
Kota Kupang, SEKOLAHTIMUR.COM – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Linus Lusi, S.Pd., M.Pd., mengungkapkan, pada prinsipnya dalam hal membangun pendidikan dibutuhkan kerja sama dari semua pihak. Hal ini disampaikan Linus Lusi dalam sambutannya saat membuka kegiatan Lokakarya Berbagi Praktik Baik Model Pengembangan Kompetensi Guru Oleh Mitra Pembangunan Pendidikan pada Selasa (08/08/2023) di Hotel Aston Kupang.
“Kita bersyukur ada sebuah gerakan baru yang mau menghimpun tim yang bergerak dalam sebuah skema, tetapi pertemuan hari ini mau mengatakan bahwa urus pendidikan itu harus berciri pentahelix,” ungkapnya.
“Kalau mau bermitra dan berkolaborasi secara pentahelix, maka di dalam ruang ini ada pegiat literasi, ada unsur pemerintah, ada akademisi, ada NGO dan masyarakat, sehingga kita bicara soal pembangunan pendidikan, maka cara meneropong dan memandang dari praktisi dan akademisi itu seperti apa. Dari masyarakat sebagai pemakai dari desain yang bapak dan ibu input itu seperti apa,” lanjutnya.
Linus Lusi mengungkapkan, hasil rapor pendidikan di NTT yang masih minim telah membuka peta jalan pendidikan agar semua pihak menyadarinya dan memberikan kontribusi untuk pengembangan pendidikan, termasuk pengembangan kompetensi guru. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan di NTT belum mati melainkan masih berproses untuk mencapai hasil yang lebih baik.
“Kita menyadari bahwa selama 2 tahun, kita menamatkan siswa alumni-alumni covid dari berbagai jenjang pendidikan. Di balik kejadian ini, ada digitalisasi di sektor pendidikan oleh Menteri Pendidikan, tetapi pertanyaan kritisnya, kalau 4 kompetensi manual guru ini saja dalam asesmen bapak dan ibu masih minim apalagi mau kita luncurkan digitalisasi pendidikan sebagai sebuah episode merdeka belajar,” ujarnya.
“Ini sebuah pekerjaan yang berat, tetapi tidak bisa dikerjakan sendiri-sendiri, sehingga kita memberi apresiasi yang tinggi terhadap mitra pembangunan pendidikan yang sebelumnya oleh dinas pendidikan provinsi dalam kantor satu data yang sejak tahun 90-an ada sakit, ada pekik soal kempetensi guru sekolah dasar. Sampai saat ini sudah banyak upaya yang dilakukan bersama mitra pembangunan pendidikan, merancang sebuah grand desain pendidikan NTT menjadi sebuah peta jalan. Ketika peta ini sudah dibuka maka semua mata melihat bahwa peta jalan pendidikan kita berada di bawah angka yang masih minimalis. Sehingga rapor pendidikan kita seperti itu. Tetapi bukan tamat atau kiamat, pendidikan itu butuh proses yang panjang,” urai Linus Lusi.
Ajang Berbagi Praktik Baik
Kepala Balai Guru Penggerak NTT, Dr. Wirman Kasmayadi, S.Pd., M.Si., menuturkan, momentum tersebut sebagai ajang untuk berbagi praktik baik dengan para mitra pembangunan pendidikan NTT yang tentunya sudah sejak lama berkiprah dalam pendampingan terhadap guru, sehingga dapat menentukan arah pemikiran dan model pendekatan yang sama demi sebuah hasil yang maksimal.
“Kita di BGP tidak hanya urus guru penggerak saja, tetapi juga untuk mengembangkan dan memberdayakan kompetensi guru dan tenaga kependidikan. Yang melatar belakanginya adalah Perdirjen GTK 2626 tahun 2023 dan pedomannya terkait peningkatan kompetensi guru yang baru saja dirilis 2 bulan lalu dan ini bisa dikatakan barang baru bagi kita semua. Sehingga kami melihat para mitra yang telah lama berkiprah dan sudah punya praktik baik dalam pemberdayaan serta pendampingan guru dengan banyak model pendekatan dan strateginya,” ungkapnya.
“Ini jadi momentum yang bagus untuk kita memulai dan membedah bersama model kompetensi guru yang mau dikeluarkan baik itu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial maupun profesional. Ini kan kompetensi teknis dasar bagi guru dengan segala uraian indikator dan sub-indikatornya. Jadi kesempatan ini kami mau menyamakan persepsi, lalu kita bedah bersama dan kemudian kita internalisasi bersama serta kita sesuaikan dengan apa yang sudah para mitra lakukan dan belum agar bisa menghasilkan sesuatu yang baik dan berdampak,” terang Wirman Kasmayadi.

Tiga Unsur Penting
Sementara itu Provincial Manager INOVASI NTT, Dr. Hironimus Sugi, S.Pd., M.Si., mengungkapkan, hal penting untuk mengukur kemajuan sebuah pendidikan tidak hanya ada pada hasil belajar siswa melainkan juga pada kompetensi guru. Oleh karena itu, dalam upaya mengembangkan kompetensi guru, tidak telepas dari 3 unsur penting yakni, asessmen, bekerja berdasarkan realitas dan kerja kolaborasi.
“Tadi kita sudah tahu bagaimana kita tidak hanya melihat hasil belajar siswa tanpa melihat seperti apa kompetensi guru yang berada di depan kelas bersama-sama dengan siswa dari hari ke hari. Pertemuan kita selama 3 hari ini menjadi sangat penting, karena kita semua mau melakukan, mensosialisasikan dan menginternalisasikan Perdirjen GTK 2626,” ungkapnya.
“Saya pikir ini kesempatan yang baik, karena kita maju, tetapi maju dengan ukuran. Berbicara tentang pendidikan kita harus berdasarkan asesment supaya kita tahu ada di posisi mana. Bekerja harus berdasarkan realita supaya kita tahu situasi kita ada di mana yang berbeda dengan tempat lain. Bekerja dengan koalisi, sehingga forum ini kita semua mitra pembangunan berkolaborasi, karena persoalan pendidikan harus ditangani bersama,” jelasnya.
Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Balai Guru Penggerak (BPG) Provinsi NTT selama tiga hari yakni pada Selasa – Kamis, 8 – 10 Agustus 2023. Kegiatan selama tiga hari tersebut diwarnai dengan diskusi dan sharing berbagai praktik baik dari para mitra pembangunan serta penyusunan model pengembangan kompetensi guru sesuai pedoman dan petunjuk Perdirjen GTK 2626. (Yosi Bataona/rf-red-st)