Cerita Anak // Pemimpin Idaman

0
64
Ilustrasi. (mudanews.com)

Pagi itu, suasana kelas heboh dengan perdebatan seru antara Bagus dan Vinsen mengenai calon ketua OSIS. Ada dua nama calon terpilih Ketua OSIS, Rendi dan Markus dari kelas XI. Di antara mereka saling menjagokan calon masing-masing. Vinsen penasaran siapakah yang akan didukung oleh Bagus soalnya dia lebih menjagokan Markus daripada Rendi.

“Bagus, menurutmu siapakah yang layak dan cocok menjadi Ketua OSIS periode ini?,” tanya Vinsen penasaran.

“Menurut aku sih Vin, yang layak jadi Ketua OSIS itu Rendi. Ia merupakan pemimpin idaman sekolah kita. Sosok yang pandai, baik, rendah hati dan merangkul,” jawab Bagus tersenyum.

“Dari mana kamu tahu Vin, kalo Rendi seperti yang kamu katakan. Justru, kamu salah menilai dia“.

Vinsen berusaha merusak cara pandang bagus tentang Rendi sehingga ia berubah pikiran kemudian mendukung Markus, namun Bagus tak goyah malahan ia tetap mendukung Rendi menjadi Ketua OSIS.

“Bagus, Rendi itu tak seperti yang kamu bayangkan. Dia itu pura-pura baik di depan kita supaya dapat sanjungan dan dukungan padahal dia itu ambisi ingin menjadi Ketua OSIS,“ ungkap Vinsen Memfitnah Rendi.

“Vin, kamu tak boleh berpikiran negatif terhadap Rendi. Dia itu anak baik. Dia terpilih  sebagai calom Ketua OSIS karena dinilai baik bukan sembarangan. Kamu kan tidak suka sama Rendi karena kamu lebih mengidolakan Markus kan? Gunakan cara yang baik dan bijak jangan saling menjatuhkan seperti itu”.

Mendengar perkataan Bagus membuat Vinsen tak terima begitu saja. Ia tetap mendukung Markus dan terus menjelekkan Rendi. Keduanya saling berdebat tiba-tiba muncullah ibu Fransiska, wali kelas. Wali kelas menanyakan keseruan yang terjadi sehingga mengganggu kelas lain yang sementara belajar.

“Ada apa ini, Vinsen. Kenapa rebut sekali. Tahu tidak, sementara jam pelajaran berlangsung”.

“Maaf, Bu. Kami sementara membahas calon Ketua OSIS. Jujur bu, aku tak suka kalau Rendi yang menjadi Ketua OSIS. Dia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Markus. Aku berusaha menyakinkan Bagus tapi dia tak mau mendengarkannya“.

“Vinsen, tolong dipahami bahwa tongkat pengambil keputusan siapapun yang menjadi Ketua OSIS itu bukan kamu akan tetapi melalui hasil demokrasi. Kamu tak boleh semena-mena merendahkan apalagi menjatuhkan Rendi”.

“Iya, Bu”.

Beberapa hari kemudian, pemilihan Ketua OSIS dilaksanakan secara demokrasi dan calon Ketua OSIS terpilih untuk periode ini, Rendi. Betapa bahagianya Bagus dan teman-teman karena dukungan mereka tak sia-sia untuk Rendi. Mereka yakin dan percaya bahwa Rendi mampu menjadi Ketua OSIS yang bertanggung jawab.

Vinsen diam seribu bahasa karena orang yang diidolakan tak terpilih menjadi Ketua OSIS. Ia merasa tak enak hati dengan bagus dan Rendi atas perkataan buruk yang sudah diucapkan. Vinsen menemui bagus untuk meminta maaf namun bagus mengarahkan Vinsen meminta maaf kepada Rendi. Lalu, Vinsen menemui Rendi untuk menyampaikan selamat sekaligus permohonan maaf.

“Senior Rendi, selamat atas terpilihnya kamu menjadi Ketua OSIS dan aku juga mau meminta maaf”.

“Terima kasih, Vin. Tunggu dulu, ada apa kok minta maaf sama aku. Kamu tidak ada masalah sama aku”.

“Begini senior Rendi, aku sudah memfitnahmu di depan bagus dan teman kelas karena kamu calon Ketua OSIS”.

“Memangnya siapakah orang yang kamu harapkan menjadi Ketua OSIS,” tanya Rendi.

“Markus. Aku begitu mengharapkan dia menjadi Ketua OSIS namun aku sadar bahwa hasil demokrasi tidak dapat digangggu gugat. Aku begitu menyanjung Markus bahkan aku sampai katain kamu ambisi,” ungkap Vinsen menyesal.

“Begini ya, Vin sejujurnya aku bukanlah orang yang berambisi tapi semua ini bentuk kepercayaan teman-teman agar aku bisa menjadi ketua OSIS. Kamu salah menilaiku,” ungkap Rendi.

“Maafkan aku, ya. Aku berjanji lebih berhati-hati dalam bersikap. Terima kasih karena kamu tidak membenciku”.

Rendi mengakui ketulusan dan kejujuran Vinsen, lalu ia memaafkannya.

Hari-hari pun berlalu, Rendi mampu memberikan pikiran yang baik demi kemajuan sekolah. Ia sosok pemimpin yang bijak, dan menjadi panutan bagi teman-temannya. (Penulis: Erliana M. N. Tjiputra, S.Pd., Guru SMK Negeri 7 Kupang)  

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini