Buku “Nomen Est Omen” di Mata Para Guru  

0
102

Kota Kupang, SEKOLAHTIMUR.COM – Buku berjudul “Nomen Est Omen” karya Guru SMK Negeri 7 Kupang Patrisius Leu, S.Fil., yang diluncurkan tanggal 26 Juli 2022 lalu menuai respons positif dari kalangan guru. Seperti diungkapkan oleh Maria G. G. Watu Raka, S.Pd., buku tersebut merupakan karya seorang guru yang tidak saja menjadi wadah keterampilan dan kecintaan menulis namun juga memberi warna tersendiri bagi iklim literasi di sekolah.

“Buku ini bukan saja menjadi saluran kecintaaan Pak Patris untuk menulis namun mempercantik warna literasi khususnya di SMKN 7 Kupang. Kiranya spirit menulis ini juga membias ke kami, guru lainnya,” ungkap Maria pada Jumat (29/7/2022).

Maria G. G. Watu Raka ketika menerima buku “Nomen Est Omen” dari penulisnya.

“Seperti Uskup Patricius dari Irlandia yang bertekad untuk membebaskan Irlandia dari kekafirannya dan berhasil, Pak Patris pun sukses dalam usaha memajukan gerakan literasi di SMKN 7 Kupang. Proficiat Pak Patris,” lanjut Duta Rumah Belajar I NTT ini.

Pada kesempatan yang sama Haslinda Nedjabao, S.T. Oceanografi, rekan guru Patrisius Leu di SMKN 7 Kupang mengungkapkan bahwa buku “Nomen Est Omen” memberi nilai tersendiri bagi dirinya bahkan bagi semua orang yang akan membaca buku tersebut.  

“Isinya memberi nilai yang berarti bagi kita karena kita merasa berharga, ketika orang dengar nama kita dan mengetahui siapa kita bukan karena status tetapi apa yang kita kerjakan, karakter kita, cara kita mengatasi persoalan, bagaimana mengetahui diri kita sebenarnya. Itu yang saya dapatkan dari buku ini. Saya senang buku ini dan saya merekomendasikannya,” ujar mantan Kepala SMKN 1 Perikanan Naibonat ini.

Haslinda Nedjabao ketika menerima buku “Nomen Est Omen” dari penulisnya.

Sementara itu Maria Hebi, S.Pd., guru SMAK Giovani Kupang mengatakan, “Nomen Est Omen” merupakan sebuah karya yang unik, sebab mengungkapkan dimensi lain dari kehidupan seorang guru.

“Sebuah persembahan bukan hanya untuk guru melainkan juga untuk semua orang yang ‘terlahir’ dari seorang guru. Seorang Patrisius Leu sangat menyadari bahwa kebutuhan seirang manusia adalah mengekspresikan dan menarasikan pandangan hidupnya yang tentunya sudah diolah secara batiniah dan matang. Selamat untuk penerbitan karya yang hebat ini,” ungkap Pemimpin Redaksi Mediator Givans SMAK Giovani Kupang.

Terkait profesi penulis buku “Nomen Est Omen” yang adalah guru, Maria Hebi menilai bahwa tidak banyak guru yang berani menulis dan juga tidak banyak guru yang mau mengekspresikan imajinasi bahkan buah pikirannya lewat tulisan. Buku “Nomen Est Omen”, ungkapnya, mau menunjukkan bahwa jalan literasi yang benderang mestinya di buka oleh seorang guru.

Maria Hebi.

“Seandainya dalam setiap sekolah ada 10 orang guru saja yang menulis buku, maka mimpi kita tentang penguatan akar literasi akan semakin cepat menjadi kenyataan,” ujarnya.

Komentar Buku

Sejumlah guru pun memberi komentar dalam buku “Nomen Est Omen”. Berikut komentar-komentar tersebut sebagaimana dikutip redaksi dari buku “Nomen Est Omen” yang diterbitkan Gerbang Media Aksara Yogyakarta (Cetakan I Juli 2022) bekerja sama dengan Yayasan Pustaka Pensi Indonesia (Yaspensi).

Maria Fatmawati Boy, S.Pd., Guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMK Negeri 7 Kupang: Membaca tulisannya, kita seakan diajak masuk berefleksi pada lima tema besar yang disuguhkannya yang kesemuanya berbicara tentang usaha penemuan makna nama diri kita dalam cinta yang dipastoralkan di sekolah pun komunitas masyarakat dan hal itu selalu disyukuri dalam doa kepada sang Tuhan, penulis sejarah kekal. Saya merekomendasikan buku ini sebagai buku penunjang dalam berliterasi di sekolah.

Mustapa Syafrudin, S.Pd., Guru Pendidikan Agama Islam SMK Negeri 7 Kupang: Hadirnya buku ini mempunyai daya tarik tersendiri dalam refleksi yang cukup berimbang mengenai nilai-nilai karakter spiritual, disiplin hidup, dan moderasi beragama yang diolah dengan apik merangkum dan menginspirasi kita, bahwa literasi menembus agama, budaya, pendidikan, dan profesi.

Penulis seorang moderat dalam berdakwah-berpastoral literasi pendidikan di sekolahnya demi kemaslahatan umat melalui karyanya yang kelima ini. Buku ini memberikan kontribusi aura positif bukan saja di lingkungan sekolah yang plural agama dan budanyanya tetapi juga merawat nilai-nilai profil pelajar Pancasila di tengah warga masyarakat di Tanah Timur terbitnya matahari.

Maria Nuridana Benia, S.Pd., Guru Bahasa Inggris TK Notre Dame Oeleta Kupang: Sedekat yang saya sudah baca, menurut saya, tulisan-tulisannya sangat bermakna, menarik dan menyadarkan. Dari tulisan ini, pembaca tersadarkan, bahwa semua hal kecil maupun besar, memiliki arti dan makna. 

Isi bukunya tidak berat, namun butuh pemikiran secara mendalam. Karena yang disajikan adalah hal yang dekat dekat dengan kita, disajikan dengan penuh makna, makanya ada konsep menyadarkan dalam buku ini bapa. (rf-red-st)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini