
Kota Kupang, SEKOLAHTIMUR.COM – Balai Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar Kemah Penulisan Cerpen Berbahasa Daerah Tahun 2025. Kegiatan tersebut berlangsung pada 17 – 20 November 2025 di Hotel Kristal Kupang.
Dalam sambutannya saat membuka kegiatan, Kepala Balai Bahasa NTT, R. Hery Budhiono mengungkapkan, NTT merupakan provinsi dengan jumlah bahasa daerah terbanyak ketiga di Indonesia setelah Papua dan Papua Barat dengan 72 bahasa daerah yang tersebar di 22 kabupaten/kota.

“Itu adalah tantangan bagi kita sekaligus peluang, ternyata kekayaan linguistik di NTT itu luar biasa. Kalau itu tidak dikelola, tidak dipikirkan langkah revitalisasi dan langkah konservasinya, tentu kita akan sangat rugi sebagai si empunya bahasa daerah. Kalau kita kehilangan satu bahasa daerah, kita tidak akan rugi sekian miliar, sekian triliun, tetapi kita akan kehilangan seperangkat tata nilai yang ada dalam budaya daerah yang terkandung dalam bahasa daerah,” ungkapnya.
“Sistem sapaan, sistem warna, sitem kekeluargaan, itu semua ada di dalam sistem kebudayaan yang dimanifestasikan lewat bahasa. Di sebagian besar bahasa daerah, kata atau istilah untuk menyapa orang yang lebih tua, itu berbeda dari kata atau istilah untuk menyapa orang yang lebih muda,” lanjutnya.

Terkait upaya pelestarian bahasa daerah, kata Hery Budhiono, sejak tahun 2022 Badan Bahasa telah melaksanakan Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) sebagai implementasi program Merdeka Belajar Episode ke-17, dalam ragam kegaiatan yang dilakukan secara bertahap.
“Kegiatan yang kami lakukan sekian tahun ini dengan berbagai macam tahapan, kita ingin mempromosikan, kemudian menyadarkan kembali bahwa kitalah pemilik bahasa daerah itu dan kita jugalah yang bertanggung jawab terhadap pelestarian, pelindungan, dan pemberdayaan bahasa daerah tersebut, bukan orang lain,” ujarnya.
“Jadi yang kami lakukan sebenarnya adalah pemantik, pemicu, penginsiasi supaya semua pemerintah daerah bergerak melestarikan, melindungi, memberdayakan, dan menjayakan bahasa daerah di daerah masing-masing,” jelas Hery Budhiono.

Sementara itu dalam laporannya, ketua panitia kegiatan, Pangkul Ferdinandus menyampaikan, kegiatan ini melibatkan sebanyak 40 siswa dan 20 guru pendamping jenjang SD dan SMP dari Kabupaten Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, Sumba Tengah, Rote Ndao, Alor, dan Manggarai Barat.
“Mereka adalah para siswa atau tunas bahasa daerah yang telah mengikuti pembelajaran menulis cerpen dan/atau cerita rakyat dalam kegiatan revitalisasi bahasa daerah di sekolah atau di komunitas,” ungkapnya.

“Peserta merupakan penutur muda bahasa Dawan, Rote, Manggena/Kambera, Anakalang, Mamboro, Manggarai, Adang, Kabola, dan Abui. Mereka adalah finalis/para tunas bahasa ibu yang ikut sampai jenjang Festival Tunas Bahasa Ibu tingkat kabupaten tahun 2024 dan 2025,” ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskannya, selama kegiatan, peserta dibagi ke dalam 9 kelompok sesuai jumlah bahasa daerah yang direvitalisasi, dan didampingi oleh 9 narasumber untuk menghasilkan masing-masing satu cerpen dwibahasa (bahasa daerah-bahasa Indonesia) yang akan dibukukan. Adapun narasumber yang diundang dalam kegiatan ini yakni Dunstan Maunu Obe, Mariano Sangkoen, Mario F. Lawi, Alfredo Saddam Hussein Pareto, Mezra E. Pellondou, Jefta Atapeni, Armin Bell, Elisabet Umbu Pingge, dan Robertus Fahik. (*tim/rf-red-st)

