Rasa apa yang dapat dibahasakan oleh cinta
pada remang-remang kaki langit semua selalu kau bunyikan…
Di rumah, di tanah, di air, di sudut sudut kota, di pinggiran kampung, bahkan sampai di kaki menara gereja, bunyi selalu bergema memuji kebesaran Sang Maha Indah
Kau tak mau sendiri
Kau tak mau menyepi
Selalu menemani bunyi
Selalu ditemani bunyi
Terkadang menara gereja menjadi sepi. Lonceng-lonceng takkan mau berdentang.
Menanti siapa.
Tangan yang lincah dari hati yang sangat remuk. Hanya ada senyum. Simpul. Tawa. Terus berbunyi dari mata, bibir, dan mulut yang tulus.
//
Walau hatimu remuk
Kau terus berjalan
Walau hatimu remuk
Kau tetap tertawa
//
Jalan dan tawa temani bunyi untuk Tuhan
Jalan dan tawa memeluk harap
Beny
Alat musik itu akan terus berbunyi, dari hatimu yang remuk. Memelukmu terus. Menjagamu. Menghidupkanmu kembali, terus berbunyi dari sudut sudut hati kami yang lara.
Kita selalu bersama. Dalam ada dan tiada. Kau tak sendiri. Takkan mungkin sepi.
Doa kami titipkan lewat bunyi
Terang kekal menyinari
Bermusik terus dari tempatmu,
surga abadi
Musik memelukmu kembali.
* * *
In memoriam Benediktus Abbas Cogo, S. Pd. Dari adik tingkatmu, alumni Sendratasik Unwira Kupang tahun 2008.
Kami kenang semua bunyi!
Tuhan e😭