Kota Kupang, SEKOLAHTIMUR.COM – Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi NTT menggelar bedah buku berjudul “Waktu Itu” karya Patrisius Leu, S.Fil., guru dan penulis SMKN 7 Kupang. Kegiatan yang berlangsung pada Jumat (26/09/2025) tersebut menghadirkan dua pembedah yakni Pater Dismas L. Mauk, SVD., Direktur Radio Verbum, dan Mursalin Ngala, S.Pd., Kepala SMKN 7 Kupang, serta pegiat literasi YASPENSI Agustinus Fahik, S.Fil., M.A., sebagai moderator.
Mewakili Plt. Kadis Arpus NTT, Ir. Johanes Berek, selaku Kepada Bidang Pengembangan dan Pelestarian Bahan Pustaka Arpus NTT, menyampaikan, peran strategis perpustakaan yakni memfasilitasi penyediaan keberagaman aneka bahan bacaan untuk membantu mengembangkan dan memperluas pola pikir serta wawasan masyarakat.
“Perpustakaan punya peran yang sangat strategis bagi masyarakat dalam menyediakan keragaman koleksi buku. Di mana, dengan membaca dapat memperluas wawasan dalam mengubah pola pikir dan perkembangan ide-ide baru,” ungkap John Berek saat membuka kegiatan tersebut.
“Buku ini berisi 27 kumpulan refleksi pengalaman penulis yang penuh dengan keunikan, tanda dan peristiwa. Membaca buku ini seperti sedang berpiknik. Semoga buku ini dapat memberikan motivasi dan semangat untuk terus membaca dan menulis,” pintanya.

Sementara itu, Pater Dismas mengungkapkan, buku tersebut terdiri dari 3 bagian penting yakni bergiat di biara, belajar di sekolah sahabat, dan berjumpa dengan pemimpin.
“Dari 27 refleksi merupakan pengalaman waktu itu, tetapi kita mendiskusikannya saat ini supaya kita bisa belajar, kita melihat, dan menata hidup kita. Jadi, kita belajar dari masa lampau untuk menata hidup saat ini dan kemudian berharap untuk masa depan,” terang Pater Dismas.
Lebih lanjut, Pater Dismas mengutip salah satu pemikir besar yang berasal dari Jerman, yakni Hannah Arendt. Menurutnya hidup itu adalah sebuah aksi (Vita Activa), yang tidak pernah bisa dilepas-pisahkan dari keseharian hidup manusia. Sehingga hidup manusia melalui 3 bagian penting yaitu; belajar, bekerja, dan beraksi.
“Menurut Arendt, kita melalui proses yang pertama yakni kita belajar dan mengikuti segala sesuatu yang ada atau sedang terjadi. Mengalir mengikuti waktu. Seperti penulis yang belajar dari pengalamannya. Lalu, yang kedua itu dimulai dengan bekerja atau membangun sesuatu dan itulah yang mulai dilakukan oleh penulis dengan menulis kisahnya. Dan yang terakhir ialah melakukan aksi dengan terus belajar dari pemimpin untuk menjadi pemimpin yang melayani,” jelasnya.
Mursalin Ngala menyampaikan, pengalaman perjumpaan bersama penulis di sekolah baik itu dengan para guru maupun dengan para siswa telah menularkan hal-hal positif, tidak hanya sebagai seorang pengajar, melainkan juga menjadi inspirasi bagi mereka yang mau menulis.
“Yang saya tahu dalam pengalaman keseharian bersama pak Patris, bahwa dia tidak hanya sendiri sebagai penulis di SMKN 7 Kupang, namun ada guru-guru lain, ada pegawai-pegawai lain, dan siswa-siswi lain yang memberikan pelayanannya melalui menulis. Dan ini yang ditularkan oleh pak Patris,” ungkap Mursalin Ngala.
Mursalin menambahkan, penulis sangat memperhatikan dan konsen dengan pendidikan karakter anak-anak, sehingga benar bahwa yang dibutuhkan di dunia kerja bukan hanya kecerdasan, tetapi juga karakter yang baik.
“Prinsip penulis lebih banyak berfokus ke karakternya. Terkait bagaimana output yang disesuaikan atau diterima di dalam dunia kerja. Jadi, bagaimana penulis telah berjuang dalam hidupnya agar orang-orang yang ada di sekitarnya menjadi lebih baik,” ujarnya.
Informasi yang dihimpun media ini, penulis yang juga merupakan Wakasek Kesiswaan SMKN 7 Kupang telah menulis 7 buku yakni; (1) Kepemimpinan dan Tim Kerja dalam Pelayaran (Maret 2020); (2) Guruku Teladanku (Mei 2020); (3) Dipanggil untuk Beriman (Agustus 2021); (4) Dekat Yesus (Desember 2021); (5) Nomen EST Omen (Juli 2022); (6) Pena Guru (Maret 2024); dan (7) Waktu Itu (Mei 2025). (Yosi Bataona/rf-red-st)