Kita berkomunikasi setiap hari. Itu adalah salah satu aksioma dalam ilmu komunikasi. Menyangkal adanya komunikasi dalam hidup manusia berarti menyangkal eksistensi kita, keberadaan kita sebagai makhluk sosial. Ungkapan klasik, “no man is an island”, akan tetap aktual sepanjang hayat. Bahwa manusia tidak bisa hidup terisolasi dari orang lain. Sebagai makluk sosial, ia akan selalu terhubung dengan orang lain. Keterhubungannya dengan orang lain dimungkinkan oleh adanya komunikasi. Struktur kepribadian kita telah dibentuk sedemikian rupa agar kita selalu dan senantiasa berkomunikasi dengan orang lain. Tanpa komunikasi manusia menjadi lumpuh secara psikologis, mental dan spiritual. Situasi kelumpuhan yang demikian, secara bertahap, akan membuat manusia itu layu, tidak berkembang, yang pada akhirnya mati.
Penulis melihat keberhasilan dan mutu sebuah lembaga pendidikan ditentukan oleh bagaimana pribadi-pribadi di lembaga itu saling berkomunikasi. Aspek emosi yang dilibatkan dalam proses komunikasi antar-pribadi menjadi faktor krusial yang membuat manusia itu lebih akrab dengan sesamanya. Inilah keistimewaan komunikasi antar-pribadi yang membedakannya dengan komunikasi melalui media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun melalui teknologi tercanggih apapun. Pertanyaannya: apa itu komunikasi antar-pribadi? Dan apa peranannya di sekolah?
Memahami Komunikasi Antar-Pribadi
Istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa Latin “communicatio” yang berarti “pemberitahuan” atau “pertukaran pikiran”. Istilah communicatio bersumber pada kata “communis” yang berarti “sama”. Yang dimaksudkan dengan “sama” di sini adalah “kesamaan makna”. Jadi antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi harus terdapat kesamaan makna. Jika tidak terjadi kesamaan makna, maka komunikasi tidak berlangsung. Dengan kata lain, apabila seseorang menyampaikan pikirannya atau perasaannya kepada seorang teman, misalnya, maka komunikasi terjadi atau berlangsung, jika temannya itu mengerti apa yang dimaksudkan. Terjadilah percakapan, yang berarti komunikasi berjalan. Apabila si temannya tidak paham akan maksudnya, maka ia tidak menyahut atau tidak memberikan reaksi yang berarti komunikasi tidak berjalan (Lihat Onong Uchjana Effendy dalam buku Human Relations dan Public Relations dalam Management, Bandung, 1986, p.11).
Komunikasi antar-pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Komunikasi terjadi secara tatap muka (face to face) antara individu-individu. Pengertian ini mengandung tiga aspek. Pengertian proses mengacu pada perubahan atau tindakan yang berlangsung terus-menerus. Pertukaran adalah tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Dalam proses pertukaran makna, orang-orang yang berkomunikasi diharapkan supaya memiliki pemahaman yang sama terhadap pesan yang disampaikan (http://kuliahdagdigdug.com/2008/04/22/pengertian-komunikasi-antar-pribadi).
Sejajar dengan pendapat di atas, Onong Uchjana Effendy mendefenisikan komunikasi antar-pribadi sebagai komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan (dyadic communication) atau antara seorang komunikator dengan dua orang komunikan (triadic communication). Baik komunikasi berdua atau bertiga, sifatnya dialogis secara tatap muka. Dalam situasi komunikasi seperti ini, umpan balik (feedback) terjadi secara langsung. Dengan kata lain, komunikator dapat mengetahui efek komunikasinya pada saat itu juga. Umpan balik seperti itu dinamakan umpan balik seketika (immediate feedback).
Jalaludin Rahmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antar-pribadi dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan hubungan interpersonal. Persepsi adalah kemampuan melihat, mendengar, mengerti atau memahami sesuatu secara mendalam. Persepsi interpersonal adalah kemampuan memahami atau menafsirkan secara baik makna yang berasal dari seseorang (komunikan), berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi. Seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan atau salah menafsirkan pesan (message) yang disampaikan akan mengakibatkan kegagalan komunikasi.
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Jadi, bukan pandangan dan perasaan orang lain tentang diri kita. Pikiran dan perasaan tentang diri kita dapat bersifat positif dapat pula bersifat negatif. Pandangan kita tentang diri baik positif maupun negatif amat tergantung dari latarbelakang dan pengalaman hidup kita. Contoh pikiran dan perasaan tentang diri yang positif seperti saya cantik, saya ganteng, saya pintar, sanggup, berbakat dan sebagainya. Contoh pikiran dan perasaan yang negatif seperti: saya bodoh, muka buruk, hitam, mata sipit, hidung pesek, keriting, dan sebagainya. Pikiran dan perasaan tentang diri entah positif entah negatif sangat mempengaruhi sikap dan tingkah laku kita dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Konsep diri yang positif ditandai dengan lima hal yaitu: (1) yakin akan kemampuan mengatasi masalah; (2) merasa setara dengan orang lain; (3) menerima pujian tanpa merasa malu; (4) menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat; (6) mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha untuk berubah.
Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antar-pribadi. Karena setiap orang bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya. Bila seorang taruna/i memandang dirinya sebagai seorang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri pelajaran secara teratur, membuat catatan yang baik dan rapih, mempelajari setiap mata pelajaran dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik. Karena itu, perlu ada usaha mengenal diri, dalam hal ini konsep diri kita secara baik. Karena pengetahuan akan diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri berpengaruh pada pesan apa kita bersedia membuka diri, bagaimana kita mempersepsi pesan, dan apa yang kita ingat. Selain itu konsep diri juga berpengaruh terhadap penyandian pesan.
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh atraksi interpersonal dalam hal: (1) penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak semata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat watak, karakteristiknya secara negatif. (2) Efektifitas komunikasi. Komunikasi antar-pribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila kita berkumpul dengan para pembenci, akan membuat kita tegang, resah dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.
Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi. Hubungan interpersonal penting untuk setiap kita. Kita memasuki hubungan dengan orang lain untuk paling kurang tiga alasan: (1) belajar tentang diri kita; (2) menguasai lingkungan kita dan menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi; (3) meningkatkan pengalaman-pengalaman positif dan menyenangkan dan mengurangi pengalaman negatif dan penderitaan (Judy Cornelia Pearson, Interpersonal Communication, Concepts, Components and Context, 1990, pp.52 – 54).
Peranan Komunikasi Antar-pribadi di Sekolah
Kita dapat mengatakan bahwa dunia pendidikan di sekolah tak dapat dipikirkan tanpa adanya komunikasi antar-pribadi. Salah satu komponen utama di embaga pendidikan adalah pribadi-pribadi di dalam lembaga yang bersangkutan antara lain para guru dan pegawai, peserta didik, orang tua, masyarakat dan pemerintah. Pribadi-pribadi ini tidak bisa berdiri sendiri atau bekerja sendiri-sendiri selama mereka berada di dalam lembaga itu. Mereka, suka atau tidak suka, harus berkomunikasi. Karena itu, komunikasi antar-pribadi memainkan peranan yang sangat vital dan sentral di sekolah. Bayangkan, apa yang akan terjadi jika tidak ada komunikasi antara kepala sekolah dengan guru-gurunya; Atau antara guru dengan taruna/i-nya. Atau antara siswa dengan siswa. Hemat penulis, suasana di sekolah akan menjadi tidak karuan karena tidak ada komunikasi, mutu pendidikan seperti apakah yang kita harapkan?
Dalam komunikasi antar-pribadi, ada pertukaran makna/pesan. Makna (meaning) atau pesan (message) harus dipahami seperti apa yang komunikator sampaikan, sehingga baik komunikator maupun komunikan memiliki kesamaan makna, kesamaan pemahaman. Seorang guru sebagai komunikan, misalnya, harus sanggup memahami instruksi/pesan verbal atau nonverbal seperti yang dimaksudkan oleh pimpinannya sebagai komunikator. Atau sebaliknya, seorang pimpinan sebagai komunikan harus sanggup menangkap dan memahami pesan verbal dan non-verbal seperti apa yang dimaksudkan oleh guru-gurunya sebagai komunikator. Seorang taruna/i sebagai komunikan, harus sanggup menangkap dan memahami pesan/instruksi lisan atau tertulis (verbal) dan gerak isyarat (nonverbal) seperti apa yang dimaksudkan oleh guru-gurunya sebagai komunikator. Atau seorang guru sebagai komunikan, harus sanggup menangkap dan memahami pesan verbal dan non-verbal seperti apa yang dimaksudkan oleh peserta didiknya sebagai komunikator.
Salah menangkap dan memahami pesan verbal dan non-verbal dari seseorang bisa membawa malapetaka bagi orang itu sendiri ataupun lembaga dan orang lain. Seorang taruna/i kelas XII sebagai komunikan, misalnya, yang salah menangkap/memahami konsep-konsep matematika (pesan) yang diajarkan guru sebagai komunikator dapat berakibat pada ketidaklulusan dalam ujian.
Peranan komunikasi antar-pribadi dalam dunia pendidikan dapat dirincikan sebagai berikut. Melalui komunikasi antar-pribadi kita bekerjasama untuk mencapai visi, misi dan tujuan lembaga yang telah dicanangkan. Melalui komunikasi, kita menjalin, memupuk dan mempererat hubungan dengan sesama. Kebutuhan-kebutuhan kita terpenuhi berkat adanya komunikasi dengan oran lain. Kita berkomunikasi untuk kelangsungan hidup dan untuk memperoleh kebahagiaan. Melalui komunikasi yang menghibur, kita terhindar dari tekanan dan ketegangan. Komunikasi membantu kita untuk membangun konsep diri kita yang sehat.
Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan sesamanya, bisa dipastikan akan “tersesat”, karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Melalui komunikasi, orang saling belajar hal-hal yang mereka ingin tahu. Jika seseorang tidak dapat berkomunikasi, dia tidak akan berbicara dengan orang lain dan orang lain pun tidak akan berbicara dengan dia atau mengajar dia tentang sesuatu. Jadi tidaklah mungkin bagi orang seperti ini untuk mempelajari sesuatu.
Penulis: Drs. Yohanes Lelan, anggota Komite SMKN 7 Kupang
Editor: Patrisius Leu, S.Fil.