan yang mereka lihat di media sosial.

Menggandeng guru Tata Boga dengan ketrampilan yang terbatas, anak-anak tidak hanya dilatih mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi dengan sumber pangan lokal, namun siswa-siswi juga di atih untuk mengolah pangan lokal yang ada menjadi makanan yang beragam dan bergizi. Program Sehat Bergizi  ini berkembang menjadi program rutin sekolah yang digandeng dengan Pendidikan Ketrampilan Tata Boga yang dikembangkan di sekolah ini.

Sambil memegang piring berisi olahan singkong dengan tangan kirinya yang masih dapat digerakkan, Sri – siswi daksa SMALB Loura, mencicipi olahan Ubi Thailand yang baru saja dia praktikkan. Lalu dengan senyum di bibirnya, dia mengatakan pada Ibu Ita – guru Keterampilan Tata Boga di sekolah ini;  “Bu, ubinya enak e. Di rumah  biasanya ubi hanya direbus atau dibakar, tapi ini lain,” katanya dengan masih mengulum senyum. Dengan membalas senyum Sri, ibu Ita menjawab; “Betul Sri, kalau biasanya kita hanya rebus atau bakar, sekarang Sri bisa buat dengan cara lain.” Jawan bu Ita. “Iya ibu, cara buatnya gampang, bahannya mudah, saya yang tangan kanan susah digerakkan saja, masih bisa buat sendiri. Walaupun waktunya lama,” ucap Sri.

Dokumentasi penulis.

Hanya dengan satu program saja yang dibuat di sekolah, dari lima focus program  GSS, banyak manfaat yang diperoleh. Siswa–siswi diajak untuk menanam tanaman pangan lokal. Memperkenalkan cara mengolah pertanian untuk memperoleh hasil panen singkong yang berlimpah dan subur. Para difabel di SLBN Loura belajar menjadi petani modern yang berhasil kelak. Mereka pun diajarkan bagaimana mengolah singkong yang adalah salah satu sumber pangan lokal itu menjadi olahan beragam yang kaya gizi, karena tidak menggunakan bahan kimiawi tetapi menggunakan bahan alam lainnya. Hasil olahan itu, kemudian di konsumsi bersama seluruh stakeholder yang ada. Tujuan program GSS pun tercapai dan difabel di SLBN tetap sehat, dan ceria.

Saat memasuki halaman sekolah, saya dikejutkan dengan sapaan beberapa anak difabel secara serentak; ‘selamat pagi mama’.  Mereka memang selalu memanggil saya dengan sapaan, Mama. Dengan tersenyum saya menjawab: “Selamat pagi anak anak. Sudah makan pagi ko?”.

“Sudah mama,” jawab mereka. Putra salah satu siswa daksa mengatakan, “Enak betul itu ubi yang kami makan tadi mama, macam makanan dari televisi yang kami sering nonton,” Saya tersenyum. Mereka tersenyum dengan mudah nya hanya dengan mengkonsusmsi satu jenis makanan yang berbeda. Lalu, semua mulai berceloteh riang menceritakan betapa nikmatnya singkong yang sudah diolah berbeda, yang mereka konsumsi beberapa waktu lalu. Geby dengan bahasa isyarat nya, karena dia difabel rungu wicara, juga antusias menceritakan nikmatnya olahan singkong ini.

Tidak butuh sesuatu yang berlebihan untuk membuat difabel menjadi sehat dan ceria. Menjalankan program GSS secara maksimal, dapat membuat mereka tersenyum dan hidup ceria dan sehat. Menjadikan Sekolah Luar Biasa menjadi tak biasa. Berkah olahan varian ubi bergizi. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini