Kementerian Kebudayaan Gelar Festival Pangan Lokal dan Seni Budaya di Desa Boti

0
577
Pose bersama usai acara pembukaan Festival Pangan Lokal dan Seni Budaya yang berlangsung di Desa Boti, Kecamatan Kie, Kabupaten TTS, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

TTS, SEKOLAHTIMUR.COM – Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan lokal dan melestarikan seni budaya, Direktorat Jenderal (Ditjen) Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia (RI) dan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI NTT, menggelar Workshop dan Sarasehan, hingga Festival Pangan Lokal dan Seni Budaya yang berlangsung di Desa Boti, Kecamatan Kie, Kabupaten TTS, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kegiatan tersebut berlangsung pada Jumat – Sabtu, 19 — 20 September 2025.

Direktur Bina Kepercayaan Terhadap Tuhan yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi, S.H., M.H., dalam sambutannya menyampaikan, Kementerian Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi hadir di tengah-tengah masyarakat secara langsung dalam rangka pendekatan melalui kebudayaan pangan.

Dok. Sekolah Timur

“Progam ini menjadi ada karena sesuai dengan amanat asta cita dari presiden RI, Bapak Prabowo Subianto, yaitu tentang peningkatan swasembada pangan, oleh karena itu kementerian kebudayaan hadir untuk mendukung melalui kebudayaan pangan,” ungkapnya.

Sjamsul Hadi mengapresiasi pemerintah Kabupaten TTS yang melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan telah memasukkan Kurikulum Muatan Lokal (Mulok) dalam pembelajaran di satuan pendidikan.

“Saya juga mengapresiasi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten TTS  yang telah menerbitkan Kurikulum Mulok pangan lokal untuk semua satuan pendidikan yang ada di sini, ini merupakan terobosan yang luar biasa,” ujarnya.

“Kami hadir untuk mendengar secara langsung ungkapkan dan harapan dari masyarakat adat Boti sehingga melindungi semua kebudayaan yang ada serta keyakinan yang ada,” tambahnya.

Dok. Sekolah Timur

Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI NTT, Haris Bidiharto, S.S., M.Hum., memberikan apresiasi yang tinggi kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten TTS yang telah memfasilitasi kegiatan tersebut.

“Pada prinsipnya kami dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI NTT sangat mendukung kegiatan ini. Kami menyambut dengan suka cita dan apresiasi bagi semua peserta yang telah hadir dan  mendukung kegiatan ini. berharap dengan adanya kegiatan workshop, sarasehan, hingga Festival Pangan Lokal dan Seni Budaya ini dapat membangun kebersamaan dalam konteks kemandirian pangan lokal, seni dan budaya dipertahankan dari generasi ke generasi,” ujarnya.

Marten Natonis

Ketua Komisi 1 DPRD Kabupaten Timor Tengah Selatan, Marten Natonis, menyampaikan terima kasih serta apresiasi kepada Kementerian Kebudayaan, Balai Pelestarian  Kebudayaan Wilayah XVI NTT, dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten TTS yang telah memilih Desa Boti sebagai lokasi pelaksanaan Festival Pangan Lokal dan Seni Budaya.

“Tentunya dengan terselenggaranya kegiatan Festival Pangan Lokal dan Seni Budaya di Desa Boti ini akan menambah pengetahuan serta wawasan masyarakat dalam melestarikan serta mengembangkan budaya melalui seni, tarian, dan akan menjaga nilai-nilai tradisi yang telah ada. Karena itu kami menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Kebudayaan, Balai Kebudayaan Wilayah XVI NTT, dan juga Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten TTS yang telah memilih Desa Boti sebagai lokus kegiatan,” ungkapnya.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada pemerintah Desa Boti yang telah menghasilkan Peraturan Desa (Perdes) yang mewajibkan semua pemilik ternak untuk dikandangkan.

“Sebagai anggota DPRD Kabupaten TTS, saya juga menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap pemerintah Desa Boti yang telah mendukung swasembada pangan lokal dengan mewajibkan semua pemilik ternak untuk dikandangkan. Karena kita tahu bersama bahwa hingga saat ini, banyak petani yang menghabiskan tenaga dan waktunya hanya untuk pagar kebun, sementara ternak dibiarkan berkeliaran bebas. Karena itu Perdes yang telah dibuat dan telah berjalan beberapa waktu lalu ini sangat menguntungkan para petani di sini sehingga ketersediaan akan pangan lokal bisa tersedia,” tandasnya.

Dok. Sekolah Timur

Bupati Timor Tengah Selatan, Eduard Markus Lioe, dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten TTS, Musa S. Benu, menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Direktur Bina Kepercayaan Terhadap Tuhan yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI NTT, Bidang Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten TTS, beserta semua panitia penyelenggara, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, serta semua masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

“Kehadiran kita di tempat ini merupakan bukti nyata, komitmen dalam melestarikan, mengembangkan dan memperkuat jati diri kita melalui pangan lokal, seni, dan budaya. Kabupaten TTS dikenal sebagai daerah yang kaya akan sumber daya pangan lokal seperti jagung, umbi-umbian, pisang, kacangan dan aneka ragam pangan lokal lainnya. Semua ini merupakan warisan leluhur kita,” ujarnya.

“Di tengah perkembangan tantangan globalisasi, kita selalu tergoda dan meninggalkan pangan lokal dan menerima produk impor. Padahal pangan lokal sesungguhnya menyimpan kekuatan besar bagi ketahanan pangan, kesehatan, dan kedaulatan kita. Jagung misalnya, bukan sekadar bahan makanan pokok melainkan simbol persatuan, kerja keras dan ketangguhan masyarakat Timor. Festival ini menjadi wadah untuk menampilkan, mempertahankan, dan menghidupkan kembali nilai-nilai budaya yang dilupakan. Lebih dari itu festival ini menjadi ajang bagi generasi muda untuk mencintai dan bangga terhadap warisan leluhur,” urainya.

Dok. Sekolah Timur

Bupati TTS menilai tema yang diangkat yaitu “Merajut Pangan Lokal, Seni dan Budaya” sangat tepat dan relevan. Kata merajut menggambarkan proses menyatukan, menghubungkan, serta memperkuat yang terpisah menjadi satu kesatuan yang indah dan kokoh. Pangan lokal adalah akar kita, seni adalah ekspresi jiwa kita, budaya adalah rumah kita. Ketiganya dirajut menjadi satu akan melahirkan kekuatan  besar bagi pembangunan daerah.

“Di era saat ini pangan lokal dan budaya tidak hanya bernilai sebagai identitas, tetapi juga sebagai sumber ekonomi kreatif, pangan lokal dapat dikembangkan sebagai komoditas unggulan dan nilai tambah yang tinggi, demikian juga seni dan budaya dapat  dikelola sebagai daya tarik wisata yang berkelanjutan. Festival ini hanya langkah kecil namun memiliki makna besar. saya berharap festival pangan lokal, seni dan budaya dapat menjadi agenda tahunan yang semakin besar, kreatif, dan berdampak positif bagi masyarakat. Saya juga berharap melalui Festival ini generasi muda makin mencintai pangan lokal, seni, dan budaya daerah,” jelasnya.

“Dengan semangat kebersamaan, kita wujudkan daerah yang mandiri dalam pangan, kaya dalam budaya dan maju dalam pembangunan,” pungkasnya. (Lenzho Asbanu/rf-red-st)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini