Disiplin Taruna dalam Perspektif Islam

0
159
Oleh Patrisius Leu, S.Fil., Guru Penulis & Wakasek Kesiswaan SMKN 7 Kupang.

Taruna Berbulan Ramadan

Kita telah memasuki bulan suci Ramadan, dan disuguhkan kiat-kiat menjalankan ibadah puasa melalui berbagai media cetak dan elektronik. Kesemuanya mengarah untuk mengakrabkan manusia dengan Yang Maha Besar, menjunjung tinggi Allah yang Esa dan menghargai kemanusiaan dalam persaudaraan antaragama.

Taruna-taruni manusia beragama yang dilatih karakter kepemimpinannya, ketakwaan, kesopanan, dan ia bertanggungjawab merealisasikan fitrah sucinya sebagai khalifat Allah. Selama di sekolah mereka mendisiplinkan dirinya menggunakan daya nalar dan intelektualnya, serta menggunakan aneka media sosial demi meraih kesalehan, kesempurnaan, dan keakraban dengan Allah serta kekariban dalam toleransi dengan saudara-saudarinya yang beda agama.

Terkait toleransi ada seruan istilah TAKJIL: toleransi antar kita jadi indah langgeng. Seruan ini menggema pada setiap adzan, Asyhadu an laa ilaha illa Allah: Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Pada bulan Ramadan, taruna muslim dan muslimat memusatkan perhatian sepenuhnya pada pengembangan keakraban dengan Allah SWT, Allah yang Tauhid, dan Allah yang Akbar lewat tarawih, salat, zakat, dan syiyam (ibadah puasa, QS. Al-Baqarah: 183). Ini dilakukan sebagai pemenuhan rukun Islam.

Puasa yang sempurna adalah pengendalian diri dan anggota tubuh dari apa yang Allah SWT tak kehendaki. Kerennya, menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Hadis Nabi, ada lima hal yang menyebabkan puasa batal: berbohong, memfitnah, gosip, menatap penuh nafsu, dan bersumpah palsu. Kita harus menjaga mata, lidah, telinga, tangan, dan hati. Lakukanlah puasa pada bulan suci Ramadan dengan suka hati, karena puasa itu merupakan pondasi bagi aktivitas ibadat, serta kunci untuk perbuatan amal.

Disiplin Taruna

Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi IV (Departemen Pendidikan Nasional, 2015:333) mengartikan Disiplin sebagai tata tertib di sekolah; ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan. Islam melihat disiplin sebagai kepatuhan, menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku. Atau sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih, memelihara amanah dan janji mereka serta menjaga shalat mereka (bdk. QS. Al-Mu’minun: 1-11).

Istilah disiplin oleh I.G. Wursanto (Managemen Kepegawaian, Kanisius, 1989, hlm 108), dan Martoyo (Manajemen Sumber Daya Manusia, BPEE, 2000, hlm. 151) dari bahasa Latin “discere” yang berarti belajar. Kemudian timbul kata disciplina berarti latihan atau pendidikan, dan secara khusus mengenai kesopanan dan kerohanian serta pengembangan perilaku.

Selanjutnya, Disiplin Taruna adalah kesadaran dan kesediaan taruna-taruni melakukan latihan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan perilaku, di mana ia menaati semua norma sosial dan peraturan (lisan dan tertulis) yang berlaku di sekolah dan bertindak sesuai dengan ketentuan tersebut supaya pada akhirnya tujuan dari sekolah dan dirinya tercapai (Leu, Patrisius, Kepemimpinan dan Tim Kerja dalam Pelayaran, Gerbang Media, 2020, hlm 105).

Pelanggaran disiplin dapat berupa setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan taruna yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin corps, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam sekolah. Pelanggaran ucapan, misalnya kata-kata yang diucapkan di hadapan orang lain dalam perjumpaan, dalam rapat, ceramah, diskusi, rekaman, dan alat-alat komunikasi lainnya dalam aplikasinya. Pelanggaran tulisan misalnya, pernyataan pikiran, perasaan dalam bentuk tulisan, gambar, karikatur, coretan, SMS, WA, IG, dll. Dan pelanggaran perbuatan, misalnya setiap tingkah laku, sikap dan tindakan yang tidak etis moral. Pada tatatertib setiap sekolah dicantumkan hak, kewajiban dan larangan; pelanggaran ringan, sedang, dan berat.

Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai keteraturan, ketertiban, ketaatan, kepatuhan, dan kesetiaan. Disiplin akan membuat seseorang tahu dan dapat membedakan hal-hal apa yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang boleh dilakukan, dan yang tak sepatutnya dilakukan karena merupakan larangan.

Dasar Disiplin Menurut Al-Qur’an

Dalam ajaran Islam, banyak ayat Al-Qur’an dan Hadist yang memerintahkan disiplin dalam arti ketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan. Berikut beberapa contohnya. Pertama, takwa kepada Allah SAT dan mengikuti perintah Allah SWT dan rasul-Nya. Surat An Nisa:59 (Bdk. QS. Al-Baqarah: 2-3; QS. Al-A’raf: 158), meminta orang beriman, taat kepada Allah, kepada rasul-Nya, dan kepada Ulil Amri dari kalangan kaum beriman sendiri. Disiplin adalah kunci sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuh sifat teguh memegang prinsip, tekun dalam usaha dan belajar, jauh dari sifat putus asa, pantang mundur dalam kebenaran, dan rela berkorban untuk kepentingan kemanusiaan.

Kedua, menjaga waktu dengan baik, waktu untuk Shalat (QS. Al-Isra’: 78-79) pada kedua ujung siang dan pada awal malam; dan menjaga keseimbangan waktu belajar dan bermain (QS. Al-Furqan:2). Salat sebagai bagian rukun Islam punya jadwalnya tersendiri dan punya tatacaranya yang dipraktikkan secara benar. Kita juga mesti punya jadwal aktivitas kegiatan harian kita sejak bangun pagi hingga tidur malam dan bangun pagi kembali. Apa yang kita lakukan terjadwal waktunya dan dimana tempatnya, untuk melatih pembiasaan diri yang mandiri. Misalnya bangun pagi pukul 05.00 wita dan tidur malam pukul 22.00 wita.

Ketiga, menghormati guru dan orangtua (QS. Al-Isra’: 23-24) dan kehormatan dirinya, menjaga akhlak yang baik (QS. Al-Isra’: 78-79). Mereka ini menghindari dirinya dari perbuatan yang tidak baik (QS. Al-A’raf: 33). Ingat Janji Setya Corps Taruna Smekenseven butir ke-3: menjaga kehormatan orangtua, guru dan sekolah. Keempat, melalui latihan yang ketat dari pribadi. Dalam ayat terakhir surat Al-Ashr, “Illal ladziina amanu wa’amilush shaali haati watawa ahaubish shabr” meminta agar orang beriman mengerjakan amal saleh dan nasehat serta menanti kebenaran dalam kesabaran.

Ringkasan ayat surat Al-Ashr, ini diuraikan dalam empat makna disiplin, yaitu 1) beriman, atas pokok-pokok ajaran dalam rukun iman. Ciri orang yang beriman benar itu gembira mendengar bacaan ayat Qur’an dengan tawakal, mendirikan shalat di mana ia berada, menafkahkan sebagian dari rizkinya kepada sesama. 2) beramal saleh, dalam bentuk aktivitas, karya, kreativitas, pekerjaan yang dilakukan dengan penuh kesadaran bahwa pekerjaan itu sesuai dengan norma dan aturan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. 3) saling berwasiat dalam kebenaran, berarti saling menasehati untuk berpegang teguh pada kebenaran atau di jalan kebenaran harus dilakukan dengan ilmu, penuh kearifan, dan santun, dan kalaupun membantah dengan cara yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah “siapa yang melihat kemunkaran mengubahnya dengan kekuasaan, apabila tidak mampu maka diubahnya dengan lisan, dan kalua tidak mampu juga maka diubah dengan hati”. 4) saling berwasiat dalam kesabaran. Orang sabar dalam beribadah, yakni tunduk dan merendahkan diri hanya kepada Allah disertai dengan perasaan cinta kepada-Nya.

Taruna muslim wajib berpegang teguh pada apa yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya, baik berupa perintah atau larangan, maupun ajaran yang bersifat menghalalkan, menganjurkan, sunnah, makruh dan subhat. Ia wajib mendengar dan taat, baik dalam hal yang disukainya maupun hal yang dibencinya, kecuali bila ia diperintah untuk mengerjakan maksiat. Apabila ia diperintah mengerjakan maksiat, maka tidak wajib untuk mendengar dan taat, apalagi mengikutinya (H.R. Bukhori Muslim).

Indikator Taruna Disiplin

Indikator disiplin seorang taruna terlihat dalam busana, sikap, waktu, kerja, dan literasi, yang teroperasionalkan dalam tiga hal. Pertama, penggunaan waktu secara efektif, antara lain: ketepatan waktu dalam melaksanakan tugas, penghematan waktu dalam melaksanakan tugas (masuk dan keluar sekolah/kelas tepat waktu; mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru/pembina sesuai saat yang disepakati.

Kedua, menaati peraturan sekolah yang berlaku, dengan rasa tanggung jawab terhadap jam sekolah; ketaatan terhadap pimpinan, dan mampu memelihara barang milik sekolah dengan baik.

Ketiga, tanggungjawab dalam pekerjaan harian di sekolah; dan tugas sebagai pengurus OSIS, PKS, Pramuka, Ekstrakurikuler, dll. Mereka berani menerima resiko kesalahan; berani mengevaluasi dan atau dievaluasi hasil pekerjaannya oleh guru/pembina.

Penerapan Disiplin di Sekolah

Pertama, rapat bersama sekolah membicarakan hal terkait kedisiplinan. Kedua, merevisi peraturan dan kebijakan sekolah yang tidak relevan. Ketiga, panggilan kepada taruna dan melakukan pendekatan pribadi atas masalah kode etik ketarunaan/tatatertib yang dilanggarnya; diberi teguran lisan dan tertulis; dan pembinaan sesuai prosedur. Mereka dimotivasi untuk berubah dan berprestasi.

Keempat, penguatan kapasitas karakter diri berupa penyadaran moralnya, berahklak mulia, beriman takwa, jujur dan rendah hati. Juga penyadaran karakter kinerjanya yakni bekerja keras, ulet, tangguh, tak mudah menyerah. Harus ada koherensi antara karakter diri dan karakter kinerja, yakni bersikap sopan di pandangan mata tapi mencela-bergosip di belakang perjumpaan.

Kelima, penguatan kapasitas literasi siswa: untuk meningkatkan kompetensinya berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Keenam, belajar disiplin pada sekolah-sekolah kedinasan, seminari, pesantren, dan biara pertapaan. Atau dapat belajar dari tokoh dunia, para sastrawan dan pujangga, pertapa dan peneliti yang telah teruji waktu dan masa mempraktikkan disiplin ilmu dan disiplin hidupnya. Ketujuh, pembinaan rohani utuk harmoni dalam keberagaman.

Kedelapan, setia pada iman dalam relasi harian. Tanda orang beriman selalu bersyukur, bertawakal, mengamalkan imannya dalam perbuatannya pada setiap perjumpaannya. Taruna beriman tidak menodai imannya dengan perbuatan yang menimbulkan sakit hati dan mengundang adanya perpecahan bahkan menimbulkan sikap anti agama dan intolernsi di sekolah. Kesembilan, menyediakan asrama siswa dengan aturan dan pembinaan terukur.

Penutup

Disiplin itu sifat terpuji dalam agama Islam, dimana diajarkan, pertama, disiplin dalam kehidupan pribadi (An Nisa:59), dalam menggunakan waktu, dalam beribadah (Ali Imran:31), berlalulintas (An Nisa:59). Kedua, disiplin dalam bermasyarakat (Hadist riwayat Bukhari Muslim dan Turmudzi); ketiga, disiplin berbangsa dan bernegara (H.R. Bukhari Muslim).

Wujud syukur taruna muslim adalah dengan melaksanakan semua tugas dan tanggungjawab yang dipercayakan kepadanya dengan penuh kesadaran dan penuh cinta, bertindak sesuai tata tertib dan program sekolah, maka pekerjaannya itu menjadi sebuah ibadah, amalan yang berkah di hadapan Tuhan dan sesama.

Disiplin penting bagi taruna muslim. Dengannya, mereka dapat mengatur waktu efektif, meningkatkan prestasi akademik dan profesional, serta mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini