Pengoperasian dan Mengolah Gerak Kapal Jaring Insang

0
43
Oleh Patrisius Leu, S.Fil., Guru Penulis & Wakasek Kesiswaan SMKN 7 Kupang.

Ilmu Nautika bagaikan nafas seorang pelaut. Seorang pelaut yang handal perlu membekali diri dengan ilmu Kenautikaan sebagai basis kompetensinya. Ilmunya ini bukan hanya membantunya berlayar secara intelektual tetapi juga melayarkan dirinya dalam kapal ikan menuju titik pencarian hingga tiba kembali di pelabuhan bahagia. Supaya bahagia di sana, maka kompetensi ilmu kenautikaan memberikan rambu-rambu navigasi sebagai kompasnya. Selanjutnya, seorang Nautik mesti mampu mengoperasikan dan mengolahgerak kapal jaring insang supaya pada akhirnya tahu taryek pelayaran yang harus ditempuh agar kapal dengan aman tiba di tempat tujuan.

Kompetensinya ini bisa saja hilang ditelan gelombang samudera bila tidak dilatih dan dikembangkan dalam praktikum maupun teori yang seimbang. Sebagai akibatnya berdampak pada keolengan dalam mengolahgerak dan menata kelola jiwa kemaritimannya. Permasalahan ini perlu diatasi sedini mungkin. Untuk maksud ini, pemerintah provinsi NTT, orangtua, masyarakat, dan sekolah-sekolah kemaritiman perlu merekatkan jaringan kerjasama membekali putera-puteri terbaiknya, guna mendapatkan sumber daya manusia laut yang dapat bersaing, bukan saja di lokal Nusa Tenggara Timur tetapi juga di tingkat nasional hingga masyarakat ekonomi Asean.

Menjawabi situasi ini, SMK Negeri 7 Kupang mesti melakukan dua hal. Pertama, menjabarkan kurikulum Nasional dan kurikulum Perhubungan dengan lebih banyak melakukan praktik  matapelajaran kejuruan pada jam efektif di sekolah. Kedua, melakukan uji kompetensi keahlian (UKK) sebagai uji kompetensi siswa SMK pada dunia usaha/dunia industri dan masyarakat sebagai calon pengguna tenaga kerja. Penyelenggaraannya merupakan proses pengujian mempertunjukkan kemampuan taruna-taruni SMK dalam mengoperasikan dan mengolahgerak kapal jaring insang (Gillnet) dengan ukuran kapal panjang ≤ 24m dengan area pelayaran dalam wilayah perairan kota/kabupaten Kupang. Dalam hal ini prakatik di ruang simulator tidaklah cukup. Mesti dilanjutkan dengan praktek nyata dan simulasi mewakili kemampuan terstandar yang sesuai dengan kompetensi sebenarnya dari peserta didik saat KBM maupun peserta didik saat ada uji UKK.

Kedua matauji ini (mengoperasikan dan mengolahgerak kapal jaring insang) wajib dimiliki oleh seorang siswa pelaut, khususnya nautika kapal penangkapan ikan (NKPI) bila ingin menjadi manusia global yang bersaing di pasar global. Dengan demikian, mereka menjadi manusia lokal yang berwawasan global yang bukan saja jaya di bangku sekolah tetapi juga sukses dalam dunia kerja. Dalam mengoperasikan dan mengolahgerak kapal jaring insang, jaring insang selalu dibawa. Jaring Insang adalah kelompok jaring yang berbentuk empat persegi panjang entah satu lapis maupun berlapis yang dilengkapi pelampung, pemberat, tali ris atas dan bawah untuk menghadang arah renang gerombolan ikan terutama ikan pelagis atau demersal yang menjadi sasaran tangkap sehingga ikan tertangkap/terjerat/terpuntal pada jaring. Pengoperasiannya di permukaan, pertengahan, dan dasar perairan secara menetap, hanyut dan melingkar sesuai jenis jaringnya (Subani dan Barus, 1999).

Jaring insang berdasarkan metode penangkapan ikan diklasifikasikan dalam lima kelompok. Pertama, Jaring insang hanyut (drift gillnet), meerupakan jarring insang yang ditujukan untuk menangkap ikan pelagis yang pemasangannya dibiarkan hanyut dan salah satu ujungnya diikatkan ke perahu. Kedua, Jaring insang lingkar (encircling gillnet), adalah jaring insang yang pengoperasiannya melingkarkan alat jaring dengan mengelilingi gerombolan ikan permukaan saat kapal mmbuat lingkaran kemudian membuat keributan di permukaan air untuk mengejutkan ikan dan berenang berhamburan dengan demikian tersangkut jaring. Ketiga, Jaring klitik (shrimp gillnet), ialah jaring insang yang dipasang menetap pada jangka waktu tertentu didasar perairan untuk menangkap udang.

Keempat, Jaring insang tetap (set gillnet), merupakan jaring insang yang dipasang menetap menghadang arus dengan menggunakan jangkar yang pemasangannya tergantung pada jenis ikan yang ingin ditangkap di permukaan (ikan pelagis), lapisan pertengahan, dan dasar perairan (ikan demersal). Dan kelima, Tramel net, adalah jarring insang yang terdiri dari tiga lapis jaring, yaitu 1 lapis dalam (inner net) dan 2 lapisan luar (outer net) di mana ukuran mata jarring bagian luar lebih besar dari bagian dalam. Alat penangkapan ini untuk menangkap jenis udangan yang pengoperasiannya ditarik oleh kapal atau didiamkan di dasar perairan.

Jaring insang umumnya berbentuk empat persegi panjang di mana ukuran mata jaring (mesh size) seluruh bagiannya sama dan ukuran mata jaringnya disesuaikan dengan jenis dan ukuran ikan yang menjadi target tangkapan. Adapun konstruksi jaring ikan itu terdiri dari: Badan jaring (webbing), Tali ris atas, Tali ris bawah, Pelampung, Pemberat, dan Tali slamber (tali penghubung antar pis). Ukuran mata jaring bukaannya sangat ditentukan oleh ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Ikan yang akan dijerat dengan menggunakan mata jaring yang dibuat terbuka.

Adapun lima langkah kerja pembuatan jaring insang. Pertama, ambil tali ris yang akan digunakan, renggangkan, dan luruskan yang tertekuk dengan cara memutarnya; kedua, ukur panjang tali ris atas dan tali ris bawah sesuai degan yang dibutuhkan, tambahkan setidaknya 2m di kedua ujungnya; ketiga, buatlah tanda pada setiap 1m untuk pelampung dan setiap 20m untuk tali penggantung; keempat, ikat kedua ujung tali di tiang atau pohon dan kencangkan secukupnya; dan kelima, tali ris harus terdiri dari dua tali, yang satunya pintal kiri dan pintal kanan. Penandaan dilakukan setelah kedua tali diikat kencang.

Setelah memahami pembuatan jaring insang yang akan dibawa dalam penangkapan ikan, tak kalah pentingnya adalah pengoperasian dan mengolah gerak kapal jaring insang yang dikemudikan menuju daerah penangkapan ikan (fishing ground). Adapun prosedur pengoperasian alat tangkap mengolah gerak kapal jaring insang dapat dijelaskan dalam beberapa tahapan.

Pertama, Persiapan: pemeriksaaan alat tangkap, kondisi mesin, bahan bakar, perbekalan, es, dan tempat untuk menyimpan hasil tangkapan. Kedua, Pencarian daerah penangkapan ikan ikan (DPI). Ketiga, Pengoperasian alat tangkap terdiri atas: pemasangan jaring (setting), perendaman jaring (soaking), dan pengangkatan hasil tangkapan (soaking, (Krisnandar, 2001). Keempat, Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah pantai, teluk, dan muara-muara sungai.

Kelima, hasil tangkapan dari jaring insang adalah ikan tongkol, cakalang, alu-alu, dan tengiri. Dan keenam, penanganan hasil tangkapan: pertama, pemisahan ikan di atas dek kapal degan ikan hasil tangkapan lainnya. Kedua, pencucian ikan agar bersih dari lumpur dan kotoran lainnya yang melekat pada tubuh ikan. Ketiga, penyimpanan ikan di dalam palkah yang sudah diberi es.

Dengan mempelajari ilmu Kenautikaan maka seorang siswa pelaut maupun pelaut diharapkan dapat mengoperasikan dan mengolahgerak kapal jaring insang selain sebagai media belajar dalam menyamakan persepsi dari seluruh SMK Kelautan di NTT tentang Ilmu Kenautikaan tetapi juga untuk pengembangan akademik bagi peserta didik. Kedua hal ini wajib dimiliki oleh seorang siswa pelaut lokal bila ingin menjadi manusia global yang bersaing di pasar global. Dengan demikian, mereka bukan saja jaya di bangku sekolah tetapi juga sukses dalam dunia kerja. Salam Corps Smekenseven.(*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini