Bila Anda sempat berada di seputaran perumahan Pitoby Group, atau pun di perumahan Bougenviile Penkase Oeleta, Alak, di bilangan Kota Kupang, coba sempatkan diri mampir ke utara bumi. Di sana ada bangunan yang sudah 8 tahun berdiri kokoh.
SMK Negeri 7 Kupang, nama bangunan itu. Memasuki daerah persekolahan, Anda akan disambut hijau dan teduhnya pepohonan lindung yang masih alami. Sempatkan diri Anda berlangkah memasuki gerbang sekolah, di dalamnya juga akan ditemui keunikan pepohonan. Semakin pohon itu diamati, semakin mengajak kita untuk mengetahui lebih dalam tentang Pohon.
Pohon
Pohon, dalam ilmu biologi punya struktur tersendiri. Memiliki akar, batang, cabang, ranting, daun, bunga, dan buah. Akar pada pohon itu kuat dan menjalar kemana-mana, menyatu tersembunyi di dalam tanah. Batang pohon itu, diameternya besar, keras dan kokoh, bila dilihat dari teksturnya.
Pada cabang-cabangnya sebagai tempat yang nyaman bagi bertenggernya tiga pasang Merpati tetangga yang hampir punah. Di bawah cabang itu masih ada beberapa burung Pipit yang bersarang pada ranting-ranting pohon tadi.
Pada bagian pohon yang lain, di ujung cabangnya terdapat dedaunan hijau segar. Kepompong dan beberapa rekan ulat nyaman di balik dedaunan. Terdapat pula barisan semut merah hilir mudik intari dari tanah menuju batang pohon hingga pucuk pohon.
Tak mau kalah, sekelompok kupu-kupu terbang kelilingi kelopak bunga dan daun pada pohon. Lebah pekerja juga ada di sana, bekerja sebagaimana panggilan penciptaannya. Buah segar menggoda mata yang memandangi entah dari dekat pun jauh.
Rasanya tidak cukup bila hanya pandangi tanpa nikmati keempukan isinya. Baunya yang khas menggoda untuk segera memetiknya berhubung sudah lewat masa puasa bagi yang Katolik dan Muslim. Pohon itu, pohon buah. Durian, demikian ia dinamakan yang namanya disetujui saja oleh orang-orang tanpa memperdebatkan penamaannya.
Dalam arti rohani, pohon memilki beberapa ciri khas. Akar iman, batang kasih, cabang harapan, ranting taat, daun sabar, bunga damai sejahtera, buah sukacita.
Seorang pemimpin, misalnya kepala sekolah, haruslah kuat dan tegar dalam menghadapi masalah yang datang silih berganti baik dari dalam pohon sekolah maupun dari luar pohon sekolah. Kepribadian yang utuh, iman yang teguh, karakter yang kuat, kokoh, dan keras, tidak bisa digoyangkan sebab ia menyatu dengan alam, dengan tanah, dengan budaya dan lingkungan di mana sekolah berada.
Kehadirannya menjadi tempat berteduh, berlndung, berjaga, dan mendapat nasihat bila keliru dalam bertumbuh kembang. Walau kata-katanya tajam menusuk namun hal itu membangun dan mensejahterakan.
Pohon juga bersedia menerima dirinya dilukai, ditusuk, digores dengan parang pada batangnya demi mempercepat akselerasi produktivitasnya melebatkan dirinya, menyembuhkan dirinya dan menghasilkan buah yang diharapkan.
Suatu ketika, para pemimpin juga jangan alergi untuk dikritik, ditolak ide dan gagasannya yang mungkin dirasa lawan bicara belum sempurn, atau dibully dan ditinggalkan para pembantunya. Sebab dengan begini barulah ia bisa memperbaiki dirinya, menyembuhkan dirinya, dan menggunakan semua daya potensi dirinya untuk keluar dari masalah, menyelesaikan masalah dan menghasilkan buah pertobatan dan buah kinerja ang sesungguhnya yang orisinil dari dirinya.
Buah Durian
Buah Durian, kulitnya keras berduri, dan berwarna hijau kekuningan bila sudah matang. Isi dagingnya kenyal berwarna keemasan, cita rasanya enak, dapat dibuat aneka softdrink, dan aneka panganan lokal, karenanya diminati banyak orang walau harganya agak mahal.
Seorang pemimpin bisa diibaratkan dengan buah Durian. Mengapa? Kepemimpinan alabuah Durian yang kita sepakati berwatak keras, tegas, tidak mau disogok karena mahal harga dirinya, konsisten (rasa buahnya) dengan prinsip kebenaran, ketajaman visi, proteksi diri yang baik, membedah persoalan setajam duri durinya sebagai tanda pengenalnya. Ia punya kedalaman jiwa yang menenteramkan seperti kulit hijau daun dan buahnya durian, memberi hidup dan kemakmuran seperti dagingnya yang kenyal kekuningan mengeyangkan yang lapar akan ilmu dan kebenaran.
Durian yang rasanya manis, bahwa di manapun, kapan pun, dan bagaimana pun pemimpin bertindak selalu mengusahakan hal yang baik, benar, manisnya konsisten sebagai ciri utamanya, hasil dari kemanisan budiluhungnya mendatangkan kemakmuran dan kegembiraan. Ampas durian dan semua yang ada padanya dapat menyuburkan tanah, bahwa kesederhanaannya dan seluruh keberadaannya untuk peerubahan kesejahteraan lingkungan di sekitarnya. Rasa buah Durian tidak pernah bohong, keaslian dirinya terlihat dalam konsistensi dalam kata dan tindakan seorang pemimpin, pemimpin perangkul dan penyatu, pemberi hidup.
Akar Pohon
Pohon penting untuk kehidupan manusia. Udara sejuk-oksigen, sumber kemunculan mataair, dan kesejukan, ketenangan dan keceriaan-kesegaran datang dari pohon yang hijau segar. Padanya, terstruktur akar, batang, cabang, ranting, daun dan buah. Akar pohon sebagai penyangga sebuah pohon secara menyeluruh, khususnya pohon kita, Durian.
Pohon yang akarnya tidak kuat, otomatis tidak kokoh berdirinya, kapan saja bisa tumbang apalagi bila bada menerjangnya. Demikian juga pemimpin sebuah organisasi. Apabila terjadi masalah, ia tidak lari meninggalkannya, atau bersembunyi dengan dalil-dalil dan dalih pembenaran diri, tetapi melebur di dalam penyelesaian masalah.
Pemimpin sejati seperti akar pohon, yang mampu menopang ‘pohon’ yang besar serta batang dan lain-lain. Begitu juga seorang pemimpin sekolah, mestinya mempertahankan eksistensi sekolah, mengayomi rekan kerjanya, mengajari siswa dengan aneka kecerdasan, smemberi keteguhan pada prinsip keilmuan dan keimanan.
Penutup
Pohon itu statis di tempat, tidak bergerak dari tempat ia tertanam tetapi daun dan rantingnya ikut bergerak menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar. Artinya, pemimpin itu pekerja kontemplatif, bekerja dalam ketenagan batin, keheningan budi, pekerja yang produktif bukan konsumtif rekreatif, tetapi reflektif mengenal lingkungan tempat ia bekerja dan menautkan hatinya pada bumi pijakannya serta globalitasnya terarah pada sang Matahari-sang Angin, Sang Pencipta-Tuhan Yang menghidupkan.
Ia tidak banyak bergerak tetapi sedikit bergerak dan geraknya produktif seni mengikuti sikon yang dihadapinya. Ia menyatu dengan bumi, dengan budaya, dengan lingkungan dan mengenal kekuatan diri dan kemampuan orang-orang yang bekerja bersamanya. Baiklah kita belajar kepemimpinan dari alam. Darinya, dapat dipetik buah-buah iman dan ilmu yang memberi hidup dan yang menghidupkan banyak orang. (*)