Gelar Refleksi Sastra Akhir Tahun, TISI Hadirkan Penyair Sutardji Calzoum Bachri

0
226
“Refleksi Sastra (Pusi) Akhir Tahun” pada Minggu (24/12/2023).

Jakarta, SEKOLAHTIMUR.COM – Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) menggelar kegiatan bertajuk “Refleksi Sastra (Pusi) Akhir Tahun” pada Minggu (24/12/2023). Dalam kegiatan yang berlangsung secara daring tersebut, panitia menghadirkan Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri sebagai narasumber utama, dipandu moderator Viefa dari TISI.

Ketua TISI Octavianus Masheka dalam sambutannya mengatakan, kegiatan tersebut digelar sebagai wadah untuk membangun silaturahmi di antara para anggota TISI dan penyair pada umumnya. Sastra, kata Octavinaus, merupakan salah satu komponen utama kehdupan manusia dan telah menjadi bagian penting dalam pembangunan manusia Indonesia, karena itu kesadaran dan spirit sastra termasuk puisi perlu dihidupkan lewat berbagai wadah.

Ketua TISI Octavianus Masheka.

Selaku Ketua TISI, ia pun menyampaikan terima kasih kepada penyair Sutardji Calzoum Bachri yang telah berkenan hadir dan berbagi dalam kegiatan tersebut. Ia pun menyampaikan apresiasi kepada semua anggota TISI yang telah berpartisipasi dalam “Refleksi Sastra (Pusi) Akhir Tahun” tersebut.

Dalam pemaparannya, Sutardji Calzoum Bachri menilai perkembangan sastra di Indonesia saat ini sangat baik. “Sastra Indonesia saat ini sangat menggembirakan. Eksplorasi-eksplorasi terus dilakukan, penemuan-penemuan terutama penemuan-penemuan yang kembali ke akar budaya, kepada tradisi, kepada segala seuatu yang dari diri sendiri,” ungkapnya.

Sutardji Calzoum Bachri.

Selian itu, kata Sutardji, perkembangan positif sastra Indonesia juga ditandai dengan munculnya penyair-penyair baru yang mapan seperti Izbedy Setiawan ZS, Acep Zam Zam Noor, Ewith Bahar, dan masih banyak nama lainnya.

Ditanya terkait kriteria puisi yang baik, Sutardji menekankan, hal tersebut tidak bisa digeneralisasi. “Tidak bisa kita cari generalisasi. Ada tetapi sangat abstrak. Puisi itu hanya dirasakan satu per satu. Misalnya bagaimana kita merasakan hikmat berbahasanya Chairil Anwar, Rendra, Taufiq Ismail, dan sebagainya. Jadi, satu per satu, tidak bisa diberi definisi yang generalisasi, saya kira akan terjadi bahaya dan akan mengakibatkan kekaburan-kekaburan gara-gara definisi itu,” jelasnya.

Lebih lanjut Sutardji mengatakan, puisi terutama adalah pemberian makna pada kata-kata. “Itulah esensi dari puisi. Memberikan makna kepada kata-kata berarti memberikan makna kepada kehidupan, kepada budaya, kepada martabat kemanusiaan. Dengan demikian manusia layak hidup di bumi dan layak menjadi khalifah Tuhan di bumi,” ujarnya.

Tangkapan layar kegiatan “Refleksi Sastra (Puisi) Akhir Tahun” TISI.

“Kata-kata yang ada sehari-hari adalah anugerah Tuhan. Kata-kata ini seperti halnya alam, adalah anugerah Tuhan. Itulah peradaban. Peradaban adalah meningkatkan makna apa yang ada di bumi ini,” tandas Sutardji.

Dalam acara tersebut, peserta diberi kesempatan untuk bertanya atau sekadar menyapa. Berbagai pertanyaan pun langsung ditanggapi oleh Sutardji yang saat itu didampingi oleh Ketua TISI di kediamannya. Beberapa peserta pun mendapat kesempatan membacakan puisi.

Hadir dalam acara tersebut sejumlah penyair Indonesia di antaranya Eka Budianta, Heru Marwata, Syamsudin Adlawi, Khalid Alryasid, Hermawan AN, Lusisusanti Bahar, Isbedy Stiawan ZS, dan sejumlah nama lainnya. (RF/rf-red-st)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini