TTS, SEKOLAHTIMUR.COM – Kepala SMA Efata Soe, Rovis E. Selan, S.Pd., M.Pd., mengapresiasi dan mendukung terobosan Kepala Bidang Pendidikan Menengah (Kabid Dikmen) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT terkait kedisiplinan dan kebersihan. Menurutnya, terobosan tersebut memberi dampak positif bagi sekolah.
“Arahan dari kabid dikmen terkait dengan kedisiplinan dan kebersihan merupakan hal positif bagi kami guru maupun peserta didik karena itu kita harus dukung. Kedisiplinan itu sangat bermanfaat karena jika sudah disiplin dengan waktu masuk sekolah niscaya semua proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas akan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Begitu pun dengan kebersihan, karena jika keadaan halaman sekolah dan juga semua ruangan kelas bersih maka guru maupun peserta didik akan merasa nyaman,” ungkap Rovis Selan saat ditemui ketika membersihkan taman kota (samping SMA Efata Soe) bersama para guru dan peserta didiknya, Senin (21/2/2022).
Ia menuturkan, para peserta didik merupakan generasi masa depan, karena itu jika hal kedisiplinan dan kebersihan dibiasakan dari sekarang maka mereka akan menjadi generasi penerus yang cinta dan peduli akan kebersihan dan juga disiplin dalam segala hal.
“Karena hal kedisiplinan dan kebersihan ini juga merupakan kewajiban dari semua orang, karena itu sebagai bentuk dukungan kami terhadap terobosan kabid dikmen maka kami dari SMA Efata Soe akan atur jadwal untuk bersihkan tempat-tempat umum, semisal hari ini kami melakukan pembersihan di taman kota samping SMA Efata Soe dan juga membersihkan area jalan umum di depan sekolah,” tutur Bendahara MKKS SMA Kabupaten TTS ini.
Dukung Gerakan Literasi Sekolah
Pada kesempatan tersebut Rovis Selan juga menyampaikan bahwa selain kedisiplinan dan kebersihan, pihaknya juga mendukung Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai salah satu program nasional yang wajib dijalankan di sekolah.
“Dalam meningkatkan gerakan literasi di sekolah khususnya membaca, setiap apel pagi kami mewajibkan semua peserta didik membawa Alkitab atau bahan bacaan lainnya untuk membaca 15 menit saat apel. Setelah itu kami memilih secara acak sebanyak 5 peserta menceritakan kembali apa yang telah dibaca, dengan tujuan agar para peserta didik itu bisa mandiri dalam hal membaca,” jelasnya. (Lenzho Asbanu/ rf-red-st)