Dasa Dharma Pramuka dalam Perspektif Katolik

0
24
Oleh Patrisius Leu, S.Fil., Guru Penulis & Wakasek Kesiswaan SMKN 7 Kupang

Pengantar

Praja Muda Karana (Pramuka), istilah untuk menyebut Rakyat Muda yang suka bekerja. Mereka adalah sekelompok orang/peserta didik yang aktif melakukan kegiatan terorganisir di pangkalan/Gugus Depan/Satuan Karya dengan memperhatikan nilai-nilai dan proses pendidikan karakter yang dijabarkan dalam Krida Pramuka.

Dalam menjalankan kegiatan kepramukaannya itu, mereka (Penggalang, Penegak, Pandega, dan Anggota Dewasa) selalu berpedoman pada kode etik/ketentuan moral. Kode etik ini dikenal dengan nama Dasa Dharma Pramuka.

Perspektif iman Katolik melihat Dasar Dharma Pramuka adalah kode etik yang berlandaskan nilai kemanusiaan dan keimanan, sebagai panggilan hidup untuk mencapai kesucian dan kesempurnaan dalam Kristus dan menjadi saksi-Nya di dunia. Begini refleksinya.

Satu: Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Ketakwaan bukan sekadar pengakuan akan eksistensi Tuhan, melainkan juga penyerahan diri total kepada Kehendak Tuhan. Bukan pula soal ritual, tapi transformasi (disposisi) batin untuk mencari dan mewujudkan kehendak Tuhan dalam tindakan nyata harian. Kamu harus ”Mencintai Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu” (Mat. 22:37).

Anggota Pramuka mesti beriman takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhui larangan-Nya. Ini berarti menempatkan Tuhan sebagai pusat segala aktivitas. Jadi, semua yang kita lakukan di dalam, untuk, demi, dan melalui kegiatan Pramuka harusnya karena cinta kepada Tuhan di atas segalanya dan bermuara kepada-Nya.

Ketakwaan sejati tercermin dalam tindakan dialog teologis kegiatan keagamaan: berdoa pribadi/bersama dalam keluarga dan pada saat sebelum dan sesudah kegiatan, mengikuti Misa, menjadi petugas liturgi, mengikuti aneka ibadat dan doa devosi, latihan rohani, retret, menerima sakramen, diskusi/talkshow isu moral, dan dialog antar agama.

Dialog karya pelayanan kasih kepada sesama: bakti sosial berlandaskan nilai ketakwaan, membantu panti asuhan, membersihakan tempat ibadah, memberikan bantuan kepada korban bencana alam. Dialog kehidupan, di mana seluruh aspek hidupnya menyatu dengan semua orang tanpa batas sekat.

Dua: Cinta Alam dan Kasih Sayang Sesama Manusia

Alam semesta adalah anugerah ciptaan Tuhan yang mahaindah dan berharga yang harus dikelola dengan bijaksana dan bertanggung jawab (Kej. 1:28) dengan tidak merusaknya demi kepentingan pribadi. Manusia adalah pengelola alam semesta, punya kewajiban untuk melindungi bumi dan memastikan bahwa ia dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Sebab, ”Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik” (Kej. 1:31). Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia berarti mengakui bahwa kita semua adalah ciptaan Tuhan dan harus hidup dalam harmoni dengan alam dan sesama.

Kasih sayang kepada sesama adalah wujud nyata dari kasih kita kepada Tuhan, karena setiap manusia adalah citra Allah, dan ini adalah perintah utama. ”Kamu harus mencintai sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat. 22:39), tanpa diskriminasi, tetapi menghormati hak asasi manusia.

Kita menunjukkan cinta kasih kepada sesama, dengan cara: berdoa untuk sesama, memberi ampunan kepadanya dan berdamai dengannya, menolong dia dalam segala kesusahan, memberi makan dan minum kepada yang haus dan lapar, mempraktikkan tujuh perbuatan tujuh perbuatan belas kasihan badani dan rohani.

Contoh penerapannya: berpartisipasi dalam kegiatan pelestarian lingkungan (penghijauan, membersihkan lingkungan, membuat taman di sekolah atau di tempat tinggal, pembersihan pantai); mengadakan kegiatan edukasi menjaga lingkungan hidup (daur ulang, pemanfaatan sampah, mengurangi penggunaaan plastik dan bahan-bahan yang merusak lingkungan, energi terbarukan sederhana, dan pertanian organik rumah tangga, hemat energi); mengadakan kegiatan sosial (mengunjungi panti asuhan, orang sakit dan lansia, memberi bantuan kepada orang/masyarakat yang membutuhkan seperti makanan dan pakain, melakukan aksi donor darah, dan pengobatan gratis); menjadi relawan dalam kegitan kemanusiaan dan lingkungan hidup.

Tiga: Patriot yang Sopan dan Kesatria

Hal ini berarti anggota pramuka hidup dengan integritas memiliki rasa cinta tanah air yang kuat, sopan, dan kesatria, siap berpartisipasi dalam pembangunan, berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara (Gaudius et Spes, 75), menjaga persatuan dan kesatuan, membela bangsa dan negara, serta berani memperjuangkan kebenaran. ”Jadilah orang yang sopan dan rendah hati, seperti Kristus” (Fil. 2:3-4).

 Kesopanan dan kesatriaan adalah nilai moral yang mencerminkan karakter yang baik dan beradab, iman yang hidup, yang digunakan untuk mencintai dan melayani sesama warga. Karena itu, ”hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudatramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja” (1 Ptr. 2:17). Kesopanan dan kesatriaan menciptakan hubungan yang harmonis antar individu, serta meningkatkan rasa saling percaya, masyarakat yang beradab, dan bermartabat.

Contoh penerapannya oleh pramuka: mengikuti upacara bendera (melaksanakan tugas upacara bendera) dengan khidmat dan bersemangat; menghormati lambang-lambang negara (bendera, lambang negara, lagu kebangsaan), mempelajari sejarah bangsa dan menghargai jasa para pahlawan; mengikuti kegiatan bela negara atau pelatihan kepemimpinan, simulasi penanganan bencana/tanggap bencana, program pengabdian masyarakat; melestarikan budaya tradisional (mempromosikan potensi pariwisata, menggunakan pakaian dan atribut budaya pada hari tertentu); berpartisipasi dalam kegiatan pembanguan masyarakat (gotong royong, kerja bakti, dll); menghormati orangtua, guru, para kaka pembina, para pamong, dan pemimpin; menjunjung tinggi nilai sopan santun dalam berinteraksi terutama menghormati SARA yang beda dengan kita.  

Empat: Patuh dan Suka Bermusyawarah

Anggota Pramuka diharapkan pertama, patuh terhadap aturan, norma yang berlaku dan menghormati otoritas yang sah sebagai wujud ketaatan kepada Tuhan (Rom 13:1-7).

Kedua, Bermusyawarah adalah cara terbaik untuk mencapai keputusan yang terbaik, adil dan bijaksana.  Tetapi baiklah kita ”dengarkan nasihat, dan terimalah didikan, menjadi bijak di masa depan” (Ams 19:20). Kita mesti menghargai pendapat orang lain, sebab setiap orang memiliki hak untuk berpendapat dan didengarkan. Kepatuhan dan musyawarah adalah sarana untuk mencapai kebaikan bersama.

Penerapannya dalam kepramukaan, dengan: mengikuti instruksi pemimpin regu, pembina, atau panitia kegiatan; mengikuti rapat, memberikan pendapat, menyetuji hasil rapat, dan melaksanakan hasil/amanat rapat dengan mantap dan mempertangungjawabkannya.

Lima: Rela Menolong dan Tabah

Praja muda karana identik rela menolong orang lain yang membutuhkan bantuan, gotong royong, tabah dan sabar menghadapi tantangan. Rela menolong adalah wujud dari kasih kepada sesama. Hal ini memberikan rasa bahagia dan meningkatkan harga diri. Seorang Pramuka harus siap sedia membantu orang lain tanpa pamrih, dan tabah menghadapi segala tantangan.

Ketabahan adalah kemampuan untuk menghadapi kesulitan, tantangan, dan penderitaan dengan sabar, tegar, dan kasih. Ini berarti mereka hidup dalam kasih dan kesabaran, dan pentingnya berbuat baik kepada sesama. ”Kamu harus mencintai sesamamu seperti dirimu sendiri” (Mat. 22:39). Ketabahannya melahirkan disiplin, ketekunan dan keberanian.

Penerapannya: membantu teman yang kesulitan dalam kegiatan kepramukaan, membantu orang yang membutuhkan, memberikan sumbangan, menghadapi tantangan dalam studi dengan semangat pantang menyerah, dan menjadi sukarelawan apa saja yang mendatangkan kebaikan.

Enam: Rajin, Terampil, dan Gembira

Kerajinan adalah sikap bekerja keras dan tekun untuk mencapai tujuan. Keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik. Sedangkan Kegembiraan adalah sikap positif dan optimis dalam menghadapi kehidupan. Karakter yang diharapkan adalah rajin dan terampil dalam melakukan kegiatan, memiliki semangat kegembiraan dalam menjalani kegiatan dalam dan melalui Pramuka. Jadilah orang yang rajin dan terampil menggunakan talenta, seperti ”hamba yang setia” (Mat. 25:14-30).

Rajin, terampil, dan gembira, berdekatan dengan kata ”kerja.” Kerja adalah panggilan Tuhan untuk manusia mengembangkan diri dan memuliakan Tuhan. Setiap pekerjaan dapat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.”Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kol. 3:23).

Seorang Pramuka harus memiliki semangat untuk bekerja dengan tekun dan bersemangat, terus belajar dan mengembangkan diri, serta menikmati proses kehidupan dengan penuh cinta.

Penerapannya: belajar dengan giat, melakukan tugas apapun dengan tekun dan bertanggung jawab; mengikuti aneka pelatihan keterampilan; mengembangkan keterampilan kepramukaan dan keterampilan hidup lainnya.

Tujuh: Hemat, Cermat, dan Bersahaja

Kesederhanaan adalah tidak terikat pada harta duniawi dan hidup secukupnya dengan apa yang dimiliki. ”Janganlah kamu menjadi seperti orang kaya yang tidak percaya, yang tidak menghargai apa yang dimiliki” (Luk. 12:13-21). Hemat sebagai sikap bijaksana dalam menggunakan sumber daya. Cermat adalah sikap teliti dan hati-hati dan kualitas dalam bertindak. Sedangkan bersahaja adalah sikap sederhana dan tidak berlebihan dalam gaya hidup, kepuasan dan pengendalian diri.

Hemat, cermat, dan bersahaja, adalah wujud dari sikap bijaksana dan bertanggung jawab. Seorang Pramuka harus belajar untuk mengelola sumber daya dengan baik, serta menghindari gaya hidup konsumtif.

Penerapannya: menghemat uang, menabung, membeli barang sesuai kebutuhan, mengelola keuangan regu/sangga dengan bijasana, menghargai apa yang dimiliki, mempersiapkan peralatan kepramukaan dengan cermat dan teliti, menjaga kebersihan dan kerapihan bumi perkemahan, dan berbagi dengan orang lain.

Delapan: Disiplin, Berani, dan Setia

Disiplin adalah sikap taat kepada aturan dan norma, latihan pengendalian diri untuk terarah mencapai tujuan yang baik sesuai kehendak Tuhan. Disiplin menciptakan. ”Siapa mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku” (Yoh. 14:23). Keberanian, sebagai karunia Roh Kudus untuk menghadapi tantangan dan resiko. Keberanian mendorong inovasi dan perubahan.  Kesetiaan, adalah sikap teguh pada janji dan komitmen yang menciptakan kepercayaan dan kerja sama, cerminan dari kasih yang abadi.”Jadilah orang yang disiplin dan berani, seperti Kristus” (Fil 2:3-4).

Seorang Pramuka diharapkan disiplin dalam menjalankan kegiatan-kegiatan kepramukaan dan kegiatan sekolah lainnya, disiplin dalam bertindak, berani menghadapi tantangan dan mengambil keputusan yang tepat serta setia pada janji.”Setialah sampai mati” (Why. 2:10). Betapa pentingnya setia kepada Tuhan dan sesama manusia.

 Penerapnnya: mengikuti jadwal dan aturan kegiatan kepramukaaan dengan disiplin, datang tepat waktu, mematuhi dan mengikuti aturan, berani membela kebenaran, menjaga nama baik Pramuka dan setia pada janji Trisatya, dan janji OSIS.

Sembilan: Bertanggung Jawab dan Dapat Dipercaya

Tanggung jawab adalah konsekuensi dari kebebasan. Manusia bertanggung jawab atas segala tindakan dan keputusannya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya di hadapan Tuhan. ”Setiap orang harus memikul tanggung jawabnya sendiri” (Gal. 6:5).

Dapat dipercaya, adalah kualitas jujur dan dapat diandalkan. Kepercayaan sebagai fondasi penting membangun hubungan sosial yang sehat dan harmonis dan dalam tim kerja. Kepercayaan didapat melalui usaha dan pembuktian diri. Sekali tak dipercaya, seterusnya demikian.

Bertanggung jawab dan dapat dipercaya adalah wujud dari integritas dan kejujuran. Seorang Pramuka harus bertanggung jawab atas segala tindakannya dan keputusan yang diambil, serta dapat dipercaya oleh orang lain. ”Jadilah orang yang bertanggungjawab dan dapat dipercaya, seperti hamba yang setia (Mat 25:14-30).

Penerapannya: menyelesaikan tugas-tugas kepramukaan dengan tanggung jawab, menepati janji, mengakui kesalahan, menjaga amanah dan kepercayaan yang diberikan.

Sepuluh: Suci dalam Pikiran, Perkataan, dan Perbuatan

Kesucian adalah panggilan Allah untuk manusia hidup kudus dan berkenan di hadapan-Nya. Manusia menjadi kudus/suci karena ia bekerja sama dengan rahmat Allah (rahmat pengudus dan rahmat pembantu). ”… kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan” (Ibr. 12:14). Kesucian dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan positif, adalah wujud keselarasan antara iman dan perbuatan dalam segala aspek kehidupan, sehinga menjadi teladan bagi lain.

Anggota Pramuka diharapkan memiliki pikiran, perkataan, dan perbuatan yang suci, selaras dengan kehendak Tuhan, serta menjauhi tindakan tidak bermoral.

Penerapannya: berdoa setiap hari; mengikuti Misa; menerima sakramen-sakramen; berbicara yang baik, berbuat yang benar; menjaga pikiran, mengunakan pikiran dan perkataan dan perbuatannya untuk kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia dengan tidak melanggar norma agama, moral, dan sosial; dan menjadi teladan yang baik bagi sesama anggota Pramuka.

Penutup

Dasa Dharma Pramuka ini merupakan prinsip dasar yang harus diikuti oleh setiap Pramuka sebagai upaya untuk membentuk karakter diri dan kepribadian kemanusiaan yang baik, berakhlak mulia, serta menjadi anggota masyarakat yang baik yang siap menghadapi perubahan zaman. Dengan demikian anggota Parmuka yang beragama katolik dapat menjadi teladan cinta kasih dan saksi-saksi Kristus di dunia lewat kegiatan kepramukaan. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini