Kota Kupang, SEKOLAHTIMUR.COM – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT Linus Lusi, S.Pd., M.Pd., menyampaikan, kebudayaan berkaitan dengan diri, hidup, dan keterampilan di masa lampau yang kemudian membentuk jati diri bangsa.
Hal tersebut diungkapkan Linus Lusi saat membuka kegiatan bertajuk “Workshop Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Tahun 2024” yang berlangsung pada tanggal 26 Februari 2024 – 1 Maret 2024 di hotel Neo Aston Kupang.
“Kita berkumpul di sini untuk berbicara soal diri kita, hidup kita tempo dulu dan keterampilan tempo dulu yang sangat membentuk jati diri bangsa,” ungkap Linus Lusi.
“Oleh karena itu perintah Permendikbud Nomor 79 tentang muatan lokal tahun 2014, ini perintah literasi yang harus dijalankan. Permen tentang daerah Nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah menekankan pada kebudayaan dan kearifan lokal serta keunikan budaya masing-masing harus dicerna dan diberi masukan,” tambahnya.
Lebih lanjut Linus Lusi mengungkapkan, program ini merupakan standar kompetensi untuk memenuhi capaian pembelajaran. Selain itu, kurikulum muatan lokal ini, sambung Linus, harus ditopang oleh sumber-sumber referensi yang memadai, dari hasil karya sendiri.
“Yang kita susun ini adalah kompetensi dasar, yang dalam kurikulum baru disebut capaian pembelajaran. Ini langkah pertamanya. Nanti teman bermainnya adalah buku-buku penunjang referensi,” ujarnya.
“Maka saya mangajak bapak/ibu yang hobi menulis, silangkan menulis sebanyak-banyaknya sesuai dengan kaidah-kaidah materinya sendiri. Semua jadi sebuah referensi bersama,” ajaknya.
Linus Lusi juga menekankan pentingnya untuk selalu memperkenalkan kepada anak-anak tentang alat dan bahan tradisional di tengah deras arus kemajuan teknologi ini.
“Di satu sisi kemajuan teknologi bukan berarti menghilangkan teknologi awal sebagai transisi dengan kemajuan sekarang, sehingga siswa kita tidak boleh terasing. Ini penting sekali,” tegasnya.
“Silahkan dicerna baik-baik. Kemudian ada tim khusus yang menggodok lagi atau dimatangkan sesuai substansi dan kaidah-kaidah dalam penulisan kurikulum muatan lokal,” pungkasnya.
Sementara itu dalam laporan panitia, Jean Neparasi, S.Pd., menuturkan, program tersebut untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik sekaligus membentuk sikap yang mencintai lingkungan alam.
“Dimaksudkan agar peserta didik terbentuk pemahamannya terhadap lingkungan dan kearifan dimana tempat dia tinggal serta membekalinya dengan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengenal sekaligus mencintai lingkungan alam,” ungkap Jean Neparasi.
Selanjutnya, Jean Neparasi menyampaikan, sebagai wilayah yang memiliki keberagaman budaya dan kearifan lokal, perlu diarahkan untuk mengembangkan potensi tersebut melalui sektor pendidikan.
“NTT sebagai miniatur Indonesia yang memiliki keberagaman budaya dan kearifan lokal perlu dikembangkan upaya pelestarian budaya dan potensi lokal melalui pendidikan,” tuturnya.
“Perencanaan dan pengembangan lingkungan melalui pendidikan diarahkan untuk menunjang sumber daya manusia, dan pada akhirnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik,” jelasnya.
Informasi yang dihimpun media ini, proses pengembangan kurikulum tersebut berada dalam tahapan finalisasi. Peserta yang hadir dalam kegiatan tersebut yakni; 44 Pengawas yang terdiri atas 22 Pengawas SMA dan 22 Pengawas SMK se-NTT, serta 22 guru Muatan Lokal (Mulok) SMA dan 22 guru Mulok SMK. (Yosi Bataona/rf-red-st)