Konsep Pemimpin Rendah Hati
Siapa pun yang menjadi pemimpin harus berani menerima tantangan dan sadar bahwa setiap orang harus menjadi penguasa pertama atas dirinya, menyadarkan orang yang dipimpinnya bahwa mereka adalah pemimpin pertama diri sendiri. Penghargaannya terhadap martabat manusia dalam keteladanan kata dan tindakan mengharuskannya bersikap terbuka dan berani mengakui dengan rendah hati akan adanya berbagai kekurangannya selama memimpin dalam organisasi.
Konsep pemimpin yang rendah hati adalah sikap dasar (disposisi batin) yang tidak fokus pada diri sendiri atau tidak mengarah pada diri sendiri melainkan yang selalu diarahkan pada pihak luar dirinya, yaitu kepada Tuhan dan sesama yang dilayaninya dalam kepemimpinannya. Pemimpin yang rendah hati bergembira bila ditegur, dikoreksi, dan tidak malu untuk maju, karena ia mampu menerima dirinya sendiri baik kekurangan dan kelebihan keunikannya.
Moral Dasar Kepemimpinan
Para pemimpin kristiani selalu mendasarkan pola kepemimpinannya pada Yesus Kristus, Sang Guru Kerendahan hati. Rasul Paulus menulis dalam suratnya kepada jemaat di Filipi (Fil 2:6-8) bahwa ketaatan sebagai kerendahan hati dan tidak mempertahankan status kepemimpinan.
Ada banyak ajakan moral dalam teks kitab suci yang memginspirasi para pemimpin. Beberapa kitab suci mengajarkan, Yesus memberi teladan lemah lembut dan rendah hati (Mat 11:28-29); hendaklah pemimpin selalu berlaku rendah hati (Ef 4:2); sebab Allah mengasihi mereka yang rendah hati (Yak 4:6); dan di balik retriksi-retriksi (halangan-halangan) ada nilai yang mau dikejar dan membatasi diri dalam koridor/frame (bingkai tertentu) dengan pelepasan-pelepasan kepada sesuatu yang bukan Tuhan, yang bukan utama dalam kepemimpinan supaya sempurna dalam kepemimpinan (1 Ptr. 5:5).
Berkat Kerendahan Hati Pemimpin
Ada dua sebab kerendahan hati timbul pada seorang pemimpin, karena pengetahuannya yang pasti mengenai dosa-dosa/kelemahan-kelemahan berorganisasi, dan karena ia telah memperbaikinya maka ia bergerak ke arah perenungan keagungan Tuhan dalam pencapainnya berorganisasi.
Para pemimpin mesti punya kepekaan rohani, merasa dihina dan terbuang, sebab di mana kerendahan hati tumbuh disitulah kemuliaan Allah berkembang. Bersedia menerima perlakuan diremehkan di muka umum/publik, perlu belajar menerima kontra argumen, daripada belajar bagaimana dihormati sebagai pemimpin. Rendahkan diri di hadapan Tuhan, dan Tuhan akan menjadikan kita besar pada waktu dan saat yang tepat, sebagai penghiburan bagi para pemimpin.
Cara Mencapainya dalam Kepemimpinan
Dengan terus memperbaiki kelemahan keberimanan, memperbaiki kualitas kapasitas diri untuk tugas yang di emban; memperbaiki sisi-sisi lemah dalam kepemimpinannya dengan mau belajar dari para senior, berbagi pendapat tentang sesuatu topik maslah yang aktual kontekstual; bergegas melaksanakan tugas yang dianggap remeh temeh dan sukar oleh sebagian orang (pemimpin lainnya); membebaskan pikirannya dari segala teguran dan tuduhan orang lain kepadanya.
Menjalani dan menikmati pembuangan, perlu ada spasi ruang sepi di sela kesibukan memimpin untuk mengevaluasi dan introspesi serta mencari titik baru kreativitas. Singkatnya, menggunakan kapasitas intelektual, spiritual dan moral dalam integritas diri dalam memimpin. (*)