Pengantar
Menjadi kepala sekolah itu sebuah amanah atau “panggilan” untuk melayani lebih sungguh menjaga dan memelihara kepercayaan pemerintah pada pribadi. Ma As, demikian sapaan karib Yeftasina M. A. Nitti, dipercayai untuk memimpin rumah pendidikan bernama SMK Negeri 7 Kupang, sekolah yang berbasis kemaritiman. Ia tidak menunjukkan kesombongan dan keangkuhan karena jabatannya. Sebaliknya, teladan kerendahan hati sebagai hamba, pelayan dan abdi negeri dikedepankan. Berbaur dengan bawahannya, membuka hati menerima setiap kritik maupun saran yang pahit sekalipun demi kemajuan lembaga (sekolah) yang dipimpinnya dilakoni.
Sosok pribadi yang lemah lembut, tegas, teguh prinsip, dan santun dalam cara telah mampu membawa sekolah ke arah perubahan yang lebih dinamis. Pengalaman memimpin sekolah selama dua periode kepemimpinan telah dilaluinya dan selama menjabat menjadi kepala sekolah diaplikasikannya secara baik dalam kepemimpinannya. Kisah singkatnya itu dikisahkan dalam tulisan berikut.
Kisah Awal
Berawal, saya memperoleh informasi untuk menjadi kepala sekolah di SMK Negeri 7 Kupang, lewat undangan pelantikan. Saya kaget, hati saya gundah gulana. Saya membatin: Bagaimana mungkin saya yang tidak paham politik pendidikan, dan yang berlatar belakang guru Pendidikan Agama Kristen Protestan, kok bisa dipercayai menjadi kepala sekolah? Kepala sekolah kejuruan Maritim lagi. Bidang ilmu ini asing bagi saya yang orang Timor daratan harus mengurus sekolah yang berhubungan dengan laut. Banyak ragam pertanyaan dan alasan berputar-putar seperti gasing di sekeliling kepala ini.
Dalam kepusingan bernalar, saya mengambil waktu di malam hari itu untuk merenung dalam kesendirian di kamar dan berdoa. Dan suara batin seakan menyerukan bahwa ini adalah keajaiban Tuhan memilih karena “kemurnian hati.” Saya menganggap inilah jawaban atas pergumulan syafaat saya, bahwa Tuhan memilih hati dan karakter bukan kecerdasan untuk memimpin sekolah SMK Negeri 7 Kupang yang beralamat di kelurahan Penkase Oeleta kecamatan Alak. Sekolah kecil, pinggiran, dan di sudut kota Kupang provinsi Nusa Tenggara Timur.
Di awal hari-hari pertama dalam tahun pertama dan kedua Ketika memimpin sekolah, saya menjumpai bahwa, gedung sekolah sangat terbatas, demikian juga sarana praktik minim dan perihkan hati; siswa keseluruhan berjumlah 23 orang; guru PNS ada empat orang. Uniknya dari ada 3 orang mantan kepala sekolah negeri di sekolah ini dan 1 orang mantan kepala sekolh dari swasta. Sekolah seumuran jagung, balita berusia 2 tahun yang mulai menata struktur organisasi dan aneka program kerja dan harapan cita-cita yang mesti diwujudkan. Saat itu Pemerintah mengubah status 4 orang guru honor, guru awali sekolah menjadi PNS lulusan K2.
Saya bersyukur ditempatkan Tuhan di tanah wadas namun subur, berada di antara guru-guru yang sederhana, hebat, cerdas, dan militan bekerja sama. Ditopang para mantan kepala sekolah kejuruan, dan kolegialitas para PNS lulusan K2 serta guru-guru hononer yang masih muda aer-aer (muda belia), kami menata kelola sekolah dalam perbincangan rapat, dokumentasi diksi program di atas kertas, dalam aksi lapangan dan doa syafaat, serta keriangan bersama para siswa yang mungkin sekarang sudah banyak yang sukses.
Sebagai seorang kepala sekolah, darinya diharapkan memiliki motivasi murni dan kuat dalam melaksanankan tugas dan fungsi perkepala sekolahan. Saya belajar banyak hal dalam aneka interaksi dan perjumpaan dan pekerjaan bersama, entah dengan rekan guru, orangtua, pegawai, tamu, dan atasan di dinas Pendidikan, serta mitra kerja sekolah. Buah pikir dari jumpa ini seputaran kondisi sekolah yang sangat terbatas fasilitas sarana prasarana, tenanga pendidik dan kependidikan, keuangan dana BOS dan Komite yang memilukan, dan jumlah siswa yang mesti mencapai target sebuah sekolah negeri.
Tindakan Penyelesaian Masalah
Selama beberapa tahun menahkodai sekolah berbasis pelayaran, saya mulai mengatur penataan manajemen sekolah. Dimulai dari SOP sekolah; uraian tugas, administrasi perkantoran; administrasi guru; pengelolaan dan penataan lingkungan sekolah; penataan meubeler kelas dan kantor, aneka proposal untuk memenuhi delapan standar nasional pendidikan; pengaturan keuangan komite dan BOS untuk pembiayaan operasional sekolah dan bayar honor guru pegawai, serta menunjang kegiatan kesiswaan; pertemuan dengan pengurus Komite sekolah dan pertemuan dengan orangtua wali siswa lainnya terkait program kerja sekolah dan kesulitan yang dihadapi sekolah.
Pertemuan-pertemuan kekeluargaan itu menghasilkan pemetaan, bahwa ada beberapa masalah yang mesti diselesaikan oleh kami warga sekolah. Masalah yang sempat diinventarisir antaralain: pertama, masalah keuangan terkait pembiayaan operasional sekolah dan penggajian tenaga guru dan pegawai. Kedua, kuragnya sarana prasarana sekolah yang tidak memadai bahkan tidak ada. Ketiga, perhatian pemerintah pada peningkatan dan pengembangan kompetensi guru dan pengembangan sekolah belum maksimal. Keempat, guru dan pegawai belum berani berinovasi, kreativitas juga belum signifikan, mengajar juga masih seadanya. Kelima, penyaluran tamatan ke dunia kerja dan yang melanjutkan kuliah masih sedikit.
Terhadap aneka masalah ini, langkah-langkah antisipatif dan solusi konkrit kreatif coba dikedepankan. Pertama, manajamen keuangan ditata lebih baik, penggajian berdasarkan standar yang baku, penggunaan keuangan sesuai skala prioritas dan yang urgen. Rencana jangka panjang, pembayaran gaji/transport guru dan pengawai mengikuti standar UMR Provinsi dan pengakuan tugas tambahan di sekolah dalam bentuk transportasi.
Kedua, pengajuan aneka proposal untuk memenuhi kebutuhan sekolah, dan beberapa diantaranya terjawab; penataan lingkungan sekolah menggunakan dana BOS-dana Komite-dan bahkan mandiri murni dari kerelaan para guru/pegawai. Ketiga, guru-guru mendapat tugas belajar, diklat, yang dibiayai pemerintah maupun pihak ketiga, dari sekolah, maupun mandiri pribadi. Mendorong guru-guru memperbaiki skil-nya dan dapat meningkatkan status kepegawaiannya melalui berbagai bentuk kesempatan yang tersedia.
Keempat, guru-guru berinovasi membuat buku dan modul ajar ber-ISBN yang melahirkan dua guru penulis dari sekolah; menghasilkan dokumen-dokumen sekolah yang relevan; metode pengajaran guru diubah dari mencatat ke metode ceramah, dari metode ceramah beralih ke kerja kelompok dan tim, penelitian tindakan kelas; penyempurnaan perangkat pembelajaran guru, penyediaan modul ajar dan bahan ajar bagi guru dan siswa; penggunaan IT teknologi dan penggunaan aplikasi pendidikan yang relevan dalam pembelajaran di ruang kelas. Selain itu, mengundang guru tamu dan para pakar aneka bidang ilmu untuk meningkatkan skil guru dan siswa.
Kelima, pembentukan karakter siswa sejak masa awal masuk sekolah, peningkatan kualitas literasi numerasi siswa, ekstrakurikuler siswa diperhatikan, pendampingan dalam praktikum kejuruan dan praktik kerja lapangan yang relevan dan berkualitas, kerjasama dengan dunia kerja dan kampus-kampus serta lembaga lainnya dalam nota kesepahaman (MoU), dan penyaluran alumni pada tempat kerja sesuai permintaan.
Rahasia Sukses Memimpin Sekolah
Praktik baik yang sudah dimulai dan dipertahankan serta dikembagnkan ternyata membuahkan hasil. Kesuksesan yang diraih ini tidak terlepas dari cinta Tuhan, dukungan keluarga, dan para sahabat guru sehingga saya dapat berdiri tegak seperti pohon. “Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus” (1 Kor.3:11). Hal ini membuktikan bahwa dalam menjalankan tanggung jawab perkepala-sekolahan, selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah hidup. Segala sesuatu jika tanpa campur tangan Tuhan maka apapun yang dikerjakan akan berakhir dengan kesia-siaan.
Rahasia saya sukses memimpin sekolah dapat saya rangkum dalam beberapa point berikut. Pertama. bertekun dalam doa dan permohonan dan ucapan syukur dalam syafaat dan saat hening, doa pribadi maupun doa bersama. Kedua, memiliki hati yang murni tulus bersih dan motivasi yang kuat dan murni dalam membangun sekolah. Ketiga, semangat pantang menyerah, gigih bekerja, berkorban, sabar menanggung beban dan sabar menunggu hasil panenan dari apa yang telah ditabur/dikerjakan.
Keempat, rendah hati menerima aneka kritikan demi kemajuan sekolah, suka berdiskusi dan berbagi ide dengan pikiran yang jernih dan kritis, menghargai perbedaan demi kesatuan dan kesuksesan. Kelima, memperbaiki diri dan skil diri berkaitan dengan manajemen sekolah. Keenam, meningkatkan kualitas dan kinerja serta prestasi kerja, menghargai keberhasilan guru-guru, memotivasi dan membuka pintu hati dan pintu rumah serta tas dompet untuk kemajuan dan kejayaan sekolah.
Penutup
Menjadi pemimpin yang berhasil tentunya harus lewati suka dan duka. Berbekal kepercayaan diri dan keyakinan yang kuat kepada Tuhan, membangun komunikasi yang baik dan harmonis dengan semua yang dilayani dan ditemui dalam jumpa. Tekad dan semangat juang itulah yang membuat kita berhasil dalam kerja kerekanan dan budaya disiplin kerja. Kesuksesan itu diperuntukkan bagi semua orang tanpa dibatasi perbedaan SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan).
Saya sudah meninggalkan hal-hal baik untuk sekolah dengan aneka pencapaiannya pada pemenuhan sarana prasarana, alih status para guru, prestasi siswa dan guru dan bahkan sekolah; dan telah membuka sedikit ruang dan jalan menuju sukses untuk pengembangan profesi guru dan keharuman sekolah dalam aneka bidangnya. Maafkanlah saya juga di masa lampau bila dalam manajeman kepemimpinan tatakelola sekolah ada kelemahan sebagai pribadi dan ada kekurangan sebagai pimpinan.
Semua pemimpin selalu meninggakan bekas karyanya dan menginginkan sekolahnya maju jaya. Semoga para pemimpin pelanjut estafet kepemimpinan pengganti setelah saya di sekolah berbasis kemaritiman dan teknologi informasi ini yang menyempurnakan apa yang telah saya mulai dan akhiri dalam nama dan cinta Tuhan, dan mereka melengkapi yang kurang dalam kelimpahannya supaya semua yanda ada di sekolah hidup bahagia bermakna dalam damai dan kasih Tuhan. (Editor: Patrisius Leu, S.Fil./rf-red-st)