Menjawab Alasan Tidak Menulis: Telaah Kasus

0
212
Oleh E. Nong Yonson, Penulis buku "Dosa Sang Penyair", Presiden KSK, Fasilitator Yaspensi.

Pengantar

Fokus utama dalam tulisan ini, bukan tentang penulisan opini secara konseptual-teoretis tetapi secara praktis-problematis. Konseptual-teoretis yang dimaksud penulis adalah segala hal yang bersifat teori, misalnya teknik dan trik penulisan opini, cara cepat penulisan opini, dst, sebab penulis menyadari bahwa hal-hal seperti itu dapat dengan mudah ditemukan pada buku-buku keterampilan menulis atau dapat di-googling. Sedangkan, praktis-problematis yang dimaksud penulis adalah segala bentuk permasalahan yang dialami saat seseorang menulis sebuah opini.

Perlu kita pahami bahwa opini adalah salah satu jenis tulisan yang berisi pendapat atau pandangan yang disertai dengan data dan fakta terhadap sebuah isu aktual, ditulis dengan bahasa yang singkat, jelas, dan sederhana, untuk kemudian dimuat di surat kabar, majalah, media digital, dan sebagainya. Terkadang, penulis pemula keliru mengategorikan tulisannya. Misalnya, ia menulis sebuah berita tetapi dengan santai percaya diri mengatakan bahwa tulisannya adalah sebuah opini.

Perbedaannya terletak pada komponen tulisannya. Jika isi tulisannya hanya terdapat komponen fakta atau informasi tanpa pandangan penulisnya, itu adalah sebuah berita. Sebaliknya, jika isi tulisannya selain terdapat komponen fakta atau informasi terdapat juga komponen pandangan penulisnya, itu adalah sebuah opini.

Permasalahan dan Solusi Penulisan Opini   

Pada bagian ini, penulis menampilkan permasalahan-permasalahan yang lazim dalam penulisan opini. Permasalahan-permasalahan itu dikategoriikan sebagai berikut.

Penulisan Judul

Judul bisa dibuat di awal ketika kita memulai menulis ataupun setelah kita selesai menulis. Judul harus dibuat secara singkat, padat, jelas, dan menarik. Judul merupakan alasan sebuah tulisan dilanjutkan oleh pembaca bahkan menjadi indikator redaktur dalam mengambil keputusan tulisan dimuat atau tidak. Pembaca akan tertarik membaca lebih lanjut karena judul yang unik. Biasanya judul opini maksimal delapan kata tetapi bersifat dinamis.

Meskipun hanya delapan kata tetapi harus bisa menjiwai keseluruhan isi opini yang ditulis. Pelajarilah bagaimana penulis-penulis lain membuat judul. Hal ini bisa dilakukan dengan mengamati dan membaca judul-judul opini yang ada di media massa. Berikut ditampilkan perbedaan contoh judul yang “biasa” dan yang “unik”.

NoJudul “Biasa”Judul “unik”
1Menuju Tatanan Hidup dengan Covid-19Belajar Bersahabat dengan Kenyataan
2Dampak Kuliah Oline bagi Mahasiswa MiskinAntara Kuota, Kuliah, dan Realita Hidup
3Lansia dan New NormalKebebasan Lansia Terbentur Aturan New Normal

Setelah mengamati perbedaan pada tabel di atas, pertanyaannya adalah “Bagaimana membuat judul yang unik?”. Keunikan sebuah judul hanya dapat dibuat oleh penulis kreatif. Seorang penulis dikatakan kreatif apabila matang dan mantap dalam menentukan diksi (pemilihan kata). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa diksi (pemilihan kata) menjadi tolok ukur kreatifitas seorang penulis.

Pertanyaan selanjutnya adalah “Bagaimana menempatkan diksi (pemilihan kata) agar unik dan memuat unsur penasaran?”. Pertanyaan ini langsung menyentuh pada ‘kebiasaan’ penulis. Sehingga, jawabannya sangat tergantung pada seberapa kaya refenensi seorang penulis dan seberapa sering ia menulis. Kematangan dan kematapan seorang penulis lahir dari referensi, keseringan membaca, melatih, dan mencipta. Jika beberapa hal ini dilakukan oleh calon penulis atau penulis pemula, lambat laun ia akan menjadi penulis yang memiliki katakter dan warna tulisan sangat kuat.

Misalnya, Marsel Robot dengan gaya tulisannya selalu reyah, gurih, menggoda hasrat, memaksa mata pembaca tetap melotot dengan ‘geli-lucu-gurih’ diksi serta ramuan kalimat yang hampir seratus persen beraroma sastra. Marsel Robot ternyata menempatkan Jhon Stainback sebagai sosok panutan dalam menulis. Ketika membaca tulisan-tulisan Marsel Robot, tidak dapat dipungiri, terselip ‘remah-remah’ kemiripan secara sistematika penulisan atau pola penalaran Stainback.

Pada bagian ini, penulis sebenarnya memberi ruang pada penulis pemula untuk menempatkan ‘sosok penulis lain’ sebagai idola atau model menulis. Imitasi itu ibarat jembatan yang menghubungkan alasan tidak menulis dengan hasrat untuk menulis. Jebatannya sekarang sudah ada, tinggal melangkahlah.  

Penulisan Lead

Lead adalah kalimat atau paragraf awal dari sebuah opini. Lead menjadi bagian yang menentukan sebuah opini dimuat atau tidak. Lead sebuah opini bisa berupa deskripsi, narasi, kutipan pernyataan ahli, pernyataan pribadi, dan potongan berita surat kabar. Berikut ini ditampilkan contoh-contoh lead opini.

NoJudul OpiniModel LeadContoh Lead
1“Salome” Sebagai Strategi Ketahan Pangan Lahan Kering (Oleh: Prof. Ir. Fred Benu, PhD, Rektor Undana)DeskripsiKata “Salome” pada judul di atas terasa agak asing di telinga sebagian besar pembaca, tetapi tidak demikian dengan mereka yang sudah lama terlibat dengan aktivitas pertanian lahan kering NTT. …
2Pembangunan Pabrik Semen, Untuk Apa? (Oleh: Kasianus Teobaldus Deki)NarasiSaat ini wacana tentang pembangunan pabrik semen di Lingko Lolok dan Luwuk, Desa Satar Punda, Kec. Lamba Leda sangat kencang menimulkan kekisruan. Pertentangan-pertentangan terasa di mana-mana dalam ruang publik. Saling serang merupakan situasi yang terang benderang dipamerkan dalam perdebatan publik. …
3Prokonsepsi Calon Pengantin Wanita untuk Cegah Anak Stunting (Oleh: Shinta Lisa Purimahua)Kutipan Pernyataan AhliNew Normal Life adalah kebijakan pemerintah membuka kembali aktivitas ekonomi, sosial, dan kegiatan public secara terbatas dengan tetap menggunakan standar protokol kesehatan. …
4Adaptasi Kebiasaan Baru Bercermin Sejarah Pandemi Dunia (Oleh: dr. Ina Debora Ratu Ludji & dr. Drg Diminikus Minggu)Pernyataan PribadiPandemi Covid-19 bakal menjadi pandemi bersejarah di abad 21 yang akan selalu diingat generasi mendatang. Kemajuan di bidang teknologi informasi, penyebaran informasi berjalan begitu cepat, termasuk informasi terkait Pandemi Covid-19. …
5Makna Dibalik Penolakan Sang GubernurPotongan Berita Surat KabarMelansir Pos Kupang Edisi Kamis 2 Juli 2020 bahwa kunjungan kerja Gubernur NTT di Kabupaten Manggari Timur dihalangi para pendemo yang menolak tambang luwuk, Desa Satar Punda. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat secara terang benderang tidak menginginkan kebijakan pembungan tambang direalisasikan. …

Koherensi

Koherensi berhubungan dengan pertalian makna antarkalimat dan pertalian makna antarparagraf dalam sebuah opini. koherensi menghubungkan proporsi yang berlainan dengan makna masing-masing menjadi satu kesatuan makna tertentu yang ditimbulkannya. Terdapat dua jenis koherensi yang paling produktif digunakan penulis dalam mewacanakan peristiwa. (1) Koherensi kondisional, dan (2) Koherensi fungsional.

Koherensi kondisional dieksplisitkan dengan penggunaan kata seperti, tetapi, akan tetapi, melainkan, sementara itu, dan meskipun. Dalam tataran kalimat misalnya dijumpai konstruksi sebagai berikut: Kami tidak bertentangan dengan polisi, tetapi ….atau, Ada juga aparat yang baik tetapi secera keseluruhan ….sebagai contoh, mahasiswa sudah berada di kampus, tetapi aparat mengejar hingga aula dan melakukan tembakan. Makna kalimat ini jelas bahwa pihak aparat yang sengaja melakukan penembakan.  

Sudut Pandang Penulis

Permasalahan ini sangat erat hubungannya dengan etika penulisan opini. Hal ini menempatkan penulis berada pada posisi netral. Artinya, penulis tidak boleh memihak siapa pun. Namun, ketika opini yang ditulis bersifat kritik sosial, penulis terkadang lupa posisinya. Ia lebih asyik mengkritisi, lebih nyaman membongkar kekurangan-kekurangan dan lupa bahwa kewajibannya adalah menghadirkan solusi kreatif.

Selain hal di atas, penulis mutlak tidak boleh menyinggung unsur SARA. Hal ini merupakan wilayah yang sangat sensitif sebab bisa menyulut permasalahan, permusuhan, bahkan perpecahan. Dalam menulis lebih baik menjunjung tinggi perbedaan yang ada. Perbedaan itu jangan sampai dipertajam atau diperuncing. Biasanya, redaktur juga tidak akan memuat tulisan yang bertentangan dengan SARA. Karena mereka paham betul akibat yang bergelora apabila mereka berani memuatnya.   

Penutup

Sekarang saatnya untuk menulis. Menulislah seperti air. Biarkan ia mengalir. Jangan pedulikan bisikan-bisikan yang berusaha untuk membujukmu agar berhenti menulis. Biasanya, saat Anda menulis ada saja bisikan yang berusaha untuk membujukmu berhenti menulis, misalnya merasa apa yang ditulis tidak nyambung (koheren), salah ketik, merasa tulisannya tidak terarah, logikanya jelak, miskin data, dan minim informasi. Sebuah tulisan tidak akan selesai jika Anda menulis dengan banyak pikiran. Sederhanya, mulailah menulis. Anda akan dengan sendirinya menemukan model ketika Anda menulis.

Setelah menulis, dalam artian apa yang dipikirkan dan dirasakan sudah cukup tertuang dalam tulisan, segera simpanlah (dalam file komputer). Menyimpan sebenarnya tidak harus menunggu tulisannya selesai, sering-seringlah disimpan (save). Pada lain kesempatan baca kembali tulisan-tulisan itu. Secara tidak disadsari, Anda bahkan sedang menjadi editor dan penulis bersamaan. Hal-hal praktis problematis pada tulisan ini bertujuan untuk membantu calon penulis dan penulis pemula selain memahami permasalahannya juga mengetahui secara tepat solusinya. (*)

Sumber Bacaan

Dalman, H. 2014. Keterampilan Menulis. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Robot, Marselus. 2016. Bila Ujung Pena Menusuk Jantung Rezim: 9 Surat Kabar Indonesia Menjatuhkan Soeharto. Yogyakarta: Penerbit Deeppublish.

Sudaryanto. 2016. Cerdas Menulis Karya ilmiah. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.

Wijayanti, Sri Hapsari, dkk. 2013. Bahasa Indonesia: Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Yanti, Prima Gusti, dkk. 2016. Bahasa Indonesia: Konsep Dasar dan Penerapan. Jakarta: PT. Gramedia Wildiasarana Indonesia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini