Minimal sekali dalam satu minggu, saya pasti melakukan #JalanPagi dari Baumata Barat menuju Pasar Oesapa untuk belanja kebutuhan dapur, dan tiap kali tiba di gerbang utama kampus Undana selalu mendua hati: belok kiri atau lurus saja yang kemudian sedikit menikung ke kanan?
Meski sering bimbang, pada akhirnya saya lebih sering belok kiri dan selalu muncul penyesalan setelahnya. Soalnya, tiap kali masuk ke jalan itu, saya langsung disambut dengan bau sampah yang biasa ditumpuk di kiri jalan.
Napas saya agak lega setelah tiba di depan SMP Negeri 20, dan makin lega ketika berada di depan SMA Negeri 4 Kupang. Meski lalu lintas agak ramai, saya selalu berusaha menengok ke kiri bila melewati gedung SMA tersebut, sebab ada temannya saya kerja di sana: Pak Rian Seong, yang acapkali mengatakan hal ini tiap kali bertemu, “Tidak ada yang kebetulan di muka bumi ini”.
Selama berteman dengan Pak Rian, pada akhirnya saya tidak hanya lewat begitu saja di depan sekolah, tetapi sesekali diajak masuk.
Saya bersama teman-teman lain dari Komunitas Secangkir Kopi (KSK) Kupang maupun Yayasan Pustaka Pensi Indonesia (Yaspensi) sering diajak Pak Rian untuk rapat atau sekadar bercanda di ruang kerjanya.
Pak Rian adalah guru Seni Budaya di sekolah tersebut, dan ia diberi ruangan kerja khusus yang terletak tepat di belakang aula sekolah. Itu sebenarnya gudang tempat penyimpanan alat-alat musik dan hasil karya seni siswa, tetapi di beberapa sudut masih layak untuk dijadikan tempat kerja. Setidaknya kami perhatikan Pak Rian merasa nyamam di ruangan itu.
Satu lagi, saya juga pernah menggunakan salah satu ruangan di sana dulu–kalau tidak salah ruangan guru BP–untuk menjalani ujian tesis. Waktu itu masih dalam suasana pasca-badai Seroja, sehingga sinyal internet di rumah saya kurang stabil. Pak Rian kemudian mengizinkan saya untuk mengikuti ujian daring dari sekolahnya.
Itulah beberapa kenangan saya tentang SMAN 4 Kupang. Dan dari sekian banyak persinggungan tersebut, entah kenapa, tiap kali #JalanPagi melintasi jalanan di depan sekolah tersebut, saya selalu memikirkan dua hal: tentang bau sampah di cabang masuk, dan mengagumi keunggulan bidang seni budaya di sekolah tersebut.
Tetapi, apakah hanya itu yang ada di SMA Negeri 4 Kupang? Mari kita #JalanPagi lebih dekat ke bagian yang selama ini tidak terlihat.
***
Selasa, 28 Juni 2022 lalu, saya #JalanPagi lagi ke SMA Negeri 4 bersama teman-teman Yaspensi. Saya diajak sebagai salah satu fasilitator literasi yang dipercaya yayasan yang fokus di bidang pendidikan dan seni budaya tersebut.
Saya tiba tepat ketika Kak Ayu–mantan Ketua OSIS SMA Negeri 4 –yang menjadi pewara saat itu memulai acara. Kegiatan yang bertajuk “Workshop Karya Tulis Ilmiah (KTI) dan Jurnalistik bagi Guru dan Peserta Didik dalam Rangka Persiapan Ekstrakurikuler Jurnalistik di SMAN 4 Kupang” itu berlangsung di aula sekolah yang plafonnya sangat mengilap.
Tempat duduk peserta dibentuk seperti huruf ‘U’ yang menghadap ke panggung aula. Kemudian di bagian depan, tepatnya di bagian depan panggung, telah ada beberapa tokoh kunci untuk seremonial pembukaan.
Dari sisi kanan ada Pak Rian Seong (Marianus Seong Ndewi, S.Pd., M.M.) selaku ketua panitia; lalu ada Bapak Agustinus Bire Logo, M.Si., sebagai kepala sekolah; Robertus Elyakim Lahok Bauk, S. Fil (El Robby) sebagai perwakilan Yaspensi, dan Ibu Dr. Lanny Isabela Dwisyahri Koroh, S.Pd., M.Hum. (Lanny) sebagai perwakilan narasumber.
Saya menoleh kiri-kanan untuk mencari tempat duduk, Om Yosi–wartawan sekolahtimur.com–tampak sibuk mengambil gambar di sisi bagian kanan.
Oh, ternyata teman-teman Yaspensi yang lain duduk di sisi kiri aula. Saya menghampiri mereka. Di sana ada Kaka Robertus Fahik, S.Fil., M.Si. (Robby), Kaka Patrisius Leu, S.Fil. (Patris), Kaka Gabriel Baut Koten, S.Si. (Gab), dan Emanuel Nong Yonson, S.Pd., M.Hum. (Nong).
Pada kesempatan itu hadir juga beberapa utusan guru, khususnya dari MGMP Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jerman, TIK, Guru Penggerak, dan lainnya.
Tepat setelah saya duduk, Pak Rian Seong maju memberikan kata sambutan mewakili panitia kegiatan. Pak Rian mengulas banyak hal terkait landasan pelaksanaan kegiatan tersebut, tetapi pada intinya SMAN 4 Kupang ingin membentuk sebuah kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik.
Supaya bisa mewujudkan impian tersebut, mereka telah melakukan perekrutan secara terbuka dan bersifat sukarela kepada peserta didik yang ingin mengembangkan minat dan bakat dalam kegiatan menulis khususnya jurnalistik.
Hasilnya ada 30 orang (29 siswi dan 1 siswa) yang ingin belajar dan mengembangkan kegiatan jurnalistik di sekolah tersebut. Tetapi, mereka tentu saja perlu diberi bekal dan bimbingan terlebih dahulu, sehingga pihak sekolah menggandeng Yaspensi yang telah berpengalaman dalam memberi pelatihan literasi di berbagai sekolah, salah satunya tentang jurnalistik.
“Kegiatan ini merupakan implementasi dari Merdeka Belajar,” jelas Pak Rian, “karena melibatkan OSIS (siswa) dalam pengembangan kurikulum di sekolah.”
Menurut Pak Rian, kegiatan yang berlangsung selama 3 hari tersebut, harapannya bisa menghasilkan luaran berupa adanya produk majalah dinding, lalu berkembang ke tabloid dan website sekolah.
Tetapi, pelatihan 3 hari tentu saja tidak cukup. Karena itu, menurut Pak Rian, sekolah telah berkomunikasi dengan Yaspensi agar lembaga yang peduli dengan pendidikan dan pengembangan karakter anak itu, bisa ikut mendampingi tim jurnalistik sekolah selama 6 bulan atau bahkan bisa lebih, sampai benar-benar bisa mandiri.
Pak El Robby sebagai perwakilan Yaspensi menyambut baik harapan dan kerja sama yang telah dibangun oleh SMAN 4 Kupang tersebut. Untuk lebih meyakinkan, pada kesempatan tersebut, Sekretaris Yaspensi itu menjelaskan lebih detail terkait layanan yang ada di lembaga yang sebentar lagi berusia 1 tahun.
Menurut Pak El Robby, di Yaspensi ada tiga divisi utama, yaitu Divisi Pustaka yang dikelola Pak Robby Fahik; Divisi Seni yang dinakhodai oleh Pak Rian Seong, serta Divisi Riset dan Teknologi yang dikelola oleh Pak El Robby sendiri.
“SMA 4 ini penyumbang anggota Divisi Seni paling banyak di Yaspensi,” tambah Pak El Robby yang disambut tepuk tangan para hadirin.
Kepala SMAN 4 Kupang, Bapak Agustinus Bire Logo, M.Si., mengaku senang dengan pelaksanaan kegiatan pelatihan jurnalistik tersebut. Tetapi sebelumnya, beliau juga ingin mengenalkan beberapa keunggulan lain yang ada lembaga pendidikan yang dipimpinnya tersebut.
Kalau soal prestasi di bidang seni budaya, SMA Negeri 4 Kupang sudah menjadi salah satu sekolah yang sering menjadi buah bibir banyak orang. Tetapi ternyata bukan hanya itu.
Pak Agustinus bercerita, selain urusan belajar atau akademik, di sekolahnya tersebut anak-anak juga dididik berbagai keterampilan penting seperti membuat minyak VCO, pupuk bokashi, ekoenzim, pupuk cair, dan keterampilan lainnya.
Menurutnya, itu merupakan bagian dari implementasi Kurikulum Merdeka Belajar, dimana ada satu atau lebih keterampilan yang dikuasai siswa setelah lulus sekolah.
“Kami memang belum resmi menggunakan Kurikulum Merdeka Belajar,” kata Pak Agustinus, “tapi sebenarnya, hampir semua aktivitas kami di sekolah telah mencerminkan penerapan kurikulum baru yang inovatif tersebut.”
Sebagai bentuk komitmen sekolah dalam mengembangkan keterampilan siswa, lanjut Pak Agustinus, maka SMAN 4 Kupang ingin mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler baru di bidang jurnalistik.
Pak Agustinus meyakini keterampilan jurnalistik itu sangat penting. Karena itu dirinya agak heran dengan fenomena masih banyaknya orang yang berorientasi menjadi PNS, padahal peluangnya makin kecil tiap tahun.
Menurutnya, menjadi ASN itu tidak selamanya baik. Gajinya pas-pasan, kadang terlilit utang, dan biasa saja. Karena itu, Pak Agustinus mengatakan–khususnya kepada siswa/i yang ikut kegiatan–supaya bisa punya keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakat masing-masing.
“Kalau kalian berminat jadi jurnalis, tekuni itu,” tegas Pak Agustinus.
Bagi Pak Agustinus, menjadi wartawan itu sangat baik, karena menurut pengamatannya, profesi itu cukup disegani oleh siapa pun. Karena itu, profesi wartawan juga bisa menjadi salah satu sumber kehidupan atau pendapatan. Apalagi kalau merasa ‘enjoy’ dengan pekerjaan tersebut, pasti hasilnya semakin bagus.
Sebagai kepala sekolah, Pak Agustinus sangat mendukung kegiatan pelatihan jurnalistik tersebut. Karena itu beliau berharap agar panitia bisa mengembangkannya menjadi salah satu program unggulan sekolah.
“Masalah dana nanti bisa diupayakan, yang penting programnya jalan,” tambah Pak Agustinus yang diikuti gemuruh tepuk tangan hadirin.
Kepada siswa/i peserta pelatihan, Pak Agustinus mengingatkan agar mereka bisa menggunakan kesempatan tersebut baik-baik dan tidak hanya sampai di situ saja, tetapi diteruskan dengan pendampingan dari Yaspensi.
SMA Negeri 4 Kupang telah berkomitmen, setiap siswa yang tamatr atau lulus dari sekolah tersebut harus punya keterampilan khusus.
“Teruskan kegiatan ini, bila perlu libatkan bapak/ibu dari luar yang punya potensi untuk mengembangkan kemampuan siswa,” tutup Pak Agustinus.
***
Setelah mendengar penjelasan Pak Agustinus tersebut, saya makin tahu banyak hal tentang SMAN 4 Kupang. Ternyata kesan yang saya dapatkan selama ini hanya bagian perifer saja, belum masuk lebih dalam lagi.
Saya bersyukur bisa mengenal SMA Negeri 4 Kupang lebih dekat. Ada banyak informasi yang saya peroleh ketika mengikuti kegiatan selama 3 hari di sana. Saya ingin menuliskan semua, tetapi ini sudah terlalu panjang, mungkin kita sambung pada catatan #JalanPagi berikutnya.
Tetapi mengenai tempat pembuatan sampah (TPS) yang berada di dekat tempat strategis tersebut (dekat Undana, SMPN 20 Kupang, dan SMAN 4 Kupang), saya masih belum habis pikir, apakah tidak bisa dicarikan tempat yang agak jauh?
Sebab bagaimana pun, keharuman prestasi dari lembaga pendidikan yang ada di dekatnya bisa saja tertutup dengan bau sampah. (Saverinus Suhardin/ rf-red-st)