MENCINTA
Maaf
Sajak-sajakku berpuasa.
Masih berjuang mencintai.
Seperti apa?
Lima roti dan dua ekor ikan.
***
MERINDU
Rindu-rindumu itu
Akan kupajang di mata kaki.
Mengapa tak sekalian di telapakmu?
Karena aku ingin memajang bukan untuk menginjak.
***
BISU
Aku jatuh cinta padamu.
Hanya saja,
dirimu tampak lebih jujur dan setia.
Mencintai tanpa pernah ada yang tahu dan hanya dalam diam.
Apa hidupmu sebisu itu?
Sekali lagi,
Aku sudah sungguh jatuh.
***
GENANGAN
Di bawah rintik hujan
dia menanti,
sajak tentangnya berair.
Kau berharap begitu?
Bahkan kata-kata sedang senang menjadi genangan.
***
KEPADA SESEORANG
Sejak kemarin kau memutuskan
Untuk tidak akan berjumpa lagi.
Sejak kemarin kau memutuskan
Untuk menjadi bisu dengan segala rinduku.
Sejak kemarin kau memutuskan
Untuk biarkan rindu dan segalanya berakhir.
***
PUTRA NIRON lahir pada 22 April 1991. Pernah menjadi kontributor untuk beberapa antologi puisi seperti Lautku, Lautmu; Duhai Ayah, Duhai Ibu Kau Inspirasi Puisiku (Penerbit FAM); Tera Kota; Orang-orang Sandiwara (Penerbit Oase Pustaka); Antologi Musikalisasi Puisi Bertema Religi. Beberapa puisinya pun pernah dimuat di surat kabar lokal, Flores Pos dan media online lokal seperti Floresa Muda dan Flores Sastra. Pernah menjadi pegiat di Komunitas Arung Sastra Ledalero dan kini sebagai pegiat di Komunitas AMI Malaka. Buku kumpulan puisi tunggalnya, Kami dan Perjamuan Terakhir. Jika ingin menghubunginya bisa lewat akun facebook dengan nama akun Putra Niron atau email: putraniron@yahoo.co.id; pu7raniron@gmail.com; serta nomor HP: 085339015443.